14. Dejavu

17 10 4
                                    

💃Happy reading.💃

Sehabis menghabiskan bakso merapi, El langsung pamit pulang kepada Melody dan kedua orang tuanya. El sangat merasa kenyang dan puas, bakso milik Ayah Melody ini memang juaranya dan tidak ada tandingnya.

El melambaikan tangannya kepada Melody mengisyaratkan bahwa ia akan pulang ke rumah, tadi El juga sempat menawarkan Melody untuk pulang bareng, namun Melody menolaknya, karena ia ingin membantu kedua orang tuanya berberes-beres dulu di kedai.

Dalam perjalanan pulang, El mengendarai motornya dengan santai dan tenang. Kalem kalem rasah spaneng. Kurang dari sepuluh menit saja sudah sampai di rumah, El membuka pintu bagasi yang ia kunci dari luar. Saat memasukan motornya Ia melihat motor Biru terparkir rapi di rumah, tumben sekali. Biasanya ia selalu keluyuran saat malam hari.

Ruang bagasi yang gelap, lampunya rusak dan jika di nyalakan lampunya juga akan berkedip kedip. El berniat untuk mengganti lampunya dengan lampu yang baru.

"Kayaknya ini harus di ganti." El sedang berjalan ke gudang untuk mencari stok lampu yang masih bisa di gunakan, dan ia juga mengambil sebuah tangga untuk membantunya saat memasang lampu yang baru ini.

Ia mulai mendirikan tangga, ia ingin menaiki tangga tapi saat baru nenaiki dua anak tangga, tangganya bergoyang-goyang, ia takut jika nanti terjatuh karena tangganya tidak kuat. Tangga ini harus di pegangin oleh satu orang agar tangganya kuat dan tidak goyang, lalu ia pergi ke atas untuk memanggil Biru yang mungkin sedang ada di kamarnya.

El memanggil Biru untuk membantunya memasang lampu di garasi, selesai sampai di depan kamar Biru, ia langsung membuka pintunya.

"ASTAGHFIRULLAH," reflek El menutup kedua matanya dengan kedua tangannya.

Di sisi lain Biru juga kaget, kedua matanya terbuka lebar, kemudian Biru mempercepat menaikan celananya yang tadi masih di bawah lutut.

"BABI! Lo bisa gak sih ngetuk pintu dulu," marah Biru.

El menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak terasa gatal, "Iya, maaf. Eh, lo mau kemana?", tanya El karena melihat Biru yang sedang mengambil jaketnya lalu hendak keluar kamarnya.

"Kamu nanya?"

"Bangsat! Serius nih gue," geram El.

"Clubbing," jawab Biru sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya.

"Ikut."

"Ayo!" ajak Biru, sesekali ia pergi ke sana dengan saudaranya.

Mereka berdua menuruni tangga, lalu menuju ke garasi. El membelalakkan kedua matanya dan menepuk jidatnya, lalu berlari ke garasi meninggalkan Biru yang masih menuruni anak tangga. Ia hampir lupa jika lampu garasi belum ia ganti.

Biru yang baru sampai, hanya terdiam. El melirik ke arahnya, lalu Biru mengangkat dagunya. "Apa? Cepetan pasang lampunya."

Geram dengan jawaban dari Biru, El menghampiri ke arah Biru lalu memukul pantatnya. Biru meringis kesakitan, karena pantatnya di pukul El begitu saja.

"Apaan sih! Mukul - mukul pantat orang, pelecehan ini namanya," tepis Biru.

"Gak usah banyak omong, bantuin gue masang lampunya. Lo pegang tangganya yang kuat buruan!" suruh El, lalu Biru menurutinya.

Saat El baru menginjakkan dua kaki di tangga tiba-tiba tangganya bergoyang sebentar. "Yang bener dong, bir. Ntar kalau gue jatuh gimana?" omel El.

"Udah bener ini," sahut Biru.

Selesai juga El memasang lampu garasi dengan lampu yang baru, tidak sia-sia ia bercekcok panjang dengan Biru. Selesai memasang lampu mereka langsung mengeluarkan motor dan segera pergi ke club untuk bersenang-senang malam ini.

Sweet Talk [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang