Saat dimalam hari yang gelap dan suram, disalah satu ruangan penginapan yang gelap terdapat dua orang yang sedang tertidur, tiba tiba salah satu dari mereka membuka matanya, alves terjaga dimalam hari dan perlahan duduk diatas tempat tidur, dia melihat kesampingnya, deon masih tertidur lelap, mata merahnya alves berkilat dingin dikegelapan, dengan secepat kilat, alves menyerang disuatu sudut dinding penginapan, sebuah bayangan menghindar dari serangan alves dan mulai menyerang balik.Deon terbangun karna merasakan aura pembunuh yang pekat, dengan sigap dia menciptakan dinding penghalang, menghalangi serangan sosok bayangan tersebut, alves melirik kearah deon yang terjaga dan kembali fokus kepada bayangan itu.
Alves bergerak dengan cepat, pedangnya bergerak menyerang bayangan didepannya ditambah sihir yang dia alirkan pada pedangnya cukup membuat bayangan tadi kewalahan menghindari setiap serangan dari alves.
Deon sangat fokus pada alves dan sekali kali membantu alves tanpa sadar dari belakang, deon melihat ada sesosok bayangan lagi yang tiba tiba saja ingin menusuk alves dari belakang.
"ALVES...AWAS.....UGH..." deon memeluk alves dari belakang melindungi alves dengan dirinya sendiri tanpa berfikir panjang, deon berlutut memegangi pingang sampingnya yang tertusuk pisau.
Alves yang merasa seseorang memeluknya dan terdengar suara kesakitan deon segera melihat ke belakang dan kehilangan fokusnya, sesosok bayangan yang awalnya kesulitan dan tersudut mulai melancarkan serangan balasan.
"De...deon?, beraninya......beraninya kau..."
Melihat kondisi deon, mata merah alves bersinar, kemarahan dihatinya segera membakar akal sehatnya, aura yang mengerikan terpancar dari tubuh alves,walaupun deon terluka dia membakar sosok yang hampir melukai alves tanpa tersisa.
Saat mencoba mengobati lukanya dengan sihir, deon sadar kalau lukanya tak bisa sembuh, dia mengerutkan kening, kok bisa?, rasa sakit yang semakin menjadi- jadi membuat deon tak bisa berfikir jernih, ditambah lagi melihat alves kehilangan kendali membuat deon semakin pusing."A...alves" dengan suara lirih deon memanggil alves.
Alves menoleh dengan mata yang terlihat bersinar haus darah, deon agak ketakutan, tapi dia teringat semenakutkannya alves, Alves tetaplah alves yang dia kenal deon memanggil alves lagi sebelum semuanya gelap.
Alves yang melihat deon ingin jatuh menyentuh lantai segera menangkapnya, ruangan penginapan mereka benar benar berantakan, alves tak peduli, dia segera mencari healer dikerajaan ini sambil mengngendong deon ala gendongan tuan putri.
"Deon...aku mohon bertahanlah...bertahanlah...aku mohon....kau satu satunya duniaku deon...aku mohon."
.
.
.
.Alves membawa deon keseorang healer yang sudah berumur,walaupun begitu dia adalah healer terbaik dikerajaan timur,healer itu memeriksa deon dan melihat diluka tusuk deon sangat parah dan daging serta darahnya mulai berwarna biru.
"Dia diracuni, ini racun yang amat kuat, racun ini bernama death mana, racun ini bisa menyedot mana seseorang sampai orang itu mati, sampai sekarang tidak ada ramuan penyembuhnya, yang aku tau racun ini adalah racun khusus dari wilayah kerajaan barat"
Mendengar penjelasan dari healer tersebut membuat alves mengeluarkan hawa membunuh, sudah lama dia melupakan kenangan yang sama sekali tidak ingin dia ingat, cahaya dimatanya semakin meredup, healer itu sudah keluar dari ruang pengobatan setelah membalut luka deon.
Alves memegang tangan deon yang dingin, setelah sepuluh tahun, dia akhirnya merasakan kehangatan, setelah sepuluh tahun ditinggal oleh ibundanya semua orang menganggapnya ibis pembawa kesialan dan mengasingkannya padahal dia saat itu berumur tiga tahun,
Selama sepuluh tahun itu dia menjadi suram dikegelapan sendirian dingin dan hampa, sampai datang padanya sebuah kehangatan, sepuluh tahun lamanya akhirnya dia tidak sendirian, dia tidak kesepian, seseorang menerimanya, memberinya kehangatan, kasih sayang, dan di merasakan hal yang bahkan tidak berani dia bayangkan.
Semua itu karena satu orang yang tiba tiba datang memasuki dunianya begitu saja, menariknya dari kegelapan, menerima kasih sayang darinya, sekarang orang tersebut terluka demi dirinya dan dia bahkan tak mampu menyembuhkannya.
Air mata menetes jatuh kelantai, alves menangis tanpa suara, terakhir kalinya dia meangis saat ibundanya meninggal, sejak saat itu alves tak pernah menangis lagi, sekarang pertahanannya runtuh, dia tak sanggup lagi, seandainya saja dia yang ditusuk tadi, deon tidak akan seperti ini, deon tidak akan..
Alves tertegun, dia merasakan tangan deon bergerak, tak lama kemudian dengan perlahan deon membuka matanya, deon menatap alves dengan tatapan tak percaya, menangis, alves menangis demi dirinya?, kenapa?.
Deon perlahan mengangkat tangan yang sedang dipegang menuju wajah alves, dengan perlahan mengusap air mata alves yang masih tertinggal dipipinya, deon merasakan sakit lagi, kini hatinya yang sakit, kenapa kucing imutnya menangis?, padahal dia baik baik saja, dia masih hidup belum sekarat.
"Alves...jangan menangis...coba tersenyum seperti ini!" deon memperlihatkan senyumannya kepada alves, alves tersenyum kecil melihatnya.
"Hehehe kan seperti itu bagus, aku baik baik saja, luka seperti ini tidak akan jadi masalah buatku" deon ingin berlagak bangga dengan mencoba duduk tapi setelah itu dia meringis kembali, deon tau lukanya tak sesederhana itu, luka itu seperti menyerap mana nya sedikit demi sedikit dan hal itu membuat deon jengkel.
"Tidurlah jangan banyak bergerak deon!" alves segera membuat deon berbaring lagi dan menuangkan air hangat untuk deon, alves membantu deon meminum air hangat setelah itu membuat deon tertidur kembali.
"Deon diluka tusukmu terdapat racun yang bisa menyerap mana penggunanya perlahan lahan dan membuat penggunanya mati, katanya tidak ada penawarnya, racun ini adalah racun khas kerajaan barat dan disana kemungkinan ada penawarnya, aku akan pergi kesana, deon, bisakan kau menungguku?"
Mendengar penjelasan alves deon mwngenggam erat tangan alves dengan panik mencoba duduk tapi rasa sakitnya semakin menjadi jadi.
"Alves jangan...aku mohon jangan kesana, berbahaya, kalau racun ini dari barat otomatis seseorang yang berasal dari kerajaan barat ingin kau mati alves, tidak aku tidak menginginkannya...akhh...." deon kembali menekan lukanya tampaknya luka itu semakin sakit saja.
"Tidak ada cara lain deon,aku harus pergi, kau lebih aman disini, aku akan menitipkanmu pada healer disini agar kau dirawat dengan baik" alves sudah memantapkan hatinya untuk ini sebelun deon sadar.
"Tidak alves jika kau ingin pergi, bawa aku juga, kita selalu bersama sejak dulu, alves aku tak ingin kehilanganmu seperti aku kehilangan orangtuaku lagi, aku mohon"
deon terisak air matanya membasahi wajahnya, deon menundukkan kepalanya entah kenapa tiba tiba dia teringat memori pemilik tubuh asli yang menyaksikan orangtuanya dibunuh didepan mata kepalanya sendiri.
Alves tercengang, dia fikir meninggalkan deon adalah hal yang terbaik, tapi entah kenapa sekarang dia malah tidak rela membuat deon jauh darinya, untuk sesaat pembicaraan mereka memasuki jalan buntu, tak ada suara kecuali isakkan tangis pelan deon.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNOWART
FantasyDeon tidak sengaja meninggal karna keselek biji rambutan setelah mencaci-maki novel yang baru dia baca, novel klasik yg membuat naik tensi. deon tuh kesal pada tokoh protagonis pria yang sangat bodoh dan protagonis wanita yang sangat cengeng, sampai...