Chapter 26 • Wanna try?

984 59 7
                                    

Halo sojom!!!

Haiiiii!!! Apa kabar semuanya? Pada kangen gak nih sama aku? Udah lama banget ya aku gak update lagi, maaf banget ya, tapi tenang sekarang aku comeback kok wkwk. Makasih banyak yang udah sabar banget nunggu aku hiatusnya, luvvvvvvv banyak2 untuk kalian <3

Happy Reading!

Jangan lupa like, comment, dan share cerita ini yaaa

!!! DILARANG PLAGIAT !!!

!!!!! WARNING! BANYAK KATA-KATA KASAR !!!!!

🔞🔞🔞

-^^-

Previous Chapter

Shira pikir, alasan mengapa Safa mengelak keras hubungan dirinya dan Geru, serta Amber dan Bagas, itu semua hanya alasan terkesan klise saja. Tetapi tidak dengan apa yang sudah Victor jelaskan di room chat tersebut.

Ini terlalu rumit untuk diselesaikan. Ini terlalu sakit untuk disembuhkan. Shira tidak mengira akan seberat ini ketika tahu bahwa Safa punya alasan tertentu. Sahabatnya itu, sangat di luar dugaan. Lalu, apakah yang harus Shira lakukan setelah mengetahui semuanya? Apakah ia harus ikut campur? Ataukah ia hanya perlu berdiam diri saja?

Semua terlalu rapuh, namun Shira yakin, jika ia dapat menemukan pondasi untuk memberikan kekuatan atas sesuatu.

-^^-

Sepeda motor berwarna hitam itu telah terparkir. Udara malam yang sedikit menusuk tubuhnya, membuat perempuan itu harus menaikan topi kupluk hoodie yang dipakainya ke atas kepala. Walaupun memang ia sudah memakai topi hitam yang berguna untuk merahasiakan wajah dan keberadaan dirinya di tempat itu, namun tetap saja hawa tak menyenangkan seakan meninggalkan kegelisahan untuknya. 

Shira berjalan dengan hati-hati. Meskipun ia sudah bisa berjalan tanpa tongkat, tetapi rasa sakit itu masih terasa dibagian kakinya. Damar dan Rena — Ayah dan Bunda dari Shira tentu tak mengetahui jika anaknya itu sedang keluar malam hanya untuk mengunjungi tempat seperti itu. Shira sudah bersengkokol dengan Adik tersayangnya yaitu Arzan, untuk mempermudah dirinya keluar dari rumah di waktu yang sudah menunjukan pukul 9 malam.

Awalnya Arzan tidak ingin membantu Shira, karena ia tidak ingin mengambil resiko. Namun, dengan segala cara, bujukan, serta apapun yang Shira lontarkan di rumah tadi, pada akhirnya Arzan menuruti permintaan Kakaknya itu, serta meminjamkan motor miliknya untuk Shira kendarai walaupun dalam keadaan kaki yang sedang tidak baik-baik saja.

Pakaian Shira sudah mirip sekali dengan seseorang yang sedang memata-matai seseorang, atau biasa disebut stalker. Hoodie hitam kebesaran milik Arzan, topi hitam, sepatu, dan celana jogger berwarna hitam, adalah outfit yang dipakai Shira malam ini. 

Tiba di pintu masuk, Shira menunjukan e-ticket dari balik layar handphonenya yang sudah ia pesan lewat sebuah website kepada seseorang yang berjaga disana. Mata sang penjaga itu meneliti Shira lebih dalam dari atas kepala hingga ujung kaki, seperti merasa aneh dan terheran dengan pakaiannya. Namun, tak lama kemudian ia dipersilahkan untuk masuk. 

Lagu Believer by Imagine Dragons menyambut di pendengaran Shira saat sudah ikut menyatu dalam hingar-bingar manusia-manusia di dalam ruangan saat ini. Shira berjalan dengan hati-hati di bagian belakang para penonton yang sedang berdesak-desakan untuk menyaksikan pertunjukan yang akan dimulai. Bola matanya menangkap wajah seseorang yang sedang melihatnya sekarang. Senyuman tipis terpatri di sudut bibirnya, sehingga meninggalkan kecemasan pada Shira. Lalu, perempuan itu bergegas mencari tempat yang cukup nyaman untuk ia singgahi sementara, yaitu tepat di sudut paling belakang bersandar dengan dinding ruangan.

He's, Ge.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang