Drrtttt.... Drrrtttt...Jessi segera mengangkat panggilan tersebut.
"Ya...Dey.... "
"Barang gue ketinggalan di kelas dan ini gue mau balik kesana dulu. Jangan lu tinggalin gue ya, Jess. Awas lo." kata Dey sedikit mengancam.
"Iya... Iya..." jawab Jessi malas.
Kemudian Jessi memutuskan panggilan tersebut dan menghela nafasnya. Jauh didalam pikirannya kini terngiang kejadian 8 tahun yang lalu.
Flashback...
"Papa tetap tidak akan merestui hubungan kalian sampai kapan pun." kata Arganta dengan tegas.
"Pa, aku mohon. Selama ini Rama sudah ikuti semua permintaan papa, tetapi sekarang Rama sudah tidak bisa lagi mengikutinya. Shani juga membutuhkan sosok ayah disampingnya dan Rama juga tidak mau meninggalkan Diandra." kata Rama sambil memohon.
"Papa tidak peduli, Rama. Mau sampai kapanpun aku tidak akan mengakui mereka berdua sebagai keluarga Wijaya. Cucu keluarga Wijaya hanyalah Chika, yaitu anakmu dengan Vania."
"Chika akan ikut dengan Rama juga. Aku ga akan membiarkan dia tinggal di rumah ini bersama dengan orang kejam dan pembunuh seperti anda."
Arganta sedikit membelalak matanya mendengar ucapan sang anak.
"A..Apa maksudmu Rama?"
"Jangan pikir Rama tidak tahu semua perbuatan papa selama ini. Semua yang menjadi penghalang bisnis papa, mereka semuanya meninggal secara mengenaskan. Dan satu hal lagi, sebelum Rama datang kesini aku sudah menghubungi pihak berwajib."
"Rama... " ucap Arganta pelan.
"Kamu pikir kamu bisa melawan saya. Rama... Rama dasar kamu anak bodoh." Arganta tersenyum meremehkan.
Rama sedikit mengernyitkan alisnya.
"Sial..." ucap Rama
"Diandra kamu segera pergi dari tempat ini dan bawa Shani sejauh mungkin. Aku akan menyusul kamu setelah berhasil membawa Chika."
"Enggak, Mas. Kita harus sama-sama pergi aku ga mau ninggalin kamu sendirian disini."
"Diandra, aku mohon. Kamu dan Shani harus cepat pergi. Aku akan baik-baik saja, kamu jangan khawatir."
Dengan berat hati, Diandra meninggalkan Rama sendirian di rumah tersebut dengan membawa Shani.
Jessi kecil sedari tadi memperhatikan keributan tersebut dari lantai 2. Dirinya terbangun akibat dari suara keributan tersebut.
Rama segera berlari menuju kamar Chika yang berada di lantai 2 dan ia menemukan Jessi disana.
"Jessi, Chika dimana?"
"Masih dikamar om."
"Makasih Jessi."
"Rama, jangan pernah kamu berpikir kamu bisa membawa Chika keluar dari rumah ini atau kamu akan tahu akibatnya." teriak Arganta dari bawah.
Tiba-tiba Chika kecil keluar dari kamarnya sambil mengucek matanya. Ia terbangun akibat suara teriakan kakeknya.
"Ayah..." Chika kecil segera berlari kearah sang ayah berada.
"Sayang, ikut ayah pergi sekarang ya."
"Mau kemana kita, yah ? Kan rumah Chika disini."