there are seven wonders of the world (but you are the most wonderful one)

1.1K 71 2
                                    

Penulis: theleemates

Jika hanya ada tujuh keajaiban di dunia, maka mencintai Jeno adalah keajaiban baru yang Mark ciptakan.

[i.]

Bahwa sesungguhnya, pertemuan Mark dengan Jeno pun sudah merupakan sebuah keajaiban.

Jeno. Nama itu sudah sejak lama kerap mampir di indera pendengaran Mark. Sejak berteman dengan Yeonjun, si kupu-kupu sosial yang memiliki banyak kenalan dari seluruh penjuru sekolah saat kelas sepuluh dulu, Mark menjadi sering mendengar nama-nama asing yang ternyata berada di lingkup yang sama dengannya. Dan, Jeno adalah salah satu nama yang intensitasnya cukup sering disebut oleh bibir temannya itu setiap mereka sedang berbincang. Hingga lambat laun, akhirnya mau tak mau ia menyimpan nama itu di ingatannya.

Awalnya, setiap mendengar nama Jeno, Mark bertanya-tanya siapakah dan bagaimanakah sosok pemilik nama tersebut. Meskipun lama-kelamaan, ia jadi mengerti jika Jeno yang sering ia dengar adalah adik Yeonjun. Remaja—yang saat kali pertama Mark mendengar namanya—merupakan seorang murid SMP tingkat akhir yang sedang sibuk-sibuknya dengan persiapan ujian nasional.

"Wah, pensi SMANSA bakal undang The Overtunes? Boleh deh, gue beli tiketnya. Ajak Jeno enggak ya? Dia suka The Overtunes juga, tapi kalau diajak pasti percuma, soalnya Jeno tuh anak rumahan banget. Kayaknya dia cuma keluar rumah buat pergi sekolah atau temenin mama belanja aja."

"Jangan kerja kelompok hari Sabtu ini, plis. Gue sama Jeno mau pergi ke Timezone, ngerayain dia ultah kelima belas. Ini tuh kesempatan langka, kapan lagi coba adek gue mau main keluar rumah?!"

"Jeno suka banget sama susu, apalagi yang rasa pisang. Agak kayak bocah sih, tapi yaa... memang beneran masih bocah."

"Aduuuh, selera musik lo kenapa mirip banget sama Jeno sih?! Gue udah gumoh dengerin lagu si Harry Styles diputer mulu di rumah setiap hari setiap jam, eh sekarang lo malah pasang juga di kelas!"

"Gue sedih, alergi Jeno lagi kambuh. Dia batu sih, udah dibilang kalau lagi mainin kucing enggak boleh lama-lama, eh cuma karena gemas, dia sampai ketiduran bareng kucingnya. Lagian aneh ya, udah tau alergi bulu kucing, tapi malah pelihara kucing. Tiga lagi! Memang ada-ada aja adek gue tuh!"

Dialog-dialog mengenai Jeno yang dilontarkan Yeonjun selalu dicatat begitu apik di dalam kepala Mark, sampai rasanya ia seperti sudah mengenal remaja itu meski hanya melalui obrolan sepintas dari orang lain. Waktu demi waktu, informasi-informasi itu kian menumpuk di seisi pikirannya sembari sibuk menerka-nerka, kapankah kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan Jeno akan tiba.

Rabu itu, sinar matahari pagi menyorot lembut pada kelas 11 IPS 3 yang letaknya di ujung koridor. Mengayunkan kaki sehabis dari toilet, dari kejauhan Mark melihat sebuah punggung dengan tas ransel biru tua berdiri di depan kelasnya. Berbalut setelan seragam yang masih tampak baru dibandingkan miliknya sendiri.

"Permisi, di sini ada yang namanya Mark?" Suara Jeno terdengar begitu pelan. Beruntung, saat itu manusia yang dicari justru baru saja melintas.

"Aku! Aku Mark." Tanpa sadar, Mark berseru penuh semangat. Kakinya dibawa masuk ke dalam kelas, kini berdiri menghadap yang lebih muda. "Ada apa ya, Dek?" lanjutnya. Dalam hati bertanya-tanya, siapakah remaja di hadapannya? Karena seingatnya tidak ada wajah rupawan seperti ini di angkatannya atau angkatan di atasnya. Terheran dengan wajah yang tampak asing, Mark tidak sadar bahwa nada akhir kalimat yang keluar dari bibirnya berakhir terdengar tidak jelas.

"Oh...," Sejenak, Mark mampu melihat sirat lega di raut wajah remaja itu, "ini, surat sakit punya kak Yeonjun, kak Mark. Kak Yeonjun lagi demam, jadi enggak bisa masuk sekolah. Mama bikin surat, terus kata kak Yeonjun, aku harus kasih ke kakak yang namanya Mark."

𝐌𝐀𝐑𝐊𝐍𝐎 𝐅𝐈𝐂 𝐅𝐄𝐒𝐓: #𝐌𝐀𝐑𝐊𝐍𝐎𝐃𝐀𝐘 𝐒𝐏𝐄𝐂𝐈𝐀𝐋 𝟐𝟎𝟐𝟐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang