𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 02

401 50 0
                                    

"Jihoon?" Panggil seseorang membuat sosok manis itu menoleh.

"Eh Bae? Ada apa?" Tanya Jihoon bingung karena tidak biasanya Jinyoung mau ke perpus menemuinya.

Bisa dibilang Bae Jinyoung akan selalu bermain basket bersama Lai Guanlin di waktu senggang. Ya karena mereka berdua tim basket sekolah.

"Tolong aku." Jinyoung memperlihatkan buku catatannya pada Jihoon.

"Lihat, dua nomor ini sangat susah aku benar-benar tidak tahu cara mengerjakannya." Jinyoung bergeser agar lebih dekat lagi dengan Jihoon dan si manis mulai menjelaskan cara yang tidak Jinyoung tahu.

"Sudah paham?" Tanya Jihoon.

"Sudah, terima kasih Ji kau memang temanku yang terbaik!" Jinyoung mengusak rambut Jihoon membuat pemuda manis itu mendengus tak suka.

Tapi dalam hati Jihoon merasa hangat..

"Jangan mengacaukan rambutku dan hatiku Bae." Batin si manis.

"Sialan kau Bae! Jangan merusak tatanan rambutku!" Jihoon memukul kasar tangan Jinyoung membuat pemuda berwajah kecil itu meringis sakit.

"Hey Park! Itu menyakitkan!" Keluh Jinyoung.

Tiba-tiba saja pintu perpustakaan terbuka menampilkan sesosok Guanlin.

"Hey bro kenapa tidak ke lapangan basket?" Guanlin duduk diantara Jinyoung dan Jihoon, pemuda itu merangkul kedua bahu temannya.

"Ih bau keringat! Guanlin bau keringat!" Ejek Jihoon sembari melepaskan rangkulan Guanlin.

"Aku bahkan belum bermain basket, Park." Ujar Guanlin datar.

"Bohong, manusia tiang sepertimu tidak mungkin menjadi tiang seperti ini jika tidak bermain basket!" Jihoon menyambar.

"Ya aku memang tiang lalu kau mungil, tidak sadarkah bahwa kau terlalu mungil?" Tanya Guanlin dengan bahasa Taiwannya.

"Guanlin bodoh, dasar manusia tiang sekarang aku sudah mengerti arti perkataanmu." Jihoon membalas dengan bahasa yang sama, dengan fasih membuat Guanlin shock berat.

"Hahahaha Guanlin memang bodoh, Jihoon sudah mempelajari bahasa Taiwan akhir-ahkir ini." Jinyoung tertawa dalam diam membuat Jihoon memandangnya aneh.

"Kau tidak bisa meledekku lagi, Lai." Jihoon menepuk bahu Guanlin dua kali sebelum dirinya beranjak dari duduknya.

"Selamat tinggal, Guanlin bodoh!" Jihoon kembali berbicara dengan bahasa Taiwan membuat Jinyoung tertawa lepas kali ini hingga ia di omeli oleh penjaga perpus.

"Kenapa bisa si mungil itu belajar dengan cepat? Padahal aku memerlukan banyak waktu untuk bisa berbahasa Korea." Guanlin terlihat sedih mengingat awal-awal saat ia tidak terlalu bisa berbicara lancar.

"Jangan lupakan kalau Jihoon itu jenius." Jinyoung beranjak dari duduknya dan pergi menyusul Jihoon.

...

Keesokan paginya.

Pagi ini tidak seperti pagi biasanya, Jihyun bangun terlambat dan anak itu juga terlihat tidak baik-baik saja..

"Kamu kenapa Jihyun-ah? Apa ada yang sakit?" Woojin meletakkan punggung tangannya pada dahi Jihyun. Sedikit terasa hangat.

Jihyun menggeleng dengan pelan lalu gadis itu duduk pada kursinya.

Jihoon diam-diam mengamati Jihyun sembari ia mengunyah sarapan pagi ini.

"Kepalaku hanya pusing." Ujar Jihyun lemah.

"Sudah minum vitamin?" Tanya Jihoon.

"Sudah kok." Jawab Jihyun singkat.

"Kalau masih pusing boleh aja hari ini izin tidak masuk sekolah, daripada nanti kamu tambah parah." Jihoon memberi saran namun mendapat gelengan dari Jihyun.

Flowerbomb [HWJH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang