Hari ini, like always, aku berjalan ke gedung MILLE Agency, model agency yang menaungi, sekaligus merupakan agency milik mama ku. Hari ini, aku akan difoto untuk sebuah iklan bagi Le Toire, salah satu brand baju yang mengkhususkan produknya untuk para fashon addict muda. Brand ini cukup terkenal, bahkan termasuk brand yang mahal untuk ukuran artist Hollywood. Menjadi model bagi Le Toire sudah menjadi cita-cita paten semua gadis yang berimpian untuk menjadi supermodel dunia. And bear it in your mind, Le Toir adalah salah satu brand yang paling cerewet sedunia. Mereka selektif gila when it comes to their ads model. Cuma model dengan koneksi amazing, badan super bagus, dan muka yang bener-bener cantik unik saja yang punya chance untuk diapprove. Kalau kamu cantik tapi bisa ditemuin di mana saja? you have no chance. Kalau kamu unik, tapi nggak cantik? goodbye hun. Kalau kamu cantik unik tapi ga kurus? belum sempat ngelangkah masuk audisi saja sudah dilempar keluar mungkin. Like i said before, Le Toire berstandart gila-gilaan. Mungkin aku memang sudah biasa banget dengan modelling, tapi Le Toire tetep jadi kebanggaan buatku. Dengan penuh semangat, aku berjalan memasuki gedung MILLE Agency, hanya melambaikan kartu id-ku ke security (yang sudah sangat hafal denganku), dan berlari memasuki ruangan photoshootku, yang tepat berada di lantai dasar. Sedikit ngos-ngosan, aku menyapa beberapa orang staff yang sudah lumayan kukenal, lalu bersiap untuk di makeup. Buat beberapa orang, makeup mungkin dianggap sebagai topeng, fake. Tapi untukku, makeup adalah seni, aku selalu melakukan makeupku sendiri dan aku menikmati hal itu. Setelah duduk di kursi makeup, aku menghadap wajahku, yang saat itu sepenuhnya polos. "Apa theme photoshoot hari ini?", tanyaku ke staff yang berada paling dekat denganku. "Korean Pop, miss, dan apakah kamu mau ice tea mu yang biasa?", tanya staff itu, hafal dengan kebiasaan minumku sebelum photoshoot. "Iya, please", jawabku sambil tersenyum ke arahnya. Kau mungkin banyak mendengar desas-desus bahwa fashion adalah dunia yang tidak ramah, tapi itu salah besar. Aku lalu mengerjakan makeup ku. Kupulaskan eyeliner di ujung mataku, cc cream di seluruh wajahku, blush on di pipiku, dan lip tint ditengah bibirku. Aku tersenyum pada bayanganku. Done. Aku lalu berlari ke bagian hair styling, di mana aku bertemu Ken, orang yang sudah kuanggap sebagai kakakku. Semua orang mengira kami pacaran, tho. I'm good at makeup, and styling other's hair, but styling my own hair? i'll give up in any rate. Ken gay, orang terbaik di dunia, dan super hot. I mean it. Dia adalah tipe cowok Asian-European, ber-abs sempurna, dan come with super great sense of fashion. I kinda feel sorry for all the girls who's drowling after him. "So, Le Toire, huh?" , tanya Ken sambil mengangkat alisnya. "Yep, i know i'm awesome", balasku, menggodanya. "Not as awesome as i am,duh", balasnya sambil mengangkat bahunya. "Whatever makes you sleep well tonight, kiddo", balasku mengejeknya. "So you accept the fact that i'm awesome. And cute, kids are cute. Sudah sana cepetan, jangan sampai kau membuat photographer super panas itu menunggu", balasnya. "Photographer super panas? kita punya photographer baru?". "Yep. How's your lovely baby David, by the way?", tanyanya. David adalah mantan kekasihku. "Still can't get over the fact that we're never ever getting back together, and still being the good boy he is, boiling me in a field of presents. Its not my fault that i'm this good looking,duh. How hot is that new photographer?", tanyaku, sekaligus menggoda Ken. "Aku akan menariknya ke apartmentku dalam lima menit kalau dia tidak straight. And you're not that good looking, duh", balas Ken sambil menjulurkan lidahnya. "I am that good, and you know it, Mr.Oh-So-Jealous. Kau jalang, apakah kau sudah melupakan Eric?" , Eric adalah seorang designer yang sangat terkenal di Italia, dan juga merupakan pacar Ken. "Kau merusak fantasiku, pergi sana", Ken mengusirku sambil bercanda. Aku melirik cermin di depanku. Rambutku yang biasanya hitam lurus sebahu sekarang telah ditata dengan fake-bob oleh Ken. "I know you love me, hun", kataku sambil melemparkan kiss-bye padanya. Lalu aku berlari ke wardrobe changing room. Aku tersenyum saat melihat rak yang bertuliskan namaku. Semua baju yang akan menjadi center dalam koleksi Le Toir season ini berada di tanganku. Segera kuganti bajuku dengan wardrobe set pertama yang harus kupakai. Strapless bikini hitam dengan stud, muscle band tee putih, dan shorts hitam bertuliskan 'SHUT UP' gold. Le Toir benar-benar tahu bagaimana harus membuat baju. Sepasang combat boots hitam-pink-gold dan sebuah tattoo choker gold dengan tulisan graphic 'FETCH' pink menjadi pasangannya. Aku begitu bersemangat. Setelah selesai kuganti bajuku, aku segera berlari ke area photoshoot, sebagian karena aku ingin photoshootku segera mulai, sebagian lagi karena aku sangat penasaran dengan photographer baru super panas itu. Sesampainya di area photoshoot, aku mendapati diriku digiring ke ruang tunggu, karena giliranku ternyata masih lima menit lagi. Seorang staff melemparkan ice tea botolan ke arahku, yang akhirnya menjadi satu-satunya teman bagiku menunggu giliran. Beberapa orang model yang akan menjadi pendampingku di shoot hari ini memandangku dengan kagum. Beberapa dari mereka mendekatiku, bahkan meminta tanda tangan. Aku hanya tersenyum. Amatiran. "Tia!", akhirnya, giliranku. Aku berlari memasuki area photoshoot, dan tanpa sadar mendapati diriku melongo memandang photographer yang sedang bertatap muka denganku. Aku telah bertemu dengan banyak pria tampan di hidupku, tapi tidak pernah sekalipun aku bertemu yang seperti ini. Ia luar biasa tampan, tidak bagi semua orang, tapi jelas merupakan tipeku. Rambutnya pirang dan bola matanya hitam, typical Asian-American, berbadan super bagus, berahang model, basically? super panas. "Apa?", tanyanya dingin. Aku hampir tidak mempercayai telingaku. Suaranya sangat sexy, tapi luar biasa galak. Dia mungkin berharap aku akan takut padanya. Tapi dia salah. Aku bukan model biasa yang akan begitu saja tunduk padanya. Aku Tia. Kuangkat kepalaku tinggi-tinggi dan melangkah ke area. 25 wardrobe, solo maupun group photoshoot kuselesaikan dalam tempo yang luar biasa cepat. Aku lalu berjalan mengahmpirinya. "Hey, i'm Tia, who are you? by the way, i think you're hot", kataku sambil tersenyum kepadanya. "I'm Sebastian and don't waste your time, you're not my type", balasnya dingin. I'm not his type? oh wow, okay, fine. "So, what's your type?", smirk smirk. Jawabannya membuatku melongo di tempat. "Curvy girls, or for your kind, fat girls", jawabnya sambil pergi meninggalkanku. Aku terdiam. This means war.
KAMU SEDANG MEMBACA
Supermodel
RomanceI'm Nathania Geralda Salrez, usually called by Tia. Seumur hidupku, aku selalu percaya pada satu prinsip, cantik itu KURUS. Dan kupikir akan selalu gitu, sampai ada suatu kejadian yang membuatku berpikir ulang tentang semuanya...