"Berhati-hatilah saat sang monster sudah mengincar dan menandai dirimu."
❝ DIMENSI ARLO ❞
"Pagi, Kak Genta."
"Hai, Kak Genteng. Kak Genta ganteng maksudnya hehe."
"Kak Genta suka shusi, kan? Ini aku bawain, jangan lupa dimakan, ya, Kak."
"Kak Genta, makasih ya kemarin udah ajarin aku ngerjain tugas."
Berbagai sapaan dari mahasiswa kepada kakak tingkatnya yang bernama Arlo Magenta Ravenzie membuat lelaki itu membalasnya dengan ramah. Tak sedikit pula ada beberapa mahasiswa yang memberikan sebuah gift kepadanya, sedangkan lelaki itu menerimanya dengan santai tanpa lupa mengucapkan terima kasih. Setelah semua pergi dari hadapannya, Genta bernafas lega karena drama ramah-tamahnya sudah berhenti. Matanya melirik malas beberapa paper bag yang ada di genggamannya, masih pagi ia sudah membawa banyak barang yang menurutnya tak penting.
"Ini mah si Saga bakal kesenengan lagi." Genta terkekeh pelan mengingat saat diberi gift oleh orang-orang maka dengan senang hati ia memberikan kepada temannya yang bernama Sagara Valderon.
Orang yang dibicarakan oleh Genta tiba-tiba datang dari arah bawah tangga sambil cengar-cengir. Genta yang melihat itu hanya mendengus pelan.
"Panjang umur lo," gumam Genta pelan.
Saat melihat banyak barang di tangan Genta, Saga segera menghampiri dengan cepat dan merebut semuanya. Dilihat dari matanya ia tampak senang karena mendapatkan barang gratis segitu banyaknya.
"Hoki banget lo tiap hari dapet barang-barang gratis. Kalau gue jadi lo pasti duit gue nggak bakal keluar sepeserpun. Apalagi nih barang bisa dijual lagi, tinggal nambahin nilai jualnya, ya nggak Yon?" celetuk Saga yang tanpa henti menatap barang-barang yang ada di tangannya.
Lelaki yang berada di samping Saga mengangguk setuju, dia Leonard Sahara. "Lo jual aja tuh barang biar makin kaya, bokap lo juga pasti seneng lihat anaknya bisa ngehasilin uang sendiri."
"Ngehasilin uang sendiri dengan cara ngrampok barang orang buat dijual," sindir Genta sambil memutar bola matanya malas. Yang menjadi tersangka hanya cengengesan tak jelas.
Tiba-tiba terdengar suara ricuh dari arah halaman kampus membuat perbincangan mereka terhenti. Genta dan kedua temannya segera mendekat ke arah pagar pembatas untuk melihat apa yang terjadi. Di bawah sana terdapat satu perempuan mempesona yang tengah dikerubungi banyak mahasiswa.
"Perasaan tuh cewek nggak pernah tampil jelek, cantik mulu heran," celetuk Saga sambil terus menatap ke bawah.
Genta yang merasa tidak asing dengan perempuan itu semakin menajamkan penglihatannya. Bingo! Ternyata tebakannya tidak salah lagi.
"Baby girl," gumam Genta sambil tersenyum ganjil.
Sebuah tepukan di pundaknya membuat Genta menoleh. "Apa?" tanya Genta.
"Kayanya lo nggak cuma sekedar kenal sama tuh cewek." Perkataan Leon membuat Genta tersenyum miring.
Perempuan di bawah sana tampak keributan menangani fans-fansnya yang sangat agresif. baru menginjakkan kakinya di halaman kampus membuat perempuan itu langsung diserbu banyak orang. Ada yang sekadar menyapa, meminta foto, bahkan memberi sebuah gift.
"Temen-temen tolong jaga jarak lima meter sama gue, gue nggak bisa nafas. Lo pada nggak mau, kan, kalau gue mati konyol di sini?" teriak perempuan itu yang sudah lumayan risih karena tubuh moleknya bersenggolan dengan orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI ARLO
Romance⚠️ Bijaklah dalam memilih bacaan! Terdapat adegan kekerasan, bahasa kasar, dan beberapa adegan dewasa seperti kissing dan skinship. ••••• "Sorry if this hurts you." Rea menarik nafasnya, lalu mengeluarkannya dengan pelan. "Kita putus!" Setelah mengu...