3

13 1 0
                                    

Hari sudah gelap yang mengartikan hari sudah malam. Fira terbaring asal di atas ranjangnya.mata nya terus menatap langit-langit dengan manis nya. Sedari siang tadi senyum gadis itu tak kunjung hilang. Betapa indah ia rasa hati nya mana kla teringat dengan Angga. Dengan tiba-tiba Fira membalikan badannya dan menutup wajahnya dengan bantal, sungguh ia ingin teriak saat itu juga. Fira mengepak-kepakan kakinya membuat suara gaduh yang cukup keras, ditambah suara jeritan Fira yang tertutup bantal.

Pikiran Fira kini selalu dipenuhi oleh Angga. Setiap saat selalu teringat pada laki-laki berambut keriting dengan kacamata itu. Entah kenapa Fira memiliki firasat bahwa Angga adalah seseorang yang memang akan ditakdirkan dengannnya suatu saat nanti. Fira selalu merasa jarak mereka seperti sangat dekat, seperti selalu ada jalan untuk mereka bertemu. Tentu saja, mereka satu sekolah bukan? namun hal itu terasa berbeda jika Fira yang menerimanya. Cinta memang bahaya, tak hanya membuat seseorang buta namun juga bisa membuat seseorang bodoh.

Tak lama terdengar suara pintu mobil dari jauh. Langsung Fira menghentikan kegiatan salah tingkah nya. Suara pintu mobil itu bisa diyakini adalah orang tua Fira yang baru saja pulang dari kios mereka. Langsung Fira bangkit dari posisi nya dan tergesa-gesa turun untuk menyambut kedua orang tua nya. Fira buka pintu depan dan langsung mengukir senyum manis di wajahnya, menyambut hangat ibu dan ayahnya.

"Mamah. Papah." sapa Fira. "Gimana toko hari ini? Rame." tanya Fira membuat topic.

"alhamdulilah rame." ucap lembut sang ibu. "adek mu mana?" tanya Ibu Fira.

"adek udah tidur di atas." jawab Fira sambil membawa beberapa barang bawaan orang tua nya kedalam. Mendengar jawaban Fira sang Ibu pun haya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Dilihatnya wajah sang Ibu oleh Fira. Keriput-keriput tipis yang terukir di wajah Ibu nya menjadi tanda betapa lelahnya kedua orang tua nya itu. Tak tega lagi Fira melihat kedua orang tua nya terus pulang dengan amat lelah. Maka Fira selalu berusaha membantu mereka dalam urusan rumah sebisa mungkin.

"kamu udah masak?" tanya sang Ayah pada Fira.

"Udah Pah, Fira tadi masak tumis kangkung sama telor balado. Fira siapin dulu yah." ucap Fira bergegas segera menuju daur.

"makasih ya nak." ucap sang ayah sambil menaiki tangga menuju ke lantai dua hendak mengganti baju.

Butuh waktu lima belas menit untuk orang tua Fira membersihkan diri. Setelah merasa segar, mereka turun kebali ke bawah untuk makan malam bersama. Tak ada yang istimewa di meja makan itu, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu. Tak boleh ada perbincangan di atas meja, itu aturan etika nya. Sampailah saat mereka sudah selesai makan malam, Ibu Fira langsung duduk dengan nyaman di sofa sambil menyalakan TV.

Perlahan Fira mendekati Ibu nya yang tengah duduk di sofa. "Mah. Kakak mau cerita dong. Jadi kan tadi kaka di sekolah-"

"Kak, maaf mamah nya lagi pusing, besok lagi ya ceritanya. Mamah capek" potong sang Ibu. Ada sedikit rasa sakit di hati Fira mendengar penolakan dari Ibu nya. Yah mau tak mau ia harus menerima penolakan tersebut, mungkin ia juga yang salah tidak mengerti situasi dan keadaan orang tuanya.

"Oh gitu ya. Yaudah deh gak apa-apa, kakak ke atas dulu ya mah. Mamah istirahat aja ya" ucap Fira sambil mengundurkan diri naik ke lantai dua.

Sesampainya di kamar, Fira langsung melemparkan dirinya ke atas kasur. Rasa kecewa masing bertengger di dalam hatinya, mood nya pun buruk saat ini. "huft.... Gak apa-apa, masih ada lain waktu" ucap Fira menghibur diri.

Fira beranjak dari posisinya, berusaha mencari sesuatu yang bisa membuatnya melupakan kekecewaannnya. Duduk lah Fira di meja belajarnya, mencari sesuatu yang mungkin bisa ia kerjakan. Mungkin lebih baik jika ia mengerjakan tugas-tugas nya yang tertinggal bukan? segera Fira menyiapkan buku-buku yang akan ia pakai untuk mengerjakan tugasnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya.

Sedari tadi Fira berusaha fokus mengerjakan apa yang sedang ia kerjakan saat ini. Namun sayang pkirannya malah berterbangan kemana mana. Yang paling utama ia selalu saja teringan pada Angga. Sepertinya laki-laki bernama Angga itu memang sudah menempati hati dan pikiran Fira. Tiba-tiba tersirat sebuah ide yang cemerlang, kenapa ia tidak membuat buku harian tentang Angga saja ya? Wah benar benar ide yang bagus. Dengan langsung Fira mengambil buku catatan kosong yang dulu sempat ia beli karena model buku nya yang lucu. Fira tersenyum manis dan hangat, dengan penuh semangat ia menulis di cover itu dengan judul 'Kak A'

Dipandangi nya buku itu oleh Fira. Rasa senang mulai tumbuh di hatinya, tak salah keputusan yang ia pilih ini. Dengan senang Fira mulai menulis di dalam buku tersebut. Saat ini ia hanya mencatat beberapa hal yang ia ketahui saja, seperti kemugkinan umur Angga, warna mata nya, apa yang sering Angga gunakan, apa hal yang Angga sukai, di mana kelas Angga, siapa saja teman-teman Angga. Semua yang ia tahu tentang Angga ia tumpahkan kedalam buku itu, termasuk soal perasaan dan juga kata kata yang sangat ingin Fira ucapkan untuk Angga. Gadis itu juga berpikir sepertinya akan lebih lucu jika ia sedikit menghias buku nya, bukan? langsung ia keluarkan beberapa pernghias catatan, pulpen warna, stabilo, spidol, brushpen, sangat menyenangkan pikir Fira. Dengan antusias Fira mulai menghiasi buku catatan itu. Fira juga bahkan menggambar Angga dalam bentuk chibi. Fira gambar Angga semirip mungkin lalu menempelkan gambar tersebut di buku catatannya. Malam itu Fira habisi dengan membuat segala sesuatu tentang Angga.



KERTAS POLOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang