Beberapa menit telah berlalu, Alves dan deon masih terdiam dengan pikiran masing-masing, deon melirik raut wajah alves, tampak frustasi, baru kali ini alves menampakkan raut wajah seperti itu, deon menghela nafas didalam hatinya.'Jika aku ikut, aku akan menjadi beban bagi alves, tapi...aku juga takut alves terluka, bagaimana ini?'
HAH.................
"Alves....."
Alves menatap deon, wajah tegas deon membuat alves mengerutkan kening,
"Hati hati....aku ikut alves kekerajaan barat, tapi alves harus berhati - hati, jika tak bisa mencari penawarnya cukup lari saja, nyawamu lebih penting dibanding apapun alves, aku tak terburu buru, lagi pula simpanan mana ku sangat banyak, bisa bertahan sampai 10 tahun, jadi tenang saja ya!"
Alves tertegun, perlahan-lahan dia menganggukan kepalanya, melihat senyum lembut deon, seperti ada sesuatu yang direncanakannya, alves sudah mengenal deon sangat lama, jadi dia sangat paham sifat keras kepala deon yang membuat orang sakit kepala, walaupun penasaran apa yang direncanakan deon, alves masih mengangguk patuh.
"Oh iya....." deon mengambil kalung dilehernya kemudian menyerahkannya kepada alves.
"Pakailah kalungku, jangan pernah melepaskannya, didalam kalung itu, selain bisa menyimpan barang, dia juga bisa melindungimu dari bahaya yang mengancan nyawa sebanyak tiga kali, jadi gunakanlah sebaik baik nya ya,alves!".
Alves tidak menolak kalung deon, dengan dia menerima kalung pemberian deon, ini bisa membuat deon sedikit lega, walaupun dia tidak bisa berada disisi alves setidaknya kalungnya bisa melindungi alves mengantikan dirinya.
mereka selesai berdiskusi tanpa sadar kalau matahari sudah terbit sejak lama, alves ingin berangkat sekarang, setelah dia memastikan deon mempunyai uang yang cukup untuk 10 tahun dan alves juga membeli rumah yang sederhana dengan halaman yang cukup luas, rumah itu juga sudah dikelilingi oleh tembok yang tinggi dan kokoh.
Setelah memastikan tak ada yang ketinggalan alves berangkat menuju barat, deon mengantarkan alves sampai pintu gerbangnya saja, alves meminta deon banyak istirahat dan memberi deon nasehat berkali kali agar tidak pernah mengunakan sihirnya karena berbahaya bagi tubuhnya, deonpun mendengarkannya dengan serius, setelah yakin bahwa deon akan baik-baik saja.
Deon menatap punggung alves yang tegap tampak kesepian, sambil berjalan menghadap matahari tenggelam alves terus berjalan kedepan tanpa melihat kebelakang, dia tidak mau deon melihat air matanya, walaupun alves tidak yakin kalau dia bisa menemukan penawarnya, tapi dia akan berusaha, bahkan jika dia harus menghabiskan raja brengsek beserta antek-anteknya alves rela.
Berani sekali mereka melukai deon, mereka benar-benar membangunkan singa yang sedang tidur.
'mereka sering bilang kalau aku ibis kan?, sekarang aku menjadi iblis yang sesungguhnya, akan aku perlihatkan kesengsaraan yang sesungguhnya pada mereka!.'
.
.
.
.Deon duduk temenung diatas tempat tidur empuknya, jujur dia sedang resah,gelisah, tapi tak masalah, dia selalu tau dimana keberadaan alves, apakah alves terluka atau tidak, itu semua karena kalung miliknya yang sekarang dipakai alves, dan jika alves dalam bahaya dia juga bisa langsung datang menyelamatkannya.
Luka yang diderita deon rasanya semakin parah, rasa sakit yang awalnya hanya seperti gigitan semut sekarang seperti gigitan singa(enggak canda), yang pasti sakitnya bertambah dan begitu juga mana deon yang terserap, tubuh deon serasa lemas, deon berbohong pada alves kalau dia dapat bertahan 10 tahun lagi, nyatanya dia tidak sekuat itu, paling paling dia hanya bisa bertahan empat tahun lagi, deon tak mau alves terburu-buru takutnya akan membawa petaka.
Haahhh....kenapa ini terjadi padanya, padahal bagus saat dia menjadi op, eh...malah jadi seperti orang penyakitan. Sulit.....kalau dia mati apa ya yang terjadi pada alves ya........dah lah ngantuk.
.
.
.
.Alves menyamar dengan beberapa para pedagang yang berbaris ingin masuk ke gerbang kerajaan barat, kerajaan elemania, saat giliran alves dia disuruh oleh prajurit gerbang membuka tudung yang dia gunakan, alves menurut saja karna ia sendiri sudah menyamar.
Penjaga gerbang membandingkan wajah alves dengan kertas yang ia pegang, mungkin karna alves tak memiliki kesamaan dengan gambar orang dikertas yang ia pegang, alves dibebaskan, saat alves masuk, dia melihat kertas buronan yang terpampang dengan jelas di dinding pemberitahuan yang berada disamping pintu gerbang kerajaan elemania, itu gambar dirinya, dia menjadi buronan diwilayah kelahirannya sendiri, tapi dia tak merasakan apa apa, dia memang tak punya perasaan lagi pada orang orang di kerajaan ini, apalagi pada keluarganya, sifat mereka lebih parah dibandingkan binatang.
Alves melirik kesana kemari mencari sebuah penginapan, dia akan melancarkan aksinya nanti malam, dia berencana menyelinap kedalam istana dan mencari tau rencana raja tiran itu yang sayangnya adalah ayahnya sendiri.
Malam pun tiba, didepan gerbang istana yang dijaga ketat oleh para prajurit,tetapi mereka tidak sadar terdapat siluet bayangan terbang melewati mereka, bayangan itu adalah alves, dia berlari,melompati dengan sangat cepat sampai sampai hanya terasa angin berhembus saja saat dia lewat.
Memasuki istana melalui cendela yang terbuka dan berlari dengan cepat dan tenang tanpa terlihat kearah ruangan kerja sang raja,alves menunggu waktu yang tepat untuk memasuki ruang kerja raja karna dia tidak ingin gegabah.
Tak lama kemudian alves melihat seorang pelayan mendorong meja kecil beroda yang diatasnya terdapat perlengkapan untuk membuat teh, saat pelayan itu masuk dengan cepat alves membuat dirinya memasuki bayangan milik pelayan itu, salah satu sihir alves yang diajarkan deon, namanya shadowtrap, alves bisa memasukkan seluruh tubuhnya ataupun benda yang dia mau kedalam suatu bayangan, selama ada bayangan dia bisa melakukannya.
Pelayan itu dengan perlahan mengantarkan teh kepada raja yang terlihat sedang berdiskusi dengan tiga bawahannya, tanpa mereka sadari ada alves yang sedang memperhatikan mereka, saat pelayan itu ingin keluar ruangan, alves segera kular dengan cepat dari bayangan pelayan tadi dan langsung mencari tempat bersembunyi.
"Yang mulia, saya dengar mereka gagal untuk membunuh pangeran kedua" tanya salah satu dari mereka yang tampaknya adalah seorang bangsawan tertinggi setelah raja.
Dia adalah arcduke, arcduke vamiliion anjing raja yang sangat setia, disebelahnya duduk seorang duke, duke fasio bangsawan kedua dibawah arcduke, dan satu lagi ada count galion, anjing setia pangeran pertama, lengkap sudah.
Raja melirik arcduke dan berkata dengan nada tak suka.
"Cih hanya keberuntungan iblis, lain kali aku akan membunuhnya""Yang mulia sepertinya anda harus berhati hati pada pangeran kedua, dia tampaknya tidak selemah yang kita kira, belum lagi saya dengan berita dari bawahan saya kalau dia mempunyai bawahan yang bisa sihir kelas tinggi" kali ini duke fasio yang berbicara.
"Heh anak itu penuh dengan keberuntungan, bahkan sudah sepuluh tahun aku mengasingkannya dihutan kematian itu dia masih hidup" ketidaksukaan dari suara raja dapat terdengar jelas, saat mereka sibuk berbicara seseorang mengetuk pintu kerja.
"Ayahanda ini saya"
Raja membiarkannya masuk, orang itu mempunyai warna rambut yang sama dengan raja dan warna mata biru laut wajahnya tampan tapi terkesan playboy masuk dengan langkah percaya diri dan arogannya, dia adalah pangern pertama sekaligus putra mahkota kerajaan elemania.
"Hormat kepada ayahanda, halo arcduke vamillion, duke fasio, dan count galion"
raja, arcdek vamiliion,dan duke fasio hanya menganggukkan kepalanya sedangkan count galion bediri dan mengucapkan salam kepada putra mahkota, hal ini karena status count galion lebih rendah dari putra mahkota.
"Ayahanda saya ingin menyampaikan berita yang dilihat oleh bawahan saya sendiri itu, saat dimana suruhan ayah membasmi anak terkutuk itu sesosok penyihir yang melindungi anak terkutuk itu
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNOWART
FantasyDeon tidak sengaja meninggal karna keselek biji rambutan setelah mencaci-maki novel yang baru dia baca, novel klasik yg membuat naik tensi. deon tuh kesal pada tokoh protagonis pria yang sangat bodoh dan protagonis wanita yang sangat cengeng, sampai...