Yang tak berarti

0 0 0
                                    

berkali-kali,
Aku menekankan pada diriku sendiri bahwa aku tak pantas lagi berharap...
Pada apapun.

Entah kebahagian, hidup bebas, tanpa tekanan, tanpa ketakutan, tanpa identitas yang berkabut,

Bagiku... Duniaku abu-abu sedari dulu,
Diskriminasi itu mampu membuatku menarik diri dan tersingkirkan kedalam bayang-bayang.
Hanya mampu melihat dari dalam sudut gelap di suatu sudut...

Berharap pada kesunyian jika orang mampu mendengar suaraku yang terkikis keheningan.

Hingga, uluran itu datang...
Menawarkan sebuah kehangatan dan warna warna baru, bertindak seolah menjadi penyelamat dan melindungi.
Menjadi pendengar...

Tapi,
Si bodoh ini, mendapatkan penglihatannya setelah dunia abu-abunya direnggut oleh si pemgulur tangan...

Dan,
Dunianya menjadi gelap,
apa yang dijaganya telah direnggut bersamaan dengan hancurnya dinding yang menopang di belakangnya.
Pedang imajiner bahkan telah membuat luka menganga lebar yang ada dalam dirinya, yang sampai sekarang masih belum sembuh...

Menciptakan kekacauan yang hebat didalam sana, hampir kehilangan nyawa...

Dan selalu berharap akan kematian,

Dengan mengesampingkan jika dia takut dengan kematian dan ingin hidup bahagia

Dan hal-hal seperti itu terjadi layaknya roda berputar,
Diri ini... Bagai suatu yang tak berharga, yang dibuang setelah semua yang tersisa diambil...

Membuatku semakin ketakutan  berlebih akan hal-hal yang terjadi kedepannya,

Tersiksa dalam satu waktu yang datang dan pergi secara tiba-tiba.

Tersiksa dalam rasa tercekik, kebisingan, dan kesakitan pada hal sekeliling.
Walau hanya dalam kurun waktu kurang dari 20 menit, tapi percayalah... Saat mengalaminya, rasanya seakan tak pernah berakhir.

Keadaan mental yang menyusahkan.
Manusia ini benar-benar pesakitan.

Dan manusia ini...
Hidup dengan jiwa yang kosong,
Semangat hidup yang redup,
Memiliki harapan yang semu dengan raga yang dipaksa berdiri tegap,

Aku lelah...
-z

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang