Aku dan dia melangkah lebih jauh dalam semalam. Mau bagaimana lagi, aku pun laki-laki biasa yang tergoda dengan naluri hewani. Terlepas dari statusku sebagai seorang biksu, melepas segala keinginan duniawi itu bukan sesuatu yang mudah. Aku bahkan ragu jika ada seseorang yang benar-benar bisa lepas dari keinginan terdalamnya.
Tubuh si rubah rasannya begitu asin. Mungkin karena kami melakukannya dalam balutan selimut, sehingga keringat kami saling larut di atas permukaan kulit si rubah dan membuatku merasakan itu. Gelagatnya yang selalu menolak, namun enggan mendorongku untuk menjauh pun begitu menggemaskan. Hingga akhir aku menjamah dirinya, hanya namaku yang lepas dari bibir si rubah, bersama erangan di sana-sini.
Ini pertama kalinya aku menyentuh tubuh wanita secara utuh. Ada pula noda darah di seprai, sehingga aku pun yakin ini pertama kali dia melakukan ini, meski dirinya pernah menikah. Aku memang biksu tolol yang mengambil kesempatan dari seorang wanita yang tengah lengah. Tapi, bukan hanya itu yang kuambil dari si rubah selagi dia lengah. Satu ekor yang dia ambil dariku sebelumnya telah berhasil kurebut kembali.
"Aku akan memotong ke-5 ekormu jika kamu berani selingkuh." tuturnya padaku dari balik selimut.
"5...?" aku yang tangannya hampir mati rasa karena dijadikan bantal pun bingung akan pernyataan tiba-tiba si rubah.
Dia pun melirik ke satu bagian dariku yang membuatku spontan paham. Khawatir dan terhibur oleh candanya sesaat itu, kekehan pun lepas. "Tidak adil jika hanya aku yang dapat hukuman, bukan?"
"Tentu saja adil."
"Apanya?"
"Karena aku tidak akan selingkuh darimu."
Aku tidak bisa lagi menyangkal jika sifatnya itu memang lucu. Kuacak-acak rambutnya yang sesaat itu juga membuat dia ikut tertawa, lalu kutarik tubuhnya mendekat ke dalam dekapan. Meski ekor maupun telinganya tidak muncul, aku bisa mencium aroma Sakura dari tubuhnya.
"Hiro..."
"Apa?"
"Aku tahu sebelumnya aku memintamu untuk tidak terlalu memanjakanku, tapi... boleh aku meminta sesuatu yang egois?"
"Aku sudah mengambil sesuatu yang berharga bagimu secara egois tadi. Jadi... Akh!" pinggangku tiba-tiba terasa sakit.
"Aku serius."
"Iya... Apa itu?"
"Musim panas nanti, aku dengar kalian akan mengadakan festival. Apa itu sungguh?"
Untuk sesaat, aku tahu akan ke mana arah pembicaranya ini. "Ya..."
"Musim gugur nanti, aku dengar kalian akan menutup bendungan dan membersihkan sungai. Jika aku masih di sana, apa aku boleh ikut mengambil ikan?"
"Kalau kamu ikut, mungkin."
Dia terkekeh, "Kanbara terdengar menyenangkan untuk ditinggali."
"Ya..."
"Jauh sebelum kamu lahir, aku sudah jatuh cinta dengan tanah ini. Ayah dan ibuku sudah sangat tua saat menemukanku, tapi mereka merawatku dengan baik dan mengajariku bertenun. Musim gugur dan musim salju menjadi yang terberat dan paling berkesan bagiku setiap tahun. Karena ayah akan lebih sering membantu menganyam di rumah ketimbang menyisiri sawah. Sama seperti kamu, aku pun tidak begitu menikmati sayuran dan musim salju datang dengan ikan dan daging merah melimpah sebagai hasil kerja kami selama setengah tahun. Aku akan sangat merindukan masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fox-Tale
RomancePertemuan tidak selalu berawal dari sesuatu yang baik. Duka dan luka sepeninggalan teman masa kecilnya mempertemukan Hirabayashi Hiromichi dengan seorang gadis rubah berekor sembilan yang selama ratusan tahun lamannya tersegel di dalam batang pohon...