..
"Selamat pagi Pak Hanan, hari ini saya bawain bapak kue. Tadi saya bikin sendiri." kata Nadia menaruh kotak makan di meja Hanan.
Gadis itu tersenyum. Menatap Hanan yang sudah sibuk berkutat dengan laptopnya. Nadia akui Hanan sangat tampan, proporsi wajah pemuda itu benar-benar sempurna di matanya.
"Gausah repot-repot mbak, saya tadi sudah sarapan kok.." kata Hanan menghentikan kegiatannya memeriksa laporan pembangunan dan menatap Nadia.
Nadia menggeleng. "Nggak repot kok pak, saya memang suka membuat kue-kuean seperti ini. Silahkan dimakan pak, saya permisi dulu." kata gadis itu sambil tersenyum dan pergi keluar dari ruangan yang Hanan tempati saat ini.
Setelah kepergian Nadia, Hanan menoleh menatap kotak makan yang berisi kue di sampingnya. Pemuda itu berdecak.
"Pagi Nan, sorry telat. Alarm gue gak nyala tadi." kata Rio menghampiri Hanan dan duduk di depan pemuda itu.
Hanan menatap Rio. "Gue kirain lo tadi udah berangkat. Kamar lo gue ketok gak ada yang nyahutin." sahutnya.
Rio langsung nyengir. "Sorry Nan, telat bangun gue. Tadi aja kalo gak ditelpon Jia kayaknya gue belom bangun." kata pemuda itu.
Hanan menghela nafas. "Kebiasaan lo."
Rio tertawa pelan. "Ya gimana, udah biasa dibangunin Jia. Jadi kalo lupa nyalain alarm ya susah bangun."
"Dasar."
Rio menggaruk pipinya. Matanya tanpa sengaja melihat kotak makan di samping Hanan. "Apaan tuh Nan?" tanyanya menggunakan isyarat mata.
Hanan mendorong kotak makan itu ke depan Rio. "Gatau, katanya sih kue. Dapet dari Nadia. Lo makan aja Yo."
Rio meraih kotak makan itu dan membuka penutupnya. Pemuda itu melihat beberapa potong kue di dalamnya. "Lo gak mau?"
Hanan menggeleng. "Gak, kalo kata Chacha jangan asal nerima makanan dari orang lain, apalagi cewek. Bisa di pelet." jawabnya.
"Masa sih?"
Hanan mengangkat bahu. "Ya kali aja kan, tapi lo makan aja. Kayaknya kalo ke lo gak ngefek. Kalaupun ada peletnya kan pasti buat gue, bukan buat lo. Jadi kalo lo yang makan gak akan ada pengaruhnya."
Rio menaikkan sebelah alisnya. "Yaudah gue cobain deh. Kalo tiba-tiba gue suka sama Nadia ntar lo bilangin Jia ya. Dia ada kenalan dukun keknya. Biar gue bisa dinormalin lagi."
Hanan tertawa dan mengangguk. "Oke."
Rio pun mengambil sepotong kue dan memakannya. Pemuda itu mengerutkan keningnya setelah mulai mengunyah potongan kue itu.
"Gimana?" tanya Hanan.
Rio nampak berfikir. "Biasa aja sih, enakan bikinan si Chacha kalo kata gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baskara 18+ | END
Romance⚠️ Mature Content 🔞⚠️ [Sequel dari Engas, Ena dan Afeksi!] FULL CHAPTER DI KARYAKARSA! Kehidupan Hanan dan Chacha yang semakin seru setelah Chacha dinyatakan hamil. "Adek minta dijenguk papanya, ayoooo Bi! Udah gapapa loh ini. Adek kangen loh, kit...