POV DEON
Akhirnya, akhirnya perjalananku tidak sia sia, akhirnya aku bertemu idola tercintaku dan sekarang dia sedang tidur didepan mataku, astaga nikmat mana lagi yang anda dustakan, aku sampai meneteskan air liur eh salah air mata maksudnya.
Tapi kenapa tampaknya dia tidak nyaman ya, jidatnya sampai berkerut gitu, apa dia lapar ya, hemm......kalau gitu aku akan memasak deh, biar dia jadi berisi, lihatlah tubuhnya itu ug...kayak lidi, ok lah pertama tama aku akan buat bubur dulu.
POV END.
.
.
.
." TUNGGU..."
suara teriakan terdengar dari kamar sampai sampai deon yang sedang memasak terkejut setengah mampus, sampai sampai tangannya terkena bubur panas yang baru saja matang, dia bahkan tak memperdulikan itu, dengan segera dia berlari kekamar tempat idolanya tidur, sudah dipastikan idolanya sudah bangun dia dengan perlahan membuka pintu dan melihat anak laki laki yang sedang duduk diatas tempat tidur dengan linglung.
Deon memperhatikannya dan berjalan mendekat secara halus agar tak mengejudkan anak itu, walaupun deon sudah berjalan perlahan anak itu seperti merasakan keberadaannya dan menoleh kearah deon, deon tersenyum lembut padahal dalam hatinya dia teriak dengan keras.
'ASTAGA IDOLAKU MELIHATKU, DIA MELIHATKU, YA AMPUN APA YANG HARUS KULAKUKAN APA YANG HARUS KUKATAKAN AKHH' ya begitulah_-
"Siapa?" suara yang serak tapi enak didengar keluar dari bibir pucat idola deon, tapi karna deon masih berteriak teriak didalam hatinya dia menjawabnya agak lama.
"Eh...em...iya tadi aku melihatmu bertarung dengan monster aneh dan aku menolongmu, apakah masih ada yang sakit?, apakah kamu lapar?" jujur deon pas ditanya idolanya itu gugup banget serasa kayak dikasih pertanyaan sama kepsek.
"Oh" anak itu seperti tidak punya semangat dan kemudian dia menundukan kepalanya, tampak linglung lagi,
lain lagi didalam penglihatan deon dia malah melihat seorang anak laki laki yang diterangi cahaya matahari tampak lembut dan mata merah yang bersinar itu tampak indah saat ditambahkan cahaya, dengan wajah yang halus dan kulit putih itu menambah kesan keimutannya dan bahkan mampu mengeluarkan jiwa kebapak-an deon, deon merasa dia harus membesarkan anak ini dengan penuh kasih sayang dan semua harta diseluruh dunia ini harus diberikan kepadanya tanpa terkecuali.
[Nah kan dah mulai, padahal anak itu dan deon saja seumuran bagaimana bisa deon jadi bapaknya, ntahlah saiya saja bingung.]
" oh iya namaku deon, bagaimana denganmu?," tanya deon dengan senyum yang masih nyempil diwajah cantiknya.
Anak itu lama sekali terdian tanpa menjawab pertanyaan deon, tapi deon tetap sabar dan mulai beratanya lagi,
"Apakah kau lapar?, sekarang sudah waktunya makan siang, mari kita makan bersama?" deon masih bertanya dan membuat anak itu menoleh kearahnya."Aku tidak lapar!" setelah anak itu menjawab, terdengar suara gerutu tanda lapar, dan tentunya suara tersebut berasal dari perut seseorang yang tadinya bilang tidak lapar.
Senyum deon semakin mengembang dan pergi kedapur untuk menyiapkan dua mangkuk bubur dan teh herbal untuk idola imutnya, setelah itu deon menaruh nampan yang ia bawa keatas meja kecil disamping tempat tidur dan menyerahkan teh herbal yang ia buat terlebih dahulu.
"Minumlah, ini akan membuat perutmu tidak sakit setelah makan, berhati hati ini panas!"
Anak itu melihat teh yang dipegang deon agak lama dan dengan perlahan mengambilnya, dia meminumnya sedikit seperti merasakannya, setelah mencicipinya, matanya tampak berkilauan, deon yang melihat hal itu jantungnya sudah berdetak ta karuan.
'Imut,imut,imut' deon terus berguman imut didalam hatinya sampai anak itu selesai meminum habis tehnya.
Segera deon mengambil dengan perlahan cangkir ditangan anak itu kemudian dia mengambil mangkuk yang berisi bubur daging buatannya, memberikannya secara perlahan kepada anak itu, deon sudah menetapkan kalau anak ituakan menjadi adik berharganya, orang lain tak akan bisa menyakitinya bahkan jika dia menjadi musuh seluruh dunia, deon rela.
Anak itu makan dengan perlahan lahan seperti menikmati makanan yang ia makan, deon seperti orang tua yang bangga melihat anaknya makan dengan lahap, memang mentalis orang tua didalam diri deon tidak bisa dihilangkan.
Tanpa sadar mangkuk anak itu sudah habis dan deon masih saja melihat anak itu dengan mata yang penuh bintang, anak itu melirik pada deon, saat bertemu dengan tatapan deon dia kembali menundukkan kepalanya.
'Imut,imut imut, kenapa bisa seperti kucing kecil yang lucu astaga kucing kecilku' ok deon dah enggak waras.
"Emm...itu...namaku Alves" akhirnya anak itupun memberi tau deon namanya.
Saat suara anak itu terdengar, deon akhirnya sudah sadar dari halu nya, deon kaget didalam hatinya tetapi diluar dia masih tampak biasa saja,
"Um..iya salam kenal alves oh iya aku ingin bertanya kamu kenapa bisa ada disini, ini hutan aporest loh kau bisa saja mati disini"walaupun deon bertanya dengan wajah tersenyum tapi tidak dengan aura suram yang menguar keluar dari tubuhnya, hal itu membuat anak itu bergetar ketakutan.
" ba...bagaimana dengamu?, kamu juga berada disini" walaupun takut dengan aura seram deon anak itu dengan gagap bertanya.
Deon tertegun dan dalam sekejap aura menyeramkan itu hilang digantikan dengan aura yang berbunga bunga.
'Apakah dia menghawatirkan aku?, astaga aku dihawatirkan oleh idolaku'"Akhem..aku baik baik saja lagipula aku sudah tinggal disini cukup lama jadi aku sudah biasa disini" deon menjawab dengan senyuman dan matanya semakin memancarkan sinar, berharap idolanya bisa kagum pada dirinya.
"Kalau begitu aku juga cukup lama tinggal disini" alves berkata sambil menundukkan kepalanya, tampak sedih.
"Begitu...emm..karena kita sudah kenalan bagaimana kita bertema" deon dengan antusias bertanya pada alves.
"Kau ingin berteman denganku?, kenapa?" tanya alves, saat mengatakan itu matanya tampak kehilangan cahayanya.
"Hem?, memangnya kalau ingin berteman harus ada alasan?, lagipula aku sudah lama sendirian, alves adalah teman pertama ku" deon menjawab dengan senyum tulusnya, mendengar hal itu alves tertegun, ternyata masih ada yang ingin berteman dengannya, dia tidak sendirian.
"Baik, aku mau" alves menjawab sambil mengangguk.
"Ok baiklah, kita akan tinggal berasama disini, senang bertemu denganmu alves"mereka saling tersenyum walaupun alves hanya tersenyum kecil.
Deon tak pernah membiarkan alves berkerja apapun dia berkata alves terlalu kecil untuk melakukan pekerjaan itu, alves bingung padahal mereka seumuran tapi entah kenapa deon lebih tinggi darinya.
Mereka mulai melakukan semuanya bersama sama kecuali mandi, makan bersama, tidur bersama bermain bersama dan satu tahun pun berlalu, selama itu alves mulai menumbuhkan daging ditubuhnya dan mulai tumbuh tinggi sedikit melampaui deon, tubuhnya mulai sedikit kecoklatan dengan otot yang pas untuk ukuran tubuhnya, deon yang melihatnya merasa bangga pada dirinya sendiri karna berhasil membuat alves tummbuh sehat dan agak frustasi karna alves melampaui tingginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNOWART
FantasyDeon tidak sengaja meninggal karna keselek biji rambutan setelah mencaci-maki novel yang baru dia baca, novel klasik yg membuat naik tensi. deon tuh kesal pada tokoh protagonis pria yang sangat bodoh dan protagonis wanita yang sangat cengeng, sampai...