Penulis: vormyr
Libur akhir semester telah tiba!
Semua orang sibuk packing baju-baju mereka ke dalam koper untuk pulang. Wajah mereka semuanya sumringah karena membayangkan cookies, pai, serta makanan-makanan khas Natal lainnya yang ada di rumah. Tidak sedikit juga obrolan-obrolan antusias dari mereka yang saling bertukar ide mengenai suasana Natal bersama keluarga. Beberapa sangat antusias menceritakan tradisi keluarga untuk saling bertukar kado dan menyanyikan lagu Jingle Bells. Ada juga yang menggebu-gebu menceritakan panekuk bluberi buatan ibunya yang selalu ludes dalam sekejap mata saking lezatnya. Mereka yang akan pulang sudah tidak sabar menanti libur Natal bersama keluarga dan hangatnya rumah.
Tapi Jeno hanya bisa menonton mereka semua beres-beres koper sambil menyumbat telinganya dengan earphone yang memutar lagu rock keras-keras karena ia tidak pulang.
Sejak menginjakkan kakinya di Hogwarts dua tahun lalu, Jeno tidak pernah pulang ketika Natal. Orang tuanya sudah berpulang akibat kecelakaan pesawat sebelum ia masuk Hogwarts. Well, orang tuanya adalah muggles dan Jeno bisa dibilang merasa beruntung sekali karena bisa menjadi salah satu dari sekian banyak muggle yang bersekolah di sekolah sihir sehebat Hogwarts. Selain itu, dengan berada di Hogwarts, ia bisa memiliki atap yang menaungi dirinya serta ranjang untuk ia tidur. Yah, walaupun ada kalanya di mana Jeno merasa rindu sekali dengan rumahnya dan betapa hangatnya rumah itu ketika kedua orang tuanya masih ada, ia harus menerima kenyataan bahwa ia tidak memiliki rumah lagi saat ini. Jadi, ia hanya bisa tersenyum kecut pada dirinya sendiri di tengah euforia siswa-siswa lain yang akan pulang kampung.
Duh, rasanya Jeno iri sekali.
Apa tahun ini akan menjadi Natal ketiganya yang ia rayakan bersama para hantu Hogwarts? Ia harus lagi-lagi menjadi sasaran Nearly-headless Nick? Ahmenyebalkan. Ia juga rindu macaroon buatan ibunya dan juga waffle buatan ayahnya. Tapi di Natal kali ini ia hanya akan makan ayam goreng buatan koki Hogwarts seperti biasanya. Membayangkan Natalnya yang menyedihkanmembuat Jeno melepas earphonenya kasar, menarik perhatian temannya.
"Kenapa, Jen?" tanya Johnny setelah menutup kopernya.
"Gak apa-apa, Bang. Keinget ujian potions kemarin kayaknya salah," sahut Jeno berbohong.
Johnny kemudian mengangguk, "tahun in sama, kan, stay juga?"
"Iya," jawab Jeno. "Gimana lagi, Bang, nggak punya tempat buat pulang."
Kemudian Johnny melirik ke arah salah satu ranjang yang penghuninya sedangtidak ada di sana dan wajahnya berubah sedikit cerah, "oh! Tahun ini lu nggaksendirian, Jen. Soalnya Mark juga nggak pulang buat Natal. Jadi, nggak ngangngong ngang ngong banget lah ya."
Jeno mengikuti arah pandang Johnny yang terarah pada ranjang rapi yangpenghuninya belum tiba dan entah masih di mana itu. Dari semua orang diasrama, sepertinya Jeno paling tidak kenal dengan Mark. Yah, walaupun ia senang punya teman selama liburan Natal, tapi kalau orang itu diam seribubahasa, sama saja seperti sendirian, dong?
"Gue nggak deket sama Bang Mark," aku Jeno yang membuat Johnnymenatapnya aneh.
"Ya emang itu anak agak-agak, sih. But he's cool! All you need to do is talk to him,and you'll find him charming. I swear," seru Johnny sembari menepuk-nepukbahu Jeno kemudian berlalu untuk membawa kopernya ke common room untukdiangkut nanti.
Sekali lagi, Jeno melirik ranjang Mark Lee, sedikit berharap kalau Natal tahun ini iatidak akan merasa kesepian seperti tahun-tahun sebelumnya.
***
Siswa-siswa lain sudah naik kereta untuk kembali ke rumah merekamasing-masing. Hogwarts mendadak terasa sepi. Tidak ada lagi suara langkahkaki yang berlari di koridor. Tidak ada suara gadis-gadis yang berbisik ketika Jenolewat. Dan yang paling Jeno sayangkan, tidak ada latihan Quidditch jadi ia tidakpunya kegiatan apa-apa (kegiatan untuk menonton, maksudnya). Sewaktu Jenosedang asik menatap lapangan Quidditch yang sepi dan terasa dingin itu, iadikagetkan oleh suara yang terasa asing namun familiar di telinganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/330126618-288-k917079.jpg)