BAB I

24 1 0
                                    

Suasana di tempat itu jadi tegang seketika. Tidak ada kedamaian. Semuanya luluh lantak dalam sekejap. Pemberontakan dari bangsa Orc membuat semua orang di dalam istana berlarian panik ingin menyelamatkan diri, namun naas sebelum hal itu terjadi beberapa sudah mati dibunuh oleh para Orc. Beberapa diantaranya ada yang ditikam dan ada juga yang dibunuh dengan cara ditebas sampai kepala dan tubuhnya terpisah. Sungguh kejam. Tiada ampun.

Sang Raja bahkan sudah tidak berdaya. Dirinya tidak mampu menyelamatkan rakyat bahkan keluarganya. Kejadian pemberontakan ini tidak bisa diprediksi. Pengepungan yang dilakukan pada malam hari yang mana sebagian orang mengistirahatkan dirinya, namun tiba-tiba terjadi hal tragis seperti ini. Bangsa Orc memang hanya bisa berktivitas pada keadaan langit gelap.

Seharusnya kedua belah pihak antara bangsa Orc dan kerajaan Arandelle hidup damai tanpa perselisihan. Akan tetapi karena masalah terakhir kali itu membuat bangsa Orc sampai melanggar perjanjian dan melakukan pemberontakan pada pihak kerajaan.

Semua bermula dari salah satu Orc yang nekat membunuh pangeran Asher yang merupakan putra mahkota kerajaan Arandelle. Pangeran yang kala itu sedang melakukan tugas pemburuan binatang liar yang meresahkan rakyat Arandelle terpaksa memasuki batas wilayah suku Orc dibalik gunung Agung. Namun sayangnya, para Orc yang sedang kelaparan itu seolah mendapat santapan lezat dengan adanya manusia di hutan terlarang. Tanpa tahu bahwa target mereka adalah putra mahkota dari kerajaan Arandelle.

Mendengar kabar buruk dari salah tahu prajuritnya yang berhasil selamat, King Thomas murka dibuatnya. Tanpa menunggu lama King Thomas langsung memerintahkan prajuritnya untuk menyelamatkan putra mahkota. Semua prajurit terbaik dikerahkan, persenjataan telah disiapkan. Namuan naas sesampainya mereka semua di hutan tempat putra mahkota bertikai dengan Orc, putra mahkota telah kehilangan kesadarannya. Dengan kondisi tubuh mengenaskan dimana organnya terkoyak keluar sudah dipastikan bahwa putra mahkota tidak dapat diselamatkan. Mendengar kabar kematian putranya tersebut King Thomas membuat keputusan untuk membakar tempat dimana Bangsa Orc tinggal. Dengan bola api yang dilemparkan, prajurit Arandelle berhasil membuat tempat persembunyian bangsa Orc hangus terbakar tak tersisa.

Kabar kematian Prince Asher membuat semua rakyat Arandelle berduka. Kerajaan Arandelle seolah diselimuti kabut kegelapan atas kepergian calon rajanya itu. Bagaimana bisa calon raja mereka mati ditangan Orc dengan keadaan mengenaskan. Prince Asher adalah pangeran yang baik dan bijaksana, kepintarannya dalam berpolitik dapat membuat kerajaan Arandelle mampu memperluas wilayahnya sampai ke negeri tetangga. Namun dengan niat hati memburu binatang yang meresahan, ternyata nasib membuat Prince Asher mati dengan begitu cepat dan mengerikan.

Hal besar tanpa diduga terjadi dalam suasana duka yang masih menyelimuti rakyat Arandelle, bangsa Orc melakukan pembalasan atas apa yang pihak kerajaan lakukan terhadap wilayah mereka.

"Kau yang telah melanggar perjanjian, King Thomas," ucap kepala suku bangsa Orc.

King Thomas tidak bisa memberontak karena ujung pedang sudah mencium lehernya. Sekali saja bergerak maka ia akan mati terhunus pedang yang mampu memisahkan kepala dan tubuhnya. 

"Kawasanku telah kau bakar dan hancurkan."

"Aku melakukan kebenaran. Bangsamulah yang memulai."

"Bajingan!" Murka kepala suku Orc itu seraya membunuh king Thomas. Seketika aura gelap menerpa. Para prajurit sudah tidak berdaya melawan bangsa Orc yang berjumlah banyak. Rakyat histeris ketakutan. Setiap orang berharap bisa menyelamatkan diri agar tidak ditangkap dan diperbudak oleh bangsa Orc.

"Tangkap meraka semua jangan ada yang tersisa!" Titah kepala suku Orc itu pada pasukannya.


Arlene Of ArandelleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang