..
Chacha tersenyum menatap Hanan yang masih tetidur di hadapannya. Wanita itu mengusap rahang Hanan yng terlihat semakin tegas. Seiring usia mereka yang kian bertambah entah kenapa garis rahang Hanan malah semakin terbentuk. Pria itu terlihat semakin tampan di mata Chacha.
"Kenapa sih ngeliatin gue mulu? Makin terpesona ya sama gue?" tanya Hanan tanpa membuka matanya.
Sebenarnya sedari tadi dia sudah bangun, dia sangat sensitif dengan sentuhan Chacha. Jadi sejak pertama Chacha mulai mengusap rahang dan wajahnya tentu saja dia sudah terbangun. Hanya saja dia memang malas untuk membuka mata karena masih menikmati sentuhan wanita itu.
"Lo makin ganteng kayaknya.." kata Chacha.
Mendengar ucapan istrinya itu Hanan langsung membuka matanya. "Apanih? Pasti mau minta sesuatu nih kalo udah muji." ucapnya curiga.
Chacha mendengus dan menggembungkan pipinya. "Ish, suudzon mulu lo sama gue. Emang gak boleh gue muji lo?"
Hanan terkekeh pelan dan menangkup wajah istrinya itu. "Ya boleh, tapi lo kalo udah muji biasanya ada sesuatu."
Chacha mendengus. Wanita itu tiba-tiba tersenyum. "Ehehehe, nanti ke mall yuk?"
Hanan mendengus dan berdecih pelan. "Kan beneran.."
Chacha langsung nyengir. "Kan udah lama kita gak ke mall.."
Hanan menghela nafas dan mengusap kepala Chacha. "Iya deh.."
"Yey!" kata Chacha bersorak senang.
Hanan kemudian bangun dari posisi berbaringnya. "Yaudah, ayo sholat dulu. Nanti telat masak buat anak-anak." kata pria itu.
Chacha mengangguk. Mereka langsung menuju ke kamar mandi untuk wudhu. Setelah selesai mereka kembali ke kamar dan bersiap untuk sholat subuh berjamaah. Selesai sholat mereka kembali ke kamar mandi.
"Sini dulu.." kata Chacha menahan tangan Hanan.
Hanan yang sudah bersiap untuk mandi berbalik dan menatap Chacha. "Apa?" tanyanya.
Chacha duduk di samping wastafel dan membuka lemari kecil tempat Hanan menyimpan semua peralatan cukurnya. "Kumis sama jenggot lo mulai numbuh. Cukuran dulu." kata wanita itu.
Hanan menghela nafas dan memeluk pinggang Chacha. "Pengertian banget istri gue ini."
Chacha mulai mengoleskan krim cukur ke dagu dan juga bagian atas bibir Hanan. "Biar ga keliatan kayak bapak-bapak banget."
Hanan memajukan bibinya. "Yakan emang udah bapak-bapak. Anaknya aja udah empat."
Chacha mendongak dan menatap Hanan. "Hish, biar keliatan fresh. Biar kayak masih muda."
Hanan terkekeh pelan. "Yaudah iya.." sahutnya.
Dengan sabar Chacha mengoleskan krim cukur hingga merata. Setelah dagu dan bagian atas bibir Hanan tertutupi oleh krim cukur Chacha mulai mencukur kumis dan janggut Hanan.
"Nanti mau masak apa?" tanya Hanan.
Chacha mengusap sisa krim cukur di wajah Hanan. "Nasi goreng kayaknya. Yang simple aja." jawab wanita itu.
Hanan mengangguk. "Pakein telor ceplok." pintanya.
Chacha mengangguk dan mengusap wajah Hanan menggunakan handuk. "Iya.."
Hanan terkekeh dia menatap wajah Chacha yang kini sedang serius mengelap wajanya. "Makasih.." ucapnya.
Chacha meletakkan handuk kecil yang tadinya dia gunakan untuk mengelap wajah Hanan. Wanita itu tersenyum dan mengangguk. "Kiss.." ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baskara 18+ | END
Romansa⚠️ Mature Content 🔞⚠️ [Sequel dari Engas, Ena dan Afeksi!] FULL CHAPTER DI KARYAKARSA! Kehidupan Hanan dan Chacha yang semakin seru setelah Chacha dinyatakan hamil. "Adek minta dijenguk papanya, ayoooo Bi! Udah gapapa loh ini. Adek kangen loh, kit...