Si Lemah

6 0 0
                                    

     Pria tunggang langgang,  menggendong seorang gadis yang tenga tak berdaya. Wajah pucat itu tertutup beberapa helai rambut berwarna hitam legam.

      Mata pria itu berkaca-kaca, berdoa dalam hati semoga sang gadis baik-baik saja.

      Gadis tadi sudah diturunkan. Sang pria menyugar surai hitam legam yang menutupi wajah pucat nya itu. Berbaring lemah tak berdaya.

"Aku yakin kamu kuat." Ucapnya lirih dengan bahu bergetar.

       Ia tak bisa melakukan apa-apa, hanya dapat berdoa sekuat tenaga. Ia menggenggam erat tangan sang wanita, tanda tak ingin pisah darinya.

       Masker oksigen bertengger manis, menutupi mulut serta hidung gadis itu. Tarikan nafas teratur seiring dengan usapan lembut pada tangan nya.

"Cepat lah sembuh. Aku tak kuasa melihat mu seperti ini. Ku akui tubuh mu memang lemah, dan aku percaya kau berjiwa kuat. Berjuang lah demi orang yang kau cintai, meski orang diluar sana membenci mu seperti itu. Buktikan lah pada mereka, penilaian nya itu tidak lah benar."

       Pria itu memosisikan kepala nya didekat gadis lemah itu, memeluknya, netranya mulai terpejam. Tidur dalam posisi seperti itu, membuatnya sedikit pegal. Tapi mau gimana lagi, begini lah ada nya.

        Gadis di sampingnya itu sedikit gelisah, memerejapkan mata perlahan, menghampar menelisik sekitar. Matanya membulat sempurna, tatkala melihat sebuah tangan melingkar pada perutnya. Milik seorang pria, bername tag Erlangga Afrian Sineja. Ketua OSIS SMA Suadana.

         Pria tampan bersurai hitam legam, tertidur dengan tenang sembari mendekapnya. Gadis itu mengubah posisinya, membuat Pria bernama Erlangga tersentak kaget dalam tidurnya.

"Aaa, kau sudah bangun?" Tanya nya sembari menerejabkan mata, mengumpulkan nyawanya.

"Maaf. Karena ku, kau jadi terbangun. Tidur lah lagi."

"Aku sudah tidak ngantuk lagi."

"Wajah mu mengatakan hal lain. Kau terlihat lelah sekali."

"Ah iya. Sedari tadi aku belum istirahat, mengurusi kegiatan."

"Ya sudah tidur lah disini. Aku ingin kembali ke kelas."

"Yakin? Wajah pucat mu itu tidak meyakin kan. Tidurlah disini! Aku temani."

"Aku yakin."

      Gadis itu turun dari ranjang, menapakan kakinya kembali diatas lantai. Berjalan tertatih sembari memegangi kepala nya yang sedikit pusing.

      Tentang itu ia tak bisa bohong, tubuhnya sangat lemah sekarang. Gadis itu perlahan limbung, hampir saja terjatuh kembali. Dengan sigap, Erlangga menyeimbangkan tubuh gadis itu, menakapnya dalam dekapan nya.

"Ngeyel! Kamu tuh masih LEMAH!"

       Erlangga menekan kata lemah, terlihat menyakitkan. Gadis itu tau kalau ia lemah, bisanya hanya menyusahkan, tak perlu ditekankan seperti itu. Entah kenapa ia begitu sensitif tentang penyakitnya.

       Erlangga memapah gadis itu kembali, merebahkan nya ke ranjang. Ia sedikit kasihan. Gadis itu tampak ingin menangis. Sungguh malang.

"Maaf. Aku tak bermaksud."

"Tak apa. Kau tak salah. Aku memang lemah."

"Bukan begitu. Tidur lah dulu disini! Atau kamu mau pulang saja? Aku telpon orang tua mu untuk menuemput mu? Tanya nya canggung.

"Aku bisa minta tolong ke kamu?"

"Tentu. Aku akan membantu mu."

"Ini telpon ku. Tolong hubungi nomor papah ku! Disana ada nomornya. Kepala ku benar-benar pusing."

       Erlangga menelpon papah gadis itu, guna menjemput putri nya yang tengah sakit sekarang.

***

"Apa? Nita sakit?"

"Iya om. Om bisa jemput anak om sekarang? Dia ada di UKS dengan saya."

"Iya sana kesana. Tolong jaga putri saya dulu, sampai saya datang!"

      Panggilan ditutup sepihak. Papa Renita tergopoh-gopoh mencari kunci mobilnya.

"Papah cari apa?" Tanya seseorang

"Cari kunci mobil. Mau jemput adek mu, dia pingsan tadi di sekolah."

"Apa?! Gadis itu. Pakek mobil abang ajah pah. Nih kuncinya!"

      Seseorang itu menyodorkan kunci mobil nya. Wajah nya sedikit datar tanpa ekspresi yang serius.

"Papah pinjem dulu yah. Kamu di rumah ajah! Jagain istri papah! Awas jangan kamu apa-apain, itu istri papah yang telah ngelahirin kamu."

"Ya elah pah. Istri papa tuh juga mama abang kalek. Posesif amat. Udah sana jemput adek!" Usirnya.

      Masih sempet-sempetnya becanda, padahan anak nya yang lain tengah terkapar lemah menunggu jemputan yang ntah kapan sampai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I HATE MY SELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang