"Tak ada yang perlu disesali jika semuanya telah terjadi."
❝ DIMENSI ARLO ❞
Rea meremas-remas tangannya untuk meminimalisir perasaan gugup dan cemas yang menyerang dirinya. Ia sangat gugup ditatap intens oleh banyak orang yang seperti menanti aksinya. Di sela-sela kegugupannya, Rea merapikan dress yang dikenakan karena ukurannya sangat mini. Ia mulai mendongakkan kepalanya dengan pelan. Tanpa sadar ia meneguk ludahnya susah payah saat melihat tatapan tajam yang menghunus dirinya. Seorang laki-laki bertubuh tegap menjulang tinggi di hadapan Rea sambil bersidekap dada sembari menunggu apa yang akan dilakukan oleh gadis itu.
"Kak Genta, gue suka sama lo! Kak Genta mau jadi pacar gue?" Setelah mengatakan hal itu Rea menutup matanya rapat-rapat, ia merasa gelisah dan malu bersamaan karena menembak seorang laki-laki di hadapan puluhan orang.
Seketika hening tak ada suara sedikitpun, Rea pun mengernyitkan dahinya. Karena rasa penasaran yang mendominasi, ia pun membuka matanya dengan perlahan. Sebelum matanya terbuka sempurna, Rea dikejutkan oleh pergerakan seseorang yang tiba-tiba memeluk dirinya erat. Dadanya yang kenyal menabrak dada bidang yang keras membuat ia meringis pelan merasa sedikit ngilu. Dia bisa merasakan orang itu mengecup pucuk kepalanya dengan lembut.
"Yes, I will be your boyfriend, baby girl," bisik Genta dengan suara serak membuat Rea panas dingin di pelukannya.
"Ok, guys! Mohon perhatiannya! Mulai saat ini Renggana Lourey resmi jadi pacar gue. Jadi, tolong kerja samanya jangan sampai ada yang nyakitin cewek gue!" ucap Genta tegas dengan senyuman manis tak pernah luntur di bibirnya.
Suara ricuh dari berbagai mahasiswa yang menonton kejadian itu tak bisa ditahan lagi. Beberapa dari mereka ada yang mengabadikan momen romantis di depannya dengan memotretnya. Teriakan orang-orang semakin histeris saat melihat Rea tetap dibiarkan di dalam pelukan Genta seolah lelaki itu tak ingin melepaskannya. Selain itu tak sedikit pula yang berucap tidak cocok dan menatap sinis ke arah Rea. Mereka yang berkata seperti itu menganggap Rea tak pantas untuk Genta yang dinilai lelaki baik, berbeda dengan Rea yang seperti perempuan liar karena penampilannya.
Saat ini Rea seperti orang bodoh yang masih diam saja di pelukan Genta. Dia masih tak percaya dengan apa yang terjadi kepadanya.
Seriously? Kak Genta nerima gue dengan sesantai ini? Batin Rea masih berperang dengan pikirannya sendiri.
Jika ditanya menyesal atau tidak, dengan lantang Rea akan jawab iya. Ini tidak seperti dugaannya yang ia kira akan ditolak mentah-mentah oleh Genta. Ah, sepertinya ia akan menjalani hari-hari yang berat kedepannya, mengingat banyaknya fans Genta yang ada dimana-mana. Berbeda dengan dirinya yang lebih banyak memiliki haters, fans memang ada tetapi hanya sebagian kecil.
❝ DIMENSI ARLO ❞
Suara pecahan terdengar nyaring membuat orang-orang sekitar mengalihkan pandangannya. Sebuah mangkuk kaca tergeletak mengenaskan di lantai tempat orang berlalu-lalang. Kepingan-kepingan kaca dan isinya pun berserakan sehingga membuat pemilik mangkuk itu menggeram emosi.
"Kalau jalan gunain mata lo yang bener! Nggak lihat gue jalan di sebelah kiri? Buta lo, hah?!" sentak pemilik mangkuk itu.
Orang yang dibentak oleh pemilik mangkuk langsung memasang raut wajahnya seperti panik. Ia pun berjongkok untuk memungut kaca yang berserakan. Dia Jessica atau yang biasa disebut Jessie, tindakannya sukses menyita banyak orang. Tatapan simpati dan kasihan mulai menyoroti gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIMENSI ARLO
Storie d'amore"Sorry if this hurts you." Rea menarik nafasnya, lalu mengeluarkannya dengan pelan. "Kita putus!" Setelah mengucapkan hal itu, Rea segera beranjak pergi meninggalkan Genta yang terdiam dengan rahang mengeras. "Setelah lo masuk ke kehidupan gue janga...