04- Masa Depan

4 2 0
                                    

"Sarla"

Sarla yang baru saja sampai di sekolah menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia tidak berminat untuk menoleh. Gadis itu hanya memilih diam di tempat sambil menunggu seseorang yang memanggilnya tadi datang sendiri menghampirinya.

"Semalam aku nelpon kamu berkali-kali tapi kok gak diangkat?"

Sarla memutar bola matanya malas lalu mengendikkan bahunya acuh.

"Sibuk" Jawab Sarla dengan nada sejutek mungkin.

"Ceilah. Jangan jutek-jutek gitu dong Sar, nanti cantiknya nambah"

Bukannya salah tingkah Sarla justru ingin muntah mendengar bualan cowok di sampingnya ini. Niat Sarla yang tadinya ingin pergi justru gagal karena tangannya dicekat oleh cowok itu.

"Apalagi sih?"

"Tadi ada yang nyariin kamu"

"Siapa?"

"Namanya Iwan katanya"

"Gak kenal"

"Masa sih gak kenal sama Iwan"

"Iwan siapa coba?"

"Iwanna be your's"

"Dih"

Detik berikutnya, Sarla sudah kabur menuju kelasnya. Ia tak ingin berlama-lama dengan cowok sinting itu. Bisa-bisa yang ada ia malah muntah benaran karena gombalan si Rigo. Iya, si Rigo.

Arigo Essabil atau yang lebih populer dengan panggilan Rigo alias cowok yang tadi ngobro dan gombalin Sarla sampe mampus. Sebenarnya Rigo itu udah ngejar-ngejar Sarla dari kelas 10. Sarla sendiri heran kenapa ada cowok yang segitu naksirnya sama dia.

Di lingkungan sekolah, nama Rigo sendiri dikenal sangat baik. Otak cerdasnya yang hampir setara dengan kepintaran Sarla membuat cowok itu sangat dikenal oleh guru. Belum lagi sifatnya yang cuek dan pendiam (terkecuali sama Sarla) membuat Rigo jadi idola banyak siswi.

Soal fisik sendiri tak perlu diragukan lagi. Kalau ada lomba ketampanan di smansa, sudah dipastikan Rigo akan masuk nominasi sih. Bukan cuma itu, Rigo juga merupakan anak tunggal dari seorang pebisnis kuliner kaya raya. Perfect banget gak sih!?

Tapi, justru yang bikin aneh itu, kenapa cowok sekelas Rigo malah naksir sama cewek modelan kayak Sarla? Udah gitu gak pernah berhasil lagi dapetin hatinya Sarla. Padahal mah udah seribu satu gombalan yang dilontarkan.

*** ***

Jam pertama pada hari ini di kelas XII IPA 1 diisi oleh Pak Ewir yang membawakan mapel Olahraga.

"Baik anak-anak, seperti biasa silahkan ganti pakaian olahraganya setelah itu kumpul di lapangan"

Mendengar perintah dari Pak Ewir, seluruh siswa langsung heboh menuju ruang ganti. Pelajaran Olahraga memang merupakan salah satu mata pelajaran yang paling disukai oleh anak-anak XII IPA 1. Tentu saja selain karena proses pembelajarannya di luar, mapel ini juga tidak akan melibatkan hitung-hitungan seperti makanan mereka sehari-hari. Mereka hanya akan mendapatkan tugas yang ringan. Dan setelah tugasnya selesai, maka mereka bisa bebas mau ngapain saja. Namun sepertinya kebebasan itu tidak berlaku untuk Sarla pada hari ini.

Setelah selesai mengganti pakaian, seluruh siswa berkumpul di lapangan seperti yang diperintahkan Pak Ewir. Tapi di lapangan bukan cuma anak-anak XII IPA 1 saja yang terlihat, ada anak kelas sebelah juga rupanya. Ada Rigo juga disana!

"Apa semuanya sudah bergabung di sini?"

"Sepertinya sudah semua pak" Jawab Harun (ketua kelas XII IPA 1) memastikan.

"Sebelumnya, bapak ingin memberitahukan kepada kalian bahwa hari ini ada dua kelas yang bapak urus. Harusnya memang Pak Omet yang mengajar di kelas XII IPA 2. Tapi karena beliau sedang sakit, jadi bapak diminta untuk menggantikannya. Jadi untuk hari ini kelas kalian akan bapak gabung saja biar lebih mudah mengawasinya"

Sebagian besar siswa terlihat semakin bahagia mendengar informasi dari Pak Ewir barusan. Tentunya momen ini akan menjadi kesempatan besar bagi mereka yang punya gebetan di kelas sebelah.

Berbeda dengan sebagian besar siswa tadi, Sarla justru terlihat kesal dan malas. Pasti karena sedari tadi Rigo sudah beberapa kali menatapnya genit.

Benar dugaan Sarla. Kini cowok sialan itu sudah modus duduk di samping Sarla. Padahal Sarla lagi asyik-asyiknya ambil kesempatan buat baca buku persiapan UTBK.

"Memang benar ya kata pepatah. Kalau jodo gak akan kemana"

Sarla mendelik jijik. Mulai lagi nih si tukang gombal kelas kakap.

"Pepatah dari mana? Dari Hongkong?"

"Ih, tuh kan cantiknya nambah kalau lagi jutek"

"Sana deh. Ganggu orang lagi baca aja"

"Sarla cantik, kamu tuh udah pintar dari lahir. Buktinya kamu selalu jadi juara umum di sekolah dan di hati aku. Lagian aku juga yakin kok kamu bakalan lolos SNBP. Jadi gak usah belajar terus setiap saat."

"Tahu dari mana kamu? Emang peramal?"

"Ya tahu dari Tuhan lah. Aku kan sering minta petunjuk sama Allah. Nah dari petunjuk yang aku dapat kita bakalan kuliah bareng di UGM"

"Bacot. Sana deh pergi jauh-jauh"

"Ih Sarla jangan gitu dong. Kata mama aku kalau ada orang yang ngajak ngobrol tuh harus diladeni, bukannya malah diusir. Gak sopan. Kalau soal belajar mah kan bisa nanti. Atau, kita belajar bareng aja mau gak? Nanti tapi pas pulang sekolah. Biar ala-ala study date gitu"

"Gak minat"

"Yaudah. Kalau gitu kamu harus ngobrol di sini sama aku. Baca bukunya nanti aja. Kan masih banyak waktu. Siapa tahu besok kita udah gak bisa ngobrol lagi"

Sarla menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar. Matanya memicing menatap Rigo. Ia kemudian bangkit dari duduknya.

"Mikirin masa depan aku jauh lebih penting dibanding ngobrol sama kamu" ucap Sarla dengan penuh penekanan.

"Tapi aku kan juga bagian dari masa depan kamu"

Kalau kalian jadi Sarla, kalian bakalan lakuin hal yang sama gak ke Rigo?

Jangan lupa klik follow, vote, dan share ya!!

Terimakasih

Sejuta Mimpi SarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang