Jar of Cookies

433 47 0
                                    

Penulis: GoresINKa

3 years ago

"Jeno, kita sebentar lagi menikah."

Jeno menoleh, menatap Mark yang duduk di sofa, merangkul pundaknya erat.

Mereka ada di ruang tamu rumah orang tua Jeno. Seperti biasa, Mark mampir sepulang bekerja untuk melepas penatnya dengan menatap wajah Jeno barang sejenak.

"Iya, 'kan kamu udah lamar aku, kenapa?"

Mark menghela nafas sebentar, menegakkan duduknya. Dia mengelus pipi Jeno, mengecup hidung lelaki itu sebentar.

"Aku mau ngobrolin beberapa hal sebelum kita menikah," ujar Mark. Dalam seluruh kalimatnya ditekankan bahwa kali ini pembicaraan mereka mengangkat topik yang sedikit berat.

"Seperti?"

"Banyak, Jeno." Mark mengelus rambut Jeno. "Setelah menikah nanti, aku nggak akan bisa selalu sama kamu karena pekerjaanku, kamu juga belum selesai skripsian pastinya." Mark menjeda kalimatnya.

"Karena itu, aku mau kita ngobrolin semuanya. Tentang apa yang nggak kamu pengen dan kamu impikan dalam pernikahan kita nanti, aku bakalan bilang juga mana yang aku sanggupin dan mana yang aku gak bisa aku penuhin."

"Gimana, mau?"

Jeno anggukan kepalanya, lalu menggenggam tangan Mark.

"Kak Mark mau bahas apa dulu?"

Mark menggeleng. "Kamu duluan, Jeno."

Jeno mengangguk.

"Aku nggak banyak mau, aku cuma pengen pernikahanku sama Kak Mark nanti kurang lebih sama seperti pas kita pacaran. Nggak banyak berantem, nggak berubah. Lagi, aku bakalan lulus tahun depan juga, jadi skripsiku nggak bakal banyak mengganggu."

"Aku mau pernikahan kita nanti jadi sesuatu yang berharga, Kak. Walaupun kakak sibuk, tolong usahain buat kasih kabar ke aku, ya? Seperti yang biasanya kakak lakuin."

"Terus, kalau kakak pergi-pergi... akunya jangan ditinggal lama-lama, hehe."

Jeno tutup pernyataannya dengan senyum yang begitu manis. Mark mengeratkan genggam tangan mereka.

"Aku usahain, ya, Sayang? Setidaknya aku bakal kabarin kamu sekurang-kurangnya satu kali sehari."

"Iya, makasih, Kak Mark."

Jeno memberikan kecup kecil di pipi Mark. Lelaki itu mendusalkan kepalanya ke leher kekasihnya, membaui aroma yang menguar dari parfum kekasihnya.

"Jeno," panggilnya.

Jeno langsung menegapkan duduk, menatap Mark.

"Iya?"

"Aku mau bahas soal anak."

Atmosfer ruangan itu seketika mendingin. Jeno tau seberapa sensitifnya topik yang Mark bawa kepadanya, kepada Mark sendiri. Begitu Mark berkata, Jeno memberikan seluruh atensinya kepada sang kekasih.

"Kalau nanti kita nggak usah punya anak, kamu gimana?"

"Maksudnya—"

"Maaf, Jeno. Kamu pasti kaget, ya? Tapi aku udah kepikiran ini dari lama. Dengan pekerjaanku yang pasti bakalan banyak banget, kalau kita punya anak, kamu pasti keteteran sendiri. Kamu juga nggak suka sesuatu milikmu disentuh sama orang lain, jadi nggak mungkin kita nyewa baby sitters."

"Aku emang bakalan pulang setiap malem, mungkin jam 7, jam 3 pagi kalau emang aku lembur."

"Dengan pekerjaanku yang begitu, aku nggak akan ada waktu buat anak kita nanti, ataupun membantu kamu buat mengurus dia."

𝐌𝐀𝐑𝐊𝐍𝐎 𝐅𝐈𝐂 𝐅𝐄𝐒𝐓: #𝐌𝐀𝐑𝐊𝐍𝐎𝐃𝐀𝐘 𝐒𝐏𝐄𝐂𝐈𝐀𝐋 𝟐𝟎𝟐𝟐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang