family tree 3

952 109 3
                                    

Jam tujuh lebih tiga puluh menit pagi hari adalah jam paling sibuk yang Hyunsuk miliki setelah memiliki sembilan putra. Pada jam itu pula semua anaknya berada di ruang keluarga untuk berangkat ke sekolah masing-masing.

Sembari sesekali menyahuti pertanyaan anak-anaknya, Hyunsuk tetap pada kegiatannya yang tengah mengepang rambut anak sulungnya yang sedikit panjang.

"Mama, kak jae juga rambutnya ingin diikat seperti kak Ochi, juseyo.." ucap Jaehyuk yang sedari tadi memperhatikan Hyunsuk dan Yoshi secara bergantian.

"Eh, mau juga?"

"Huum." Jaehyuk menganggukkan kepalanya dengan disertai tatapan mata yang lucu.

Hyunsuk tersenyum, "baiklah, tunggu sebentar ya."

"Um, ne." Jaehyuk kembali menjawab.

"Mama, papa kok lama sekali ya.." ini adalah Yedam yang bertanya keberadaan Jihoon yang belum juga muncul di ruangan itu setelah tadi pria itu pamit untuk menyiapkan mobil mereka.

"Mungkin sebentar lagi, sabar ya kak Yedam.." jawab Hyunsuk. "Dihabiskan dong susu nya." Lanjutnya saat ia melihat gelas susu milik Yedam masih tersisa setengahnya.

Sementara anak-anak mereka yang lain sibuk pada kegiatannya masing-masing. Tidak ada yang tidak ribut, tetapi Hyunsuk sudah terbiasa.

"Mama, Mashi juga ingin rambutnya diikat seperti kak Ochi.." Mashiho datang setelah bermain dengan adik bungsunya.

Yoshi sepuluh tahun merasa sedikit kesal kala adiknya itu memanggilnya dengan nama tersebut. Entah kenapa tapi ia ingin terlihat keren seperti papanya. "Mashi, panggil aku kak Yoshi saja. Jangan seperti itu, oke?"

Tidak mengerti dengan protesan kakaknya Mashiho hanya mengernyitkan dahinya. "Apa sih?"

"Mama, ne?" Mashiho kembali menanyakan hal tersebut pada sang ibu.

Hyunsuk mengangguk, "iya, tapi setelah kak jae ya, sayang?"

Mashiho mengangguk akan tetapi bibirnya mengerucut, ia ingin rambutnya diikat segera. Balita itu kemudian duduk di samping Junkyu yang tak jauh darinya bersama Asahi yang tengah memperhatikan Hyunsuk dan Yoshi.

Bbrlummmm bbrlummmm

Itu adalah Doyoung yang sedang bermain mobil-mobilan bersama dengan Haruto dan Jeongwoo. Jangan lupakan suara tiruan mobil juga mengalun dari mereka saling bersahutan.

Bummmm!!

Suara benturan dari mobil-mobilan itu terdengar, dan diiringi dengan gelak tawa khas balita karena rasa puas ketika mobil itu berantakan.

"Woahh, yung, obin nya lucak.." ucap Jeongwoo menatap mobil-mobilan itu yang hancur berantakan.

"Lucak!!" Haruto berseru sembari bertepuk tangan.

Sementara Doyoung, balita itu mengambil beberapa kepingan kerangka mobil-mobilan itu untuk ia sambungkan kembali, akan tetapi tak bisa. Akhirnya Doyoung melemparkan benda tersebut karena kesal. "Ndak bica, huh."

Kembali pada Hyunsuk yang telah selesai dengan kepangannya untuk ketiga puteranya itu, ditambah dengan Yedam dan juga Asahi yang ikut-ikutan ingin dikepang.

"Nah, sudah selesai!" Ucap Hyunsuk sembari salah satu tangannya berkacak pinggang dan satunya lagi mengusap-usap perut besarnya. Bertepatan dengan itu Jihoon datang dari arah pintu utama rumah mereka.

Bersetelan jas yang rapih, pria itu berjalan sembari membenahi jam tangannya yang miring dan menghampiri Hyunsuk. "Sudah? Ayo kita berangkat."

Hyunsuk tersenyum dan mengangguk, tangannya sedikit merapikan kembali dasi suaminya itu dan menepuk pelan pundak pria itu. "Sudah,"

"Ayo anak-anak, berbaris yang rapih dan jangan lupa berhitung." Ucapnya pada anak-anak. Dibantu oleh dua maid nya yang ikut membariskan kesembilan anak-anak yang mulai berhitung.

"Biar aku yang menggendong Haruto dan Jeongwoo." Ucap Jihoon.

"Eh? Tidak apa-apa?" Hyunsuk menoleh ke arah Jihoon.

"Tentu saja, mereka kan anak-anakku."

"Euh bukan begitu maksudku. Ya sudahlah." Hyunsuk menghela nafas, suaranya memelan diakhir kalimat.

Jihoon tertawa melihat Hyunsuk salah tanggap, kemudian ia mengusap pucuk kepala suami manisnya itu.

"Ji?!!" Hyunsuk memekik kesal karena Jihoon menghancurkan tatanan rambutnya.

Jihoon tertawa. "Jangan marah-marah, nanti bayinya bisa lahir ditempat."

Hyunsuk menghentakkan kakinya sembari mendelik tidak suka ke arah suaminya. "Nyebelin."






***



Mereka berada di dalam mobil sedang menuju sekolah anak sulung mereka. Memang benar, Jihoon selalu mengantarkan anak-anaknya itu berurutan sesuai umur mereka. Hyunsuk duduk di sebelah Jihoon yang sedang mengemudi. Sementara anak-anaknya duduk dibelakang.

Berhubung anak mereka lebih dari lima, maka dari itu Hyunsuk membagi dua regu dengan mobil yang berbeda, dan jadwalnya silih berganti. Bertepatan kini yang berada di dalam mobil adalah Mashiho, Jaehyuk, Asahi dan si kembar.

Tidak ada percakapan diantara mereka, hanya ada sahutan dari Mashiho dan Jaehyuk karena si kembar asyik bermain berdua di kursi belakang bersama salah satu maid.

Hingga tiba-tiba saat Mashiho melihat sang ibu yang mengelus-elus perutnya dan kemudian satu pertanyaan meluncur dari bibir mungilnya.

"Mama, mama! Adik bayi perempuan atau laki-laki ya??" Tanyanya penuh penasaran.

"Eoh?" Hyunsuk bingung, karena memang mereka tidak berniat untuk mengetahui jenis kelamin bayinya. Biarkan itu menjadi kejutan, pikir Hyunsuk.

"Pasti laki-laki.." celetuk Jaehyuk.

"Ani!" Delik Mashiho tidak suka. "Bayinya perempuan. Iyakannnnn mama?" Ujar Mashiho dengan kekeuh pada pendiriannya.

Jaehyuk mendengus. "Percaya padaku, adik bayi pasti laki-laki."

"Hisssss, aniyo." Mashiho tidak terima.

"Mama.." kemudian si balita manis itu merengek.

"Iya iya, bayinya perempuan.." ucap Hyunsuk akhirnya, ia tidak mau memperpanjang perdebatan itu.

"Huh, tidak asik. Hobinya hanya mengadu." Ucap Jaehyuk sembari mengalihkan pandangannya.

"Biarkan, wlekkk!"

Menyebalkan, itulah yang ada di benak kecil Jaehyuk. Tapi tidak apa, ia sudah terbiasa dengan kakak kembarnya itu.


***

happy new year🎊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

family tree ; treasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang