Gadis wajah pucat itu tengah duduk tenang, dengan kedua tangan berpangku pada meja kayu nya. Memejamkan mata, menikmati musik merdu bersenandung. Melodi yang keluar dari alat berbentuk seperti lambang telpon. Hanyut dalam dunia sendiri.
Tiba-tiba, beberapa tamu tidak di undang mengganggu ketenangan nya. Menggebrak meja tanpa sopan santun. Seakan mengajak bertarung. Gadis wajah pucat itu tersentak kaget. Ia merogoh saku, mencari benda kecil berbentuk corong berwarna biru kehijau an.
"HEH! CEWEK PENYAKITAN! CUKUP DEH! LO GAK USAH CAPER KE PAK RIZAL! LO TAU KAN PAK RIZAL TUH PUNYA GUE, DAN LO GAK BERHAK APA PUN!"
"Sin. Pak Riiizal itu guru kita semua. Uuuntuk hak miiilik, ya jelas aku gak berrrhak apa pun. Dan masalah caper. Akuuuu, gaaaak. Pernah sekalipun ngelakuin itttu." Ucapnya sesekali terbata.
"DIEM LO! NAPAS TINGGAL SEGARIS AJAH BELAGU. BENTAR LAGI JUGAK MATI." Orang lain menimpali.
Mereka mendorong gadis tak berdaya itu. Tubuhnya berusaha mengimbangi, apalah dayanya kursi yang ia duduki pun ikut ditarik dengan paksa. Ia terjatuh, rasa sakit mulai menjalar, ringisan kecil serta suara napas kasar bersahutan. Membuat orang yang mendengar hal itu ikut mengiba.
Mereka lupa, jam pelajaran sedang berlangsung saat ini. Seorang guru sedari tadi memerhatikan kejadian itu, sontak berteriak disaat kesadaran gadis malang itu mulai menghilang.
Sang guru pun berlari dengan tergopoh. Berjongkok di samping gadis malang yang tengah terbaring rapuh itu. Menggendong nya ala bridal, menuju ruangan UKS yang tak jauh dari tempat.
Para tamu tanpa adab itu hanya melongo, seusai ditatap dengan lekat oleh kedua mata yang terlihat memendam amarah yang besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE MY SELF
Teen Fiction"Kata orang. Kalau kita berdoa disaat hujan, doa nya bakalan dikabulkan. Emang bener yah? Kalau bener begitu, aku pengen mati ajah. Boleh gak?!" Renita Zalia Norfian Dandias Terkadang kita harus kuat menghadapi segala masalah yang ada. Tetapi, l...