002

1.3K 222 48
                                    

Sekarang adalah pagi pertama bagi Acha dan Mark di pernikahannya.

hah kok udah langsung nikah aja? iya authornya males kalo molor² dari acara lamaran dll. intinya mereka udah nikah kemarin!

Mark akhirnya terbangun karena terusik oleh cahaya matahari yang menembus kaca jendela kamarnya.

Netranya menyisir tiap sudut kamarnya, tidak ada sang istri.

Kemana dia?

Namun bunyi gemericik air dari kamar mandi membuat pikirannya tenang. Ternyata lagi mandi.

Mark terlalu lelah sehingga dirinya memutuskan untuk tidur lagi.

Sementara Caca yang di kamar mandi, tak kunjung selesai dengan kegiatannya.

Sudah hampir satu jam gadisー eh perempuan itu menggerutu kesal sambil menggosokkan jarinya di ceruk lehernya.

Banyak sekali bekas suaminya itu yang susah dihilangkan. Selepas dari itu, Caca juga kesal lantaran sebelumnya suaminya bilang bahwa dia tak akan menikmatinya.

Namun apa nyata nya? Bukan hanya di leher saja bekasnya, hampir di seluruh badan!

Huft, Caca udah dapet satu fakta sekarang. Kalo Mark itu suka ngibul!

Jadi bisa dibuat pelajaran di kemudian hari, ia harus lebih hati-hati dengan suaminya itu.

"Lama banget mandinya!"

Caca terjengkang kaget oleh teriakan Mark dari luar. Oh suaminya itu udah bangun rupanya.

"Kan kamar mandi nggak cuma ini, kak? Sana lah mandi di kamar mandi lain!"

Mark agak kaget. Buset belum 24 jam nikah sifat istrinya udah berubah, padahal pas awal ketemu bahasanya sopan alus, lah sekarang udah dibentak-bentak aja.

"Gak mau, saya mau nya disini."

Mark tak mau kalah yang membuat Caca heran. Kemana sifat suaminya yang dingin datar kek triplek itu?

Sekarang malah kayak anak SD yang ngerengek kalo permintaannya nggak diturutin.

Caca mendengus, kesel juga lama-lama. Akhirnya perempuan itu memutuskan untuk menyudahi acara mandinya.
"Yaudah bentar!"

Mark menunggu istrinya sambil melipat tangan di dada.

Sedangkan di dalam kamar mandi, Caca menepuk jidatnya payah saat ingat pakaiannya lupa ia bawa.

Meskipun sudah melilitkan handuk di tubuh mungilnya, ia tetap tidak mau keluar dengan kondisi seperti ini.

Dia nggak mau tubuhnya seenaknya diliat orang lain!

"Kak, Caca lupa bawa baju," ucap Caca.

Mark mengangkat sebelah alisnya, "Terus?"

Caca mengeram kesal. "Ambilin dong!"

"Memangnya di sana nggak ada handuk?"

"Ada, tapi gak mungkin Caca keluar cuma handukan aja!"

"Ck, lagian udah pernah lihat juga."

Caca di dalam mengepalkan tangannya kuat, wah serasa dilecehin om-om!

"Yaudah kalo gak mau ambilin, Caca gak bakal keluar," final Caca.

Ucapan Caca mengundang helaan nafas lelah dari suaminya. Dengan terpaksa Mark berjalan menuju lemari dan mengambil acak satu setelan baju.

"Nih!"

Caca sedikit membuka pintu kamar mandi, tangannya ia sodorkan ke arah suaminya.

Mark yang sedang kesal menyerahkan pakaian itu, tak lupa tangan istrinya ia cubit sedikit keras.

"AWWW! APAAN SIH KAK?!"

Caca menarik tangannya kasar dan langsung mengelus bekas cubitan Mark.
Matanya sudah berkaca-kaca, suaminya sangat jahat kepadanya.

Mark yang di depan pintu menyeringai puas akan reaksi Caca. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi panik saat mendengar isakan dari dalam.

"Lah nangis? Cuma bercanda loh, jangan seperti anak kecil!" ucapnya setengah mengejek.

ya emang ngejek sih.

Tapi Caca tidak menyahut, malah isakannya yang bertambah keras. Mark cemas, ia tak mau jika mendapat teguran macam-macam dari keluarganya yang telah memperlakukan Caca dengan tidak baik.

Segera Mark membuka pintu itu lebar-lebar dan mendekati istrinya yang sedang duduk.

"Udah, cup-cup. Jangan nangis lagi ya? Lihat, mana coba yang sakit?"

Caca dengan cemberut mengulurkan tangannya yang memerah di depan Mark.

Sang suami meraihnya dan meniupi tangannya halus. Dalam hati lelaki itu sudah mengumpat tidak jelas.

"Bentar lagi sembuh kok, ganti baju dulu ya? Saya tunggu di luar," ucapnya lalu melenggang pergi.

Tak tunggu lama Caca keluar masih dengan raut wajah merengut.

Mark menipiskan bibirnya kesal melihat istrinya yang ternyata moodyan + menyebalkan.
Tapi ya mau bagaimana lagi? Dia harus extra sabar kalau tidak istrinya itu minggat dan membuat usahanya selama ini sia-sia.

Caca menuruni anak tangga dengan susah payah, perih sekali dibuat jalan ternyata.

Tangkainya mengarah ke ruang dapur, namun sedetik kemudian suara bel rumah berbunyi membuat dirinya mengurungkan niatnya untuk melepas dahaga.

"Aduh, menantu cantikku!"

Setelah pintu dibuka, mama Mark alias mama mertua Caca menyambut hangat si menantu.

"Eh Mama? Silakan masuk."

Caca menuntun sang mertua memasuki rumahnya lalu duduk di sofa.

"Mark nya kemana?" tanya Tya, selaku mama Mark.

"Lagi mandi, Ma. Oh iya Caca bikinin teh dulu ya," pamit Caca namun tangannya segera dicekal Tya.

"Nggak usah repot-repot, sayang."

Tya tanpa sengaja menangkap bercak keunguan di leher si menantu, diam-diam dia menyeringai.

Oh sudah proses ternyata.

Kedua perempuan itu teralihkan atensinya kepada lelaki yang baru saja menuruni tangga.

Itu Mark Jung.

"Loh Mama kenapa di sini?"

Tya merotasi kan matanya jengkel, "Yaelah emang Mama kesini kenapa? Mama pengen liat-liat rumah ini aja kok. Papamu asal beli tanpa persetujuan Mama dulu."

Tya beranjak dari duduknya dan Mark hanya memberi tatapan datar.

Setelahnya Caca berjalan ke arah dapur, membiarkan mertua cantiknya itu berkeliling rumahnya. Mark dengan sengaja membuntuti istrinya.

Caca tahu itu, namun ia berusaha bodo amat. Males dia tuh sama Mark.

"Ca," panggil sang suami.

Caca mengabaikannya. Ia malah sibuk mengeluarkan bahan-bahan dari lemari es.

"Caca!" kali ini Mark menaikkan sedikit oktaf suaranya yang membuat Caca menatapnya kesal.

"Apa lagi sih? Caca kesel sama kakak, jangan ngomong lagi samaー"

brukk

Ucapan Caca terpotong saat merasakan dada bidang suaminya menempel dengan punggungnya.

MARK MEMELUKNYA DARI BELAKANG.

"Shh, ada Mama di belakang," bisiknya.

Caca akhirnya mengerti, dia berusaha biasa saja dan tetap melanjutkan kegiatannya untuk memasak namun tidak bisa!!

Mark terlalu posesif memeluknya sehingga perempuan itu susah untuk bergerak.

Tya melipat tangannya di dada, tersenyum menatap anaknya itu.




TBC

semangat bgt aku up nya!!
masa kalian ga semangat
buat komen?ಥ⁠‿⁠ಥ

Love You, Suamiku - MarkHyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang