5

7 1 0
                                    


Pagi hari yang cerah, saatnya manusia-manusia di bumi mulai menyiapkan diri untuk kegiatan mereka. Orang dewasa maupun anak kecil normalnya sudah siap untuk segera berangkat ke tempat mereka akan beraktivitas seperti biasanya. Sama seperti Fira saat ini yang sudah siap dengan seragam putih birunya. Segera ia menenteng tas ungu miliknya dan turun ke lantai satu.

"Kamu tuh kalo dikasih tau sama suami tuh denger dong!"suara Galih ayah Fira terdengar menggelegar di seluruh sudut rumah.

"Ya kamu aku kasih tau baik-baik gak mau ngerti, udah aku bilang stok barang itu nanti lagi aja, sekarang tu mening banyakin stok barang dari Pak Danu, kualitas barang mereka lebih bagus!"balas Nita Ibu Fira.

"Halah, kemarin kita ikutin usulan kamu yang itu tapi gimana hasilnya? Kita rugi karena barang dari Pak Danu kurang diminati! Pake dong otaknya!" bentak Galih.

"tapi kamu lihatkan gimana respon para konsumen yang membeli produk Pak Danu? Respon mereka bagus-bagus. Kalau berita produk itu semakin bagus nanti juga permintaan barang produk pak Danu bakal meningkat! Justru disini kamu yang gak pake otak, ngerti bisnis gak sih?" jelas Nita.

Mendengar perdebatan orang tuanya Fira hanya bisa diam seribu bahasa. Sudah hal biasa di keluarganya berdebat dengan nada tinggi seperti ini. Dari pada pusing memperhatikan pasangan suami istri yang sedang berdebat Fira lebih memilih mengisi air minum nya untuk ia bawa ke sekolah.

"Udah lah debat sama kamu tuh gak ada gunanya. Kamu tuh Cuma mau menang sendiri, selalu merasa benar dengan apa yang kamu pikirin!" kesal Galih sambil berjalan menjauh dari iatrinya

"Loh kok jadi aku yang mau menang sendiri. Harus nya kamu ngaca domg, yang mau menang sendiri di sini itu kamu Galih." Nita tak terima.

Dengan sedikit tergesa-gesa Galih melangkah ke arah dapur. Fira yang baru selesai mengisi air minumnya hendak menutup botol minum sambil berbalik, namun naas nya Fira tak sengaja menabrak Galih dan membuat air dari botol minum Fira tumpah ke baju Galih.

"Eh maaf Pah" ucap Fira menyesal.

Mata Galih yang sudah merah karena kesal pada istrinya semakin menyeramkan saat mendapati sapaan pagi yang tak menyenangkan dari anak gadisnya. "Kamu tuh, gak hati-hati banget sih. Emang dasar ya buah ga jatuh jauh dari pohon, kamu tuh sama-sama gak guna kaya Ibu kamu!" marah Galih pada Fira. Fira yang dimarahi pun hanya bisa menundukan kepalanya, jujur ia takut sekali saat ini. Apa ia setidak berguna itu kah?

"Kok jadi bawa-bawa aku sih? Kamu bilang apa? Aku gak berguna? Yang ada kamu kali yang gak guna. Kerjaan kamu di toko tuh Cuma main game dan main game, kapan kamu pernah sekali aja bener-bener fokus sama kerjaan?" balas Nita tak terima.

"Siapa bilang? Kamu tuh yang gak guna, bisa nya cuma happy happy sama temen-temen sosialita kamu, ngabisin uang, belanja ini itu!" Galih semakin naik pitam.

"Kok pembahasannya jadi kesana? Gak ada hubungannya yah antara pekerjaan sama aku yang seneng-seneng sama temen temen aku." kesal Nita semakin menaikan nada bicaranya.

"Nah sekarang lihat, gak mau kalah sampai cari-cari kesalahan." pancing Galih.

"yang ada kamu yang cari-cari kesalahan orang."

Galih hanya menggeleng malas sambil beranjak dari tempatnya. "Udah mulai ngelantur, capek aku sama kamu." ucap Galih.

Nita hendak mengejar Galih, namun sebelum itu ia menatap dulu putrinya. "semua itu gara-gara kamu, lain kali hati-hati bisa gak sih? Mamah sama papah berantem gara-gara kamu." Nita berbisik tegas tepat di kuping Fira. Langsung Nita beranjak mengejar suaminya ke lantai atas

"Kamu bilang apa? Capek sama aku? Dikira aku gak capek apa sama kamu hah?!" serang Nita dengan suara yang terus meninggi.

"Oke kalo kamu udah capek terus mau apa? Mau pisah iya?!" bentak Galih dari lantai dua yang bisa terdengar sampai luar rumah.

KERTAS POLOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang