Jam istirahat dimulai. Semua siswa sudah berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka. Kebanyakan pasti tidak sarapan, makanya kantin langsung penuh dengan antrian panjang. Mereka menyerbu beberapa stand makanan yang sebenarnya cukup untuk mengenyangkan perut anak satu sekolah.
Aku masih berdiri memilih makanan bersama Anya, saat tiba-tiba Anya melambai ke arah seseorang yang sudah duduk di sebuah kursi panjang.
"Hai. Sudah pesen makanan?" Tanya Anya pada Faris. Yah, aku tahu mereka sudah resmi jadi pacar, tapi rasanya tetap risih melihat mereka kemana-mana selalu berdua bahkan saling menghampiri seperti ini.
"Belum. Aku cuma pesan minuman aja soalnya antri nya lama. Pesenin aku juga ya... Boleh?" Tanya Faris yang entah bagaimana terlihat bersikap jauh lebih manis dibandingkan saat bersamaku dulu.
"Okey siap, kaya biasanya kan" Anya membalas dengan sikap imutnya seperti biasa, sangat lemah lembut dan penurut. Aku hanya bisa menatap mereka sambil memutar bola mataku dengan malas. Boleh aku kabur saja? Aku tiba-tiba alergi dengan pasangan ini.
Aku menarik lengan Anya menjauh, memintanya segera pergi memesan sesuatu sebelum antriannya semakin panjang. Setelah berdiri beberapa menit akhirnya kami berhasil mendapatkan 3 porsi bakso dan satu es jeruk. Anya dengan susah payah membawa dua piringnya menuju meja Faris.
Saat itu aku melihat Elang yang duduk sendirian di bangku panjang agak jauh dengan tempat Faris duduk.
"Anya aku duduk disini aja ya." Ucapku menghampiri Elang yang terlihat duduk sendirian. Elang menaikkan alisnya melihatku bersiap duduk tanpa permisi. Yah, aku tidak punya cara lain untuk menghindari satu meja dengan orang yang aku benci itu selain ini. Anya menatap kecewa sebelum mengangguk pelan dan berbalik pergi.
"Kenapa lo nggak duduk sama Anya. Biasanya lengket banget kayak perangko." Elang mengejekku dengan sarkas. Jelas saja, dia tahu semua masalahku belakangan ini.
"Dia duduk sama pacar. Gue nggak mau jadi nyamuk ga guna" Balasku dengan kesal. Tapi Elang justru memandangku penuh curiga.
"Atau, Jangan-jangan lo masih nggak bisa move on ya dari si siapa namanya?? Faris?" Aku menyesali pilihanku duduk bersama Elang. Duduk disini ternyata lebih menyebalkan.
"Diem deh. Kalo mau gosip sana di grup kelas sekalian." Balasku. Dia ini sangat tidak bisa diam.
"Oh boleh nih. Oke gue spill di sana ya soal lo sakit gara-gara Anya sama Faris" Elang mengeluarkan handphone nya di atas meja dan benar-benar membuka ruang obrolan grup kelas.
"Elang. Jangan macam-macam!" Ucapku panik. Aku tidak benar-benar bermaksud membiarkannya tahu. Aku hanya sedikit emosi. Aku merebut handphone nya dengan segera. Aku kaget melihatnya menatapku dengan tatapan panik.
"Iya iya. Gue diem tapi balikin HP nya." Ucap Elang panik hanya karena aku mengambil handphone nya. Sikapnya membuatku sedikit curiga. Tidak biasanya dia cepat menyerah kalau tentang menggangguku. Atau, dia menyimpan hal-hal buruk yang tidak boleh di lihat orang lain di handphone nya?
Melihat mukanya yang memelas akhirnya aku mengembalikan handphone nya lalu bersiap memakan bakso yang menganggur gara-gara ulah Elang. Bagaimanapun dia ini orang baik yang baru saja membantuku.
"Btw. Makasih buat kemarin," Ucapku lirih, seingat ku aku belum berterima kasih dengan benar pada Elang.
"Hah gimana?" Ucap Elang pura-pura tidak mendengar ku padahal aku tahu dia hanya menggodaku lagi.
"Terimakasih udah bantuin pas gue sakit kemaren. Sama choco pie nya juga." Ucapku sekali lagi dengan tulus. Kondisiku pasti lebih lama pulih kalau kemarin dia tidak menaruh makanan di depan kamar, yang membuatku harus keluar untuk beli sendiri.
"Hmm iya. Sama-sama. Lain kali traktir aja buat gantinya." Ucapnya dengan santai. Sudah ku tebak, dia ini kalau sesekali baik pasti ada maunya. Tapi bagaimanapun aku tetap bersyukur punya teman sepertinya yang selalu bisa di andalkan.
***
Jam istirahat habis dengan cepat. Aku kembali ke kelas disambut Anya yang tampak seperti habis melakukan kesalahan.
"Yura... Kamu masih suka ya sama Faris" Ucap Anya. Hal bodoh apa yang dia katakan. Aku bahkan tidak punya pikiran sama sekali untuk berteman dengan Faris apalagi perasaan suka.
"Hah enggak" Jawabku dengan mantap. Memang apa bagusnya si Faris sampai-sampai aku akan tetap suka walaupun sudah memperlakukanku seperti sampah. Cih.
"Bohong. Kamu selalu menghindar dan nggak mau kumpul bareng aku sama faris." Pikiran aneh apa itu. Aku menghindar karena aku benci Faris, bukannya karena masih ada rasa yang tertinggal.
"Enggak Anya... Lagipula..." Kalimatku menggantung. Aku tidak menemukan alasan yang tepat selain mengolok-olok Faris dalam otakku. Hal yang tidak mungkin aku katakan pada Anya, yang bertitel pacarnya sekarang.
"Lagipula apa?" Anya tidak sabar mendengar jawabanku, bisa diam tidak. Aku masih memikirkan jawaban yang tepat.
"Ah aku... Sudah punya pacar" Anya menatap tidak percaya ke arahku.
"Kok aku nggak tahu" Tanya Anya masih belum percaya sepenuhnya. Iya, aku sendiri juga tidak tahu karena status itu aku buat beberapa detik yang lalu.
"Sama siapa?" Tanya Anya lagi. Aku memutar otakku sekali lagi. Aku lupa kalau dia pasti akan menagih sebuah nama kalau aku bilang begitu.
"Eeee..." Aku menatap sekitarku dengan horror. Haruskah aku memilih satu di antara mereka secara acak. Ah, aku pasti sudah gila.
"Siapaaa." Anya mendesak ku lagi, membuatku semakin panik. Aku sendiri tidak tahu Anya. Faris pacar pertamaku dan aku tidak pernah pacaran lagi setelah itu. Itu kenyataanya, tapi aku tidak bisa bilang begitu. Rasanya aku ingin menangis sekarang juga.
"Oh. Dia" Ucapku dengan ekspresi datar menunjuk ke arah Elang yang masih sibuk ngobrol dengan temannya yang lain. Dia pilihan paling aman sekarang. Siapa lagi...
"Wah... Elang??? Keren sekali. Beneran?" Ucap Anya sedikit keras membuatku panik. Aku reflek menutup mulutnya dengan tanganku sebelum semua orang menatap ke arahku. Membayangkannya saja membuatku merinding. Ketahuan pacaran sama Elang, tanpa Elang tahu. Aku lebih baik menghilang.
"Kita... Kita pacarannya diam-diam jadi jangan bilang siapa-siapa" Ucapku. Yah, dengan begini akan aman kan. Aku tidak perlu mengaku-ngaku berpacaran dengan Elang dihadapan banyak orang, itu juga kalau Anya bisa menjaga rahasia bohongku itu.
"Oooh.. Oke aku nggak akan bilang siapa-siapa. Kamu bisa percayain sama aku" Ucap Anya seperti sedang mendapat mandat penting. Yah, semoga hanya kamu yang tahu Anya. Karena semua ini cuma bohong.
Setelahnya Anya tersenyum kecil sambil melirik ke arahku dan ke arah Elang secara bergantian. Aku tebak banyak skenario romantis sedang berputar di otaknya tentang hubungan ku dengan Elang yang sebenarnya palsu.
Ah, maafkan aku. Kenapa aku jadi bohong begini sih gara-gara hal tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmallow : My Bad Girl, Yura
Romance"Lucu juga rasanya di tampar takdir sampai ga bisa berkata apa-apa. Ayo mau takdir yang kaya apa lagi gue masih mampu." Tentang Yura si anak bar-bar dan kehidupan cintanya copyright © 2022