001

1.5K 226 27
                                    

KOMEN GAKK?
kalo gamaw yaudah aku juga
gamaw update lagi.

...


Sesuai permintaan Mark, Caca mengunjungi kantornya saat pukul satu siang.

Caca berdecak kagum melihat bangunan megah di depannya ini.

Dia tak pernah menyangka takdirnya akan seindah ini. Meskipun ia akan menjadi istri pajangan oleh Mark, ia tetap bersyukur karena hidupnya tak akan kesusahan seperti dulu.

Dengan sedikit keraguan gadis itu menjajah kan kakinya masuk.

"Selamat siang, nona. Ada yang bisa saya bantu?"
Seorang wanita cantik berdiri di meja resepsionis bertanya ramah kepada Caca.

"Saya mau ke ruangan tuan Mark."

"Ah apakah anda nona Caca?" tanya wanita itu, dan ditanggapi anggukan oleh empunya.

"Baik, mari saya antar kan."

Hingga sampailah keduanya di depan pintu ruangan Mark.
"Tuan Mark, nona Caca sudah datang."

Setelah mendapat persetujuan dari CEO itu, Caca mengarahkan tubuhnya untuk masuk.

"Duduklah, ada yang ingin saya bicarakan."

Caca duduk berhadapan di depan Mark.

"Ini adalah surat perjanjian. Jika kamu menyetujui semuanya, tanda tangani di bawah," ujar pria itu.

Caca membaca selembar kertas yang baru saja pria itu diberikan. Mulutnya menganga lantaran adanya suatu sarat yang menurutnya tidak sesuai.

"Maaf, bukannya Tuan dari awal bilang buat gak bakal ngelakuin ninu-ninu kalau udah menikah? Kok ini ada syarat suruh hamil anak satu?" tanya Caca sedikit kesal.

Mark memijat pelipisnya lelah, tentu saja ia tak mau melakukannya. Tapi, tujuan Papanya suruh cepat nikah kan buat dapet cucu?

"Iya, saya lupa Papa saya menyuruh saya untuk segera menikah karena beliau ingin segera menimang cucu."

Lelaki itu sedikit menggigit bibir bawahnya, "Saya janji, saya hanya akan melakukannya satu kali. Sebagai syarat mendapatkan pewaris perusahaan yang sudah dibangun kakek saya."

Caca mengerucutkan bibirnya, ia tak menyangka pernikahan kontrak ternyata seribet ini.

"Tapi, kenapa sih Tuan gak nyari pacar aja? Terus kan sama-sama jatuh cinta, jadi nggak bakal ngejalanin pernikahan tanpa adanya perasaan," cicitnya tanpa sadar mengeluarkan nada manja, seakan-akan ia sedang berbicara dengan ibunya sendiri.

Mark menatap Caca serius yang membuat bulu kuduknya meremang.

"Kamu tau kalau setelah putus sama pacar saya, saya sudah gak minat untuk masalah percintaan?"

Caca mengangguk takut menjawab pertanyaan dingin itu.

"Kalau aja saya tidak dibebani untuk memperoleh keturunan. Saya juga gak bakal nikah," timpalnya.

Gadis itu tak menjawab, ia menundukkan kepalanya dalam. Perasaannya campur aduk.

"Setelah anak kita lahir, kita akan bercerai. Tapi setelah itu kehidupan kamu akan tetap saya tanggung."

Mata Caca berbinar menatap pria itu. Dia merasa sangat tertarik dengan bisnis ilegal ini.

Bagaimana bisa tinggal melahirkan satu anak bisa membuat hidupnya berkecukupan? Eh bahkan berlebihan.

"Yaudah, saya setuju!" ucapnya semangat dan segera menandatangani surat perjanjian.

Disaat ekonomi dirinya sulit, tetapi datang seorang pria tampan dengan dompet tebal melamar nya, siapa yang bisa menolak?

...

Dua insan yang berbeda perasaan itu mengelilingi mall bak seorang kekasih.

Caca yang bertugas memilih barang, dan Mark yang kebagian mendorong troli belanja.


Mark meninggalkan kantornya yang untungnya hari ini tak ada jadwal penting. Jadi pria itu bisa menghabiskan waktu berbelanja bersama calon istrinya.

anjay calon istri🤡

Caca sangat senang bisa berbelanja tanpa melihat label harga, karena kata Mark ia boleh memilih apa saja sesuai keinginan gadis itu.

Sampai malam menjelang, entah Mark maupun Caca sama-sama lelah sekaligus lapar.

Pria Jung itu mampir di sebuah restoran seafood sepulang dari Mall.

Caca moodnya sangat baik hari ini setelah mendapat apa yang dia mau, seperti iPhone, tas, baju, sepatu. Semuanya branded, dan tentu saja memakai uang Mark.

Dalam hati ia berniat mengirimkan sebagian uangnya yang diberikan Mark untuk sang Mama.

Jujurly, Caca sangat bersyukur sempat menolak ajakan temannya, Nana untuk jadi sugar baby.

Menurutnya yang Caca lakukan saat ini lebih instan dan sangat menguntungkan, tidak seperti sugar baby yang harus siap melayani daddy nya kapan saja.

"Oh ya, mulai sekarang jangan panggil saya Tuan," ucap Mark membuka obrolan.

Kunyahan Caca berhenti, "Panggil apa terus?"

"Terserah," balas si lelaki acuh tak acuh.

Caca tampak berpikir. "Kak Mark?"

Mark mengangguk singkat. Meskipun Caca tak terbiasa dengan panggilan itu namun ia harus memaksakannya.

"Besok ketemu keluarga saya, ya."

Caca mengadahkan kepalanya menatap yang lebih tua, "Kok mendadak banget?"

"Kenapa? Kita bisa cepet nikah terus cerai kan," balasnya enteng.

"Terus sama keluarga Caca gimana kak?"

"Ya nanti saya temuin keluarga kamu, terus lamaran."

Entah kenapa meskipun tiada rasa suka, jantung Caca rasanya loncat-loncat pas denger kata lamaran.

Pipinya memerah tanpa sadar.


TBC

Love You, Suamiku - MarkHyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang