kamu lebih dari istimewa

62 58 10
                                    

sepulang sekolah, aku di ajak dery menuju lapangan dekat danau. cuaca kali ini cukup terang, anginnya seperti angin pantai.

kami berdua duduk selonjoran, tapi dery masih sibuk bikin pesawat dari kertas.

"itu buku tulis ekonomi, dery. jangan di sobek-sobek."

"gapapa," jawabnya.

aku merubah posisi duduk jadi bersila. dery memberiku satu pesawat kertasnya untuk aku tulis sesuatu. dia juga memberikan satu buah pena.

"kamu mau tulis apa?" aku bertanya pada sosok yang sedang menulis dengan alas buku dan paha kanan.

"aku isi pake do'a. semoga kamu bisa bahagia tanpa aku."

"mentang-mentang kamu selalu jadi orang pertama yang bikin aku senyum. sombong euy si eta mah."

dery terkekeh lalu membalas, "siapa tahu, kan."

"mau diapain?"

"di kunyah."

"jorok."

"Kita terbangin ke arah danau, an."

"Oke hayuk."

"udah kamu tulis kertasnya?"

"udah. mau liat?"

"nggak. aku tebak isinya pasti buat aku."

"pede maneh!"

"gapapa yang penting ganteng."

dery benar. aku menulis kalau aku sayang dery. aku terbangkan lebih dulu hingga pesawat kertasku terbang jauh dan berhenti ditengah danau.

tapi pesawat dery malah tak pernah menemui air, terus terbang ke sisi samping. dery terlihat kesal, dan dia ubah pesawat tadi menjadi sebuah kapal.

"ikut aku, an."

tanganku dia genggam. kami berjongkok di ujung danau dengan dery yang perlahan-lahan mendaratkan kapal buatannya.

lagi-lagi dery dirundung kesal. kapalnya langsung tenggelam padahal angin sedang kencang-kencangnya.

"kasian." aku tergelak.

"kamu mau aku ceburin? biar jadi makanan ikan mujair?"

"gak mau," jawabku sambil berlari.

dery lantas mengejarku hingga kami mengitari lapangan di senja yang sudah menjemput.

"aku tangkep kamu, ya!"

"kalau bisa aku kasih kamu bunga!"

"nanti aja kasih aku bunganya, sekarang kalau kamu berhasil aku tangkep, traktir aku telur gulung!"

"aku aja gak pernah dikasih uang jajan!"

mendadak dery berhenti, spontan aku juga ikut berhenti. sekarang dia malah berjalan sambil mengelap peluh.

"udahan?"

"ketangkep!"

aku kaget. tubuhku sudah dia tangkap dan dia ajak berputar di udara.

"dery aku pusing!"

dery menurut dan berhenti;  memerhatikan plester pada keningku dan menekannya pelan. "ini kenapa lagi?"

"di pukul remot."

"gak mungkin sampe luka kayak gini. jujur, an. kenapa?"

"itu udah jujur."

"kena tembok pasti."

"sok tempe, ah, kamu."

"sini duduk dulu!" dery menepuk rumput disebelahnya, memerintahkan untuk duduk dan anehnya aku menurut.

"senjanya cantik. kayak kamu."

"aku gak cantik."

"buat aku kamu cantik. kamu paling cantik."

"lebay!"

"biar seneng."

"aku merinding malah!"

biarlah kebohonganku mengiringi senja pulang ke peraduannya. aku bahagia bukan karena di puji cantik, tapi bagaimana karena dery masih belum berubah.

aku bersandar di bahunya, lalu berkata, "kamu kalau lagi serius suka lebih berwibawa."

"emang biasanya nggak gitu?"

aku mengiyakan. dery balas memukul kakiku pelan.

"aku cemplungin baru tahu rasa."

dia tidak tahu saja kalau aku diam-diam mengulum senyum.






























dery selalu punya banyak hal untuk dibagi, banyak ide untuk dilakukan dan banyak kata untuk membuatku tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dery selalu punya banyak hal untuk dibagi, banyak ide untuk dilakukan dan banyak kata untuk membuatku tenang.

pancarona, hendery.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang