6

22 4 1
                                    


(Disarankan untuk mendengarkan Afgan - Untukmu Aku Bertahan)









Carisa membuka ponselnya yang baru saja dikembalikan Hisyam.

Sudah seminggu ia tidak memegang ponselnya, bosan sudah pasti. Tapi mau sekeras apapun Carisa membujuk Hisyam, ponselnya tidak kembali.

Begitu banyak notifikasi, mulai dari teman-teman nya yang memberi tau tentang tugas sampai ke chat dari Tama.

Tama :
| hey maaf kalo lancang nanya-nanya
| tapi gua gak main-main kok
| lo gak nyaman ya diginiin? bilang aja gapapa
| tapi jangan diemin gua gini
| gua merasa gak... dianggap?
| hahahaa lupain aja, cepet sembuh!

Dada Carisa terasa sakit, entah karena efek samping obat yang ia konsumsi atau karena membaca pesan dari Tama barusan.

Kenapa Carisa merasa Tama sangat kesepian? Kenapa Carisa merasa bahwa Tama bukan sekedar bercanda ketika mendekatinya? Kenapa Carisa kasihan dengan Tama?

gua gapapa tama hehe|
kalo ada waktu, bisa ketemu sekarang?|
read

Oh cepet juga ngebaca nya

Tama :
|bisa bisa kok
|kafe deket kampus aja ya?

Carisa membalas pendek dan mengiyakan pesan tersebut, lalu bersiap untuk ke kafe tempat mereka akan bertemu.

Carisa hanya bisa menengok kanan-kiri sembari meminum pesanan nya, Tama masih belum datang. Ia tak akan berbohong kan?

"Hey."

Suara yang ia kenal, Carisa langsung menengok ke arah suara dan benar itu Tama!

"Hai." Carisa membalas pendek dengan senyum terbaiknya. Kenapa ia merasa sangat senang? Kan Tama bukan siapa-siapa bagi dirinya?

"Udah enakan? Lo ngilang gitu aja sih, gua tanyain anak kelasan lo gaada yang tau." Tanya Tama.

"Uhm iya hehe, maaf ya lo harus liat kondisi gua yang pas terakhir itu. Gua harusnya gak liatin sisi lemah gua ke orang lain." Jawab Carisa sembari menunduk.

"Emang gua bukan siapa-siapa ya bagi lo?"

JLEB

Pertanyaan itu langsung menusuk dada Tama. Kalau bisa Carisa teriak "IYA GUA MAU LO JADI SESEORANG DI HIDUP GUA!" Ia akan teriak. Tapi melihat kondisi di kafe yang sangat damai, ia tidak ingin menghancurkan itu. Sikap pasif-agresif Tama membuat Carisa gugup karena jujur sudah lama ia tidak berhadapan dengan laki-laki sejak putus dengan kekasih bejatnya itu.

"Eum.. Tama gak gitu-"

"Iya tau, lo gasuka kan sama gua-"

"KATA SIAPA???!" Pekik Carisa yang membuat beberapa mata di kafe tertuju pada dirinya. Sadar, ia langsung kembali duduk lalu menutupi wajahnya.

"Hahaha, lucu. Santai aja ris." Ujar Tama tersenyum lalu menyesap kopi yang ia pesan.

"Gua suka, tapi bingung. Gua masih belum yakin sama perasaan gua sendiri. Hubungan gua sebelumnya terlalu banyak ninggalin bekas yang sampe sekarang gabisa gua hapus. Gua takut Tama, gua takut lo nyakitin gua. Dan gua takut nyakitin lo." Tak sadar bulir air mata jatuh ke pipi Carisa, Tama yang sadar langsung mengusap pipi Carisa.

"Gapapa, gaada yang maksa lo disini oke? Pelan-pelan aja. Karena gua berbeda dari mantan lo, gua akan setia nungguin lo. Sampe lo membaik, sampe lo bisa menerima gua di hidup lo. Sampe saat itu, gua akan bertahan. Andai perasaan itu berubah, lo akan jadi orang pertama yang tau dan gua gaakan mempermainkan lo." Ucap Tama sembari mengelus tangan Carisa, menenangkan.

"Rasa takut itu akan selalu ada Carisa, itu trauma yang ada di dalam diri lo. Tapi keputusan lo untuk mencoba lagi, cuma ada di tangan lo. Cuma lo yang bisa ngalahin rasa takut itu."

Carisa tertegun, bagaimana seorang Tama yang baru masuk ke hidup nya memberikan rasa aman dan nyaman secara instan? Bagaimana ia bisa membangkitkan rasa berani yang selama ini terkubur dalam dirinya?

"Kenapa? Jangan bengong gitu heh, takut kesurupan." Tama menepuk pundaknya pelan, Carisa langsung tersadar lalu berkata




"Iya Tam, gua bakal mencoba semuanya dari awal lagi." Jawab Carisa dengan penuh keyakinan.

Hari-hari Carisa lewati seperti biasa nya, yang berbeda adalah Tama yang selalu ada di sisinya. Tama bagaikan sinar mentari yang selama ini ia cari, karena hidupnya sudah lama kelam kelabu sejak kejadian itu.

"Hari ini mau kemana lagi?" Tanya Tama sembari memotong daging steak untuk Carisa, hari ini hari ulang tahun nya sehingga ia ingin mentraktir Carisa dengan makanan yang berkesan.

"Aku- maksudnya gua bingung." Jawab Carisa yang langsung menpuk mulutnya yang kadang-kadang sulit untuk di kontrol.

"Kenapa sih lo tuh asli nya gemes banget? Gak kayak yang di ceritain Hisyam? Mau ngomong aku-kamu?" Tama melihatnya sembari menopang dagu nya di tangan.

"EMANG HISYAM CERITA APA??!" Carisa merasa tidak terima, dasar kembaran nya itu memang mulutnya licin!

"Katanya kamu galak, kamu usil, kamu nyebelin. Tapi selama aku selalu bareng kamu, kamu gapernah kayak gitu?"

Hampir tersedak daging, Carisa kaget 100% Tama benar-benar menanggapinya??

"Aneh ya ngomong aku-kamu? Mau udahan?" Tanya Tama sembari menyodorkan segelas air.

"E-enggak sih, cuma rada aneh aja. Soalnya aku di rumah sama Hisyam aja ngomongnya lo-gua." Jawab Carisa sembari tersenyum kecil.







"Cantik." Ucap Tama pendek.

Carisa yang hari ini terus-menerus di kejutkan oleh kelakuan Tama yang 'semena-mena' akhirnya kesal.

"Tama! Hari ini kamu yang ulang tahun, tapi kenapa kamu yang ngasih aku kejutan?? Udah gak ngelantur nya!" Ucap Carisa dengan nada kesal lalu memasang wajah cemberut.

"Kenapa??? Iiih malu tuuuh." Tama lalu mengelus dagu Carisa kilat.

"TAMA!"

"IYAAAAA MAAF MAAFFF."

Tama hanya cekikikan melihat Carisa yang salah tingkah. Di sisi lain ia juga senang karena Carisa yang selama ini ia tau telah kembali.



Selama ini? Iya selama ini. Karena memang selama ini, jauh bahkan sebelum Tama berteman akrab dengan Hisyam, ia sudah memperhatikan Carisa. Awalnya ia tidak mengenal nama, hanya wajah. Namun setelah ia rajin mendengar siaran radio Carisa, ia mengetahui nama penyiar itu.

Carisa yang selalu tersenyum dan membuat tertawa teman-temannya karena lawakan garingnya, Carisa yang tidak mengenal takut. Ia kembali.
























Tama senang, perempuannya sudah kembali tersenyum.

[ii] savior ㅡkang taehyun ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang