1 . Sekadar Tahu Nama
Adanya seminar di kampus adalah salah satu hal yang tidak Kaina suka. Sebenarnya lebih kepada terlalu banyak orang. Itulah yang tidak disukainya. Pasalnya, seringnya tidak semua orang yang hadir di sana menyimak dengan baik.
Kebanyakan orang justru membuat topik baru dan mengobrol ke sana kemari. Sungguh tidak efektif untuk menyimak topik pembicaraannya. Maka dari itu, lebih baik dia melipir ke kantin, untuk mencari makanan yang bisa memanjakan lidah dan perutnya.
Seperti halnya hari ini. Teman-temannya berburu ke aula untuk menghadiri seminar yang digagas oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Katanya, pembicara di seminar pada hari ini berasal dari kalangan eksekutif muda. Rumornya sih ganteng, itulah yang membuat para mahasiswi mengikutinya. Ah, the power of good looking emang nggak pernah gagal, ya?
Dia baru saja hendak melarikan diri, sebelum kemudian tak sengaja bertemu dengan salah satu dosennya. Yang merangkap sebagai dekan fakultasnya, yang sialnya adalah pamannya sendiri. Om Raka, atau Pak Raka, begitulah Kaina menyebutnya saat di kampus. Beliau memanggilnya, membuat ia yang hendak melarikan diri ke kantin pun mengurungkan niat.
Sial sekali.
"Kamu mau ke mana, Kai? Ada seminar di aula. Yang menyelenggarakan anak fakultas kamu," ujar omnya itu setelah ia di depannya.
Kaina memerkan senyum terbaiknya. Berusaha untuk tidak menampilkan wajah tercyduk. "Kai mau ke mana? Kai mau ke kantin, Pak. Itu, tadi temen-temen titip minum. Nanti Kai ke aula kok," alibinya.
Namun sepertinya sang om tampak tidak sepenuhnya percaya pada alibinya. Terbukti dari tatapannya yang menyipit.
"Beneran kok O-ehm Pak. Nanti pasti ke aula, kok."
Omnya itu akhirnya mengangguk, sebelum kemudian menyinggung sosok yang ada di sisinya, yang baru Kaina sadari bahwa orang itu bukan dosen di kampusnya. Dalam hati gadis itu bertanya-tanya.
Siapa, tuh?
"Pak Dirga, kenalin ini keponakan saya, Kaina. Anak fakultas ekonomi juga. Dan Kai, Pak Dirga ini yang akan mengisi seminar hari ini. Kamu harus dateng, lho. Om udah kenalin kamu nih sama Pak Dirga."
Kaina membulatkan mulutnya dengan refleks, sebelum berdeham saat melihat sang om yang tampak berprotes karena reaksi kurang sopannya itu. Kaina akhirnya tersenyum dan mengangguk hormat.
Usai bahas sana-sini yang sesungguhnya menurut Kaina sama sekali tidak penting. Karena, omnya ini terlihat sok akrab dengan sosok pengisi seminar kali ini, yang malah membahas soal keluarga yang tidak ada kaitannya sedikit pun dengan acara. Sehingga akhirnya Kaina undur diri, dan tentu saja kabur ke kantin. Urusan omnya nanti sajalah. Paling dia kena omel kalau ketemu.
***
Setelah berhasil kabur, tentu saja yang dilakukannya adalah pergi ke kantin. Berhubung tidak ada kelas lagi, Kaina memutuskan untuk pulang. Oh, pulang dari kampus tetapi tidak pulang ke rumah. Seperti biasa, jika ada waktu luang, dia akan menyempatkan diri untuk mencari jajanan yang enak, di daerah yang masih terjangkau waktu dan tentu saja keuangannya.
Ada banyak referensi tempat kuliner dari media sosial yang ditemuinya, yang sudah ia masukan pada wishlist-nya.
Berhubung kakak sepupunya, Aretha, tidak bisa diajak pergi, maka Kaina memutuskan untuk pergi sendiri bersama motor vario kesayangannya. Kakaknya itu pasti sibuk bersama anak-anak fiksinya.
Anak fiksi? Benar. Kakaknya adalah seorang penulis. Kalau kalian ke toko buku, cari saja nama Aretha DEA.
Setelah puas jajan ke sana kemari, Kaina sampai rumah pukul tujuh malam. Tenang, dia sudah meminta izin pada mamanya untuk pergi. Namun anehnya tetap saja, sampai rumah ia kena omel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaina dan Dirga
RomanceMengenal Dirga adalah sebuah ketidaksengajaan yang berubah menjadi sangat menyenangkan. Namun, ada satu hal yang membuat Kaina tidak suka pada Dirga, yaitu; Dirga selalu mengajaknya menikah! Menikah? Benar! Pria yang lebih tua 11 tahun darinya itu s...