6. Mas Shaka

542 18 1
                                    

Kalo tadi pagi aku semangat bakal di traktir Shaka, maka sekarang malah ingin cepat pulang. Semenjak siang, nyeri PMS ku kambuh dan bahkan ini lebih sakit dari biasanya. Mas Wisnu dan Mbak Dewi lebih memilih restoran barbekyu dekat kantor ketimbang resto pilihan ku.

"Sakit banget ya, Bel? Mau gue pesenin air anget nggak?" Tanya Mbak Dewi yang duduk di sebelah ku. Shaka dan Mas Wisnu sibuk membolak balik daging yang di panggang

"Iya nih, Mbak. Biasanya nggak sesakit ini"

"Nih daging nya. Makan sekarang biar bisa cepet pulang"

Shaka menaruh daging di piring ku. Alih-alih protes karena daging nya terlalu banyak, aku memilih diam dan makan.

Mas Wisnu dan Mbak Dewi nih memang ditakdirkan untuk berteman. Di meja makan, mereka kaya orang yang belum makan seminggu. Aku mengirim chat WhatsApp ke Shaka yang lagi sibuk main handphone.

'Bang pulang yuk. Perutku sakit banget'

Tanpa menoleh padaku ia langsung melambai kan tangan ke waitress untuk meminta bill.

"Gue balik duluan ya"
Ujar Shaka setelah membayar.

"Gue juga balik deh" Kesempatan supaya aku bisa langsung pulang

"Balik bareng Shaka?" Tanya Mbak Dewi

"Iya lah. Mumpung lagi baik orang nya"

Aku memasukan handphone ke tas dan langsung bangkit menyusul Shaka.

"Duluan ya Nu, Dew"

"Thanks, Ka. Hati-hati di jalan"

Dengan berat aku membuka mata karna gerakan tangan Shaka di pundak ku.

"Bangun, udah sampe"

"Lemes banget"

Beneran. Badan ku lemes banget sampe susah buat bangun.

"Saya gendong mau?"

"Eh nggak usah bang"

Aku keluar dari mobil dan..

'Bruk'

Tanpa meminta persetujuan, Shaka menggendong ku masuk ke rumah dan langsung merebahkan ku di sofa.

"Kalo sakit begini biasa nya diapain? Minum obat apa?"

"Nggak minum obat, paling di pijit aja punggungnya"

"Yaudah sini saya pijitin"

Aku langsung duduk membelakangi Shaka sambil memeluk bantal sofa. Tak peduli siapa yang memijat punggung ku, yang penting bisa mengurangi rasa sakit ini.

"Setiap bulan begini?"

"Nggak sesakit ini biasanya"

Shaka terus memijat dengan sabar, beberapa kali bertanya apa rasa sakit ku berkurang atau tidak.

"Udah berapa tahun sih kita nggak ketemu, Bang?"

"Terakhir kali waktu hari kelulusan SMA saya, ya? Atau kita pernah ketemu lagi?"

"Mungkin iya. Berarti udah lama banget dong? Iya juga sih aku aja udah umur dua puluh enam sekarang"

Shaka terkekeh pelan.

"Time flies so fast ya, Bel. Dulu saya hampir tiap hari nemenin kamu ngelukis"

"Dan hampir tiap hari juga abang selalu tidur tiap nemenin aku ngelukis. Emang seboring itu ya?"

Aku mendengus kesal. Shaka selalu tidur dengan alasan mengantuk karena angin nya sepoi-sepoi.

"Ngantuk, halaman belakang rumah kamu kan adem banget"

Unexpected, Size! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang