Beberapa siswi berjalan beriringan, berpakaian pakaian olahraga berwarna biru tua. Berbondong-bondong menuju lapangan, untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang pelajar.
Bosan. Kenapa harus ada pelajaran olahraga? Dihari senin pula, siang-siang lagih. Dimana sinar Utraviolet menunjukan atensi.
Semua berbaris rapi, mengikuti arahan sang guru. Melakukan pemanasan dan lain sebagainya. Masalah mulai timbul, dikala seorang siswi mulai ikut berlari mengelilingi lapangan yang luasnya 60 meter itu.
Dada yang memburu naik turun, napas yang mulai tersengal-sengal serta suara helaan napas kasar seiring dengan tempo pergerakan kaki yang melambat. Wajah nya sangat pucat, pergerakan nya mulai berhenti. Bertekuk lutut dihadapan sang surya, pertanda sudah tak kuasa. Dalam hitungan detik, gadis itu tumbang, ambruk di atas hemparnya tanah lapang.
"RENITA!"
Sang guru mulai berlari tergopoh-gopoh menuju tempat kejadian, dengan ekspresi tidak percaya.
"Saya tidak apa-apa pak." Ucapnya lemah, sesekali mengatupkan mata menahan sakit yang mulai menjalar.
Tanpa ba-bi-bu, guru itu menggendong gadis ringkih bernama Renita.
"Saya mohon, jangan pejamkan mata mu! Sabar lah sebentar, sebentar lagi sampai."
Sang empu tidak mengiyakan, hanya diam tanpa membantah.
***
Beberapa orang hanya memandangi, tanpa ada rasa iba bahkan tidak terbesit rasa ingin membatu.
Sang guru tidak perduli, ada nyawa yang harus diselamatkan saat ini. Pintu bertuliskan plat UKS terpampang di depan mata, sedikit memberi perasaan lega.
"BU NINDI! TOLONG INI ADA YANG PINGSAN!" Teriak nya.
Seorang wanita berjas putih membukakan pintu, menyilahkan sang guru untuk masuk. Sang guru tanpa bertanya, langsung merebahkan siswi nya itu di ranjang pesakitan.
Bu Nindi mengeluarkan beberapa alat kesehatan, mulai dari stestoskop, oksimeter serta oksigen. Lalu mulai memeriksa gadis malang itu.
"Ini saturasi aksigen nya buruk sekali. Emang tadi olahraganya apa pak?"
"Hanya lari jarak pendek bu, bukan olahraga yang berat."
"Berapa meter emang?"
"Ibu ini kenapa? Olahraga yang saya ajar kan masih wajar kok, hanya lari keliling lapang."
"Astaga. Bapak tahu, Renita itu punya penyakit asma pak! Bisa gak sih bapak menyesuaikan materi sesuai kemampuan nya!"
"Mana saya tahu. Saya kan guru baru bu. Guru wali kelasnya gak ngomong apa-apa tuh."
***
"Itu di UKS ribut-ribu kenapa sih?"
"Halah, paling bu Nindi ribut lagih sama guru gara-gara Renita. Lagu lama gak sih?"
"Iyah, tadi gua jugak lihat si cewek penyakitan itu di gendong sama pak Rizal. Guru baru yang ganteng itu. Ih, caper gok gituh amat."
"Udah ih. Sebel gua. Gak usah bahas cewek itu lagih deh! Mendingan ke kantin ajah!"
"Gak mood gua. Selerah makan gua ilang gara-gara tuh cewek. Kalian tau kan, gua tuh sukak ama pak Rizal."
"Lo harus bales itu cewek, biar dia gak caper lagi ke pak Rizal. Lo mau pak Rizal kepincut ama itu anak?"
"Ih, amit-amit. Pantesan gua kemana-mana dari pada dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE MY SELF
Ficção Adolescente"Kata orang. Kalau kita berdoa disaat hujan, doa nya bakalan dikabulkan. Emang bener yah? Kalau bener begitu, aku pengen mati ajah. Boleh gak?!" Renita Zalia Norfian Dandias Terkadang kita harus kuat menghadapi segala masalah yang ada. Tetapi, l...