"Alika kamu bawah apa? Apa kah itu untuk ku?" ujar Syiva sedari menggoda sahabatnya itu, meski ia tahu kalau bingkisan kecil itu untuk si dingin.
"Syiva!" Kali ini Alika tersenyum manis menanggapi ucapan Syiva,
"Syiva, aku ke sana duluh ia!" Pamit Alika, sedari bersenda gurau melihat bingkisan kecil nya.
"Gini nih kalau punya sahabat jatuh cinta, pasti main ninggalin" oceh Syiva.
"Pagi kak! Ini Alika bawah sesuatu buat kakak." ujar Alika sedari memberikan bingkisan kecil itu.
Vano hanya diam sedari memperhatikan wajah Alika yang tersenyum manis lalu beralih ke tangan, dimana tangan tersebut memengang sebuah bingkisan kecil.
"Kak Vano ini buat kakak," ujar Alika lagi lalu menarik tangan Vano agar bingkisan kecil itu perpindah tempat.
Vano yang di perlakukan seperti itu hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Makasi ia kak, semoga bingkisan yang Alika kasih kakak suka. ujar Alika lagi lalu pergi meninggalkan Vano bersama teman-temanya.
"Van Lo dapat apaan sih?" tanya zidan.
"Ia nih, sih Vano dapat bingkisan terus dari adek kelas, mana lagi mereka cantik-cantik" timpal Hasan.
Vano yang mendengar berbagai ocehan sahabat nya itu memilih membuang bingkisan Alika ke tempat sampah.
"Wah ... Para Lo Van, udah di kasih bukan nya berterima kasih malah di buang," ujar Zidan lagi.
"Zidan ke ngakk tahu ajah, Vano ke gimana?" timpal Hasan dan berlalu mengambil bingkisan kecil itu dari tempat sampah tersebut.
"Van kalau lo tidak suka sama bingkisan ini? mending kasih gue, mubasir barang gratis di buang."
Vano yang melihat kedua sahabat nya itu hanya menampilkan wajah dingin tanpa merespon.
Kini jam dinding menunjukkan pukul 16:30 pertanda jam sekolah telah berakhir,
"Alika, gimana bingkisan kamu udah di terima?" tanya Syiva sedari memeluk Alika dari arah samping.
"Entahlah, aku juga tidak tahu, dan mungkin itu berakhir di tempat sampah." Jawab Alika sedih
Ia tahu kalau semua bingkisan atau pun makan yang ia kasih ke Vano pasti akan berakhir di tempat sampah atau kah berakhir di tangan Zidan dan Hasan.
Syiva yang mendengar jawaban Alika, merasah bersalah. "Maaf" cicit Syiva lalu mengelus rambut panjang Alika sama seperti seorang ibu yang menenangkan anak gadis nya dalam keadaan menangis.
"Udah, aku tidak apa-apa lagian masih banyak waktu," kali ini Alika kembali menampilkan senyum manis.
"Apa sepenting itu kah Vano dalam hidup mu? Sampai-sampai lo rela berkorban banyak padanya." batin Syiva merasa kasihan.
Kini Alika dan Syiva berjalan santai ke arah parkiran, sesekali mendengarkan lagu melalui earphone mereka masing-masing. Dan tanpa sepengetahuan mereka berdua ada Vano, Hasan, dan Zidan di belakang mereka.
"Van lo kan ketua OSIS nih, apa lo tidak ada ide gitu? buat melakukan pertandingan antar kelas gitu?" tanya Hasan.
Vano yang mendengar saran Hasan diam dan menatap ke depan.
"Es balok," teriak Zidan karena ia capek liat kelakuan Vano yang tiap hari di tanya pasti diam dan diam,
"Apa bibir Lo sariawan?" tanya Zidan meski ia tahu akan mendapatkan sebuah pukulan di kepala nya.
Awas ...
Seorang siswa bertubuh gemuk menubruk Vano dari belakang karena menghindari kejaran seorang siswi.
Bruk ...
Vano menabrak Alika dari belakang, karena saat ini Alika tepat di depan Vano, dan ia tidak tahu menahu kalau Vano juga ada di belakang nya.
Awooo ...
Rintih Alika, karena ia mendapatkan luka di lutut nya,
Syiva yang keasikan mendengarkan musik melalui aerpone nya tidak tahu kalau ia meninggal kan Alika.
"Astaga Alika! Apa kamu tidak apa-apa?" tanya Hasan sok dramatis.
"A_aku tidak apa-apa kok, ini cuman luka kecil."
Vano yang melihat Hasan sok dramatis memilih meninggalkan nya, tanpa mengucap sepata kata.
"Es balok lo mau kemana? Ini perbuatan lo, lo tidak liat apa? Alika mendapat luka di lututnya." timpal Zidan karena ia tahu kalau Alika memiliki perasaan pada Vano.
"Aku fikir itu bukan perbuatan ku, tetapi perbuatan siswa yang menabraku, kalau saja siswa itu tidak menabrak ku dari belakang mungkin saja Alika tidak kenapa-kenapa kan." Sahut Vano dengan ucapan pedasnya.
Hasan dan Zidan yang mendengar ucapan sahabat nya itu memilih menggelengkan kepala nya,
"aku harap Alika bisa berubah dan menutup perasaan nya pada mu Van, dan saat itu kau menyesalinya. Ingat penyesalan selalu datang di belakang." Batin Hasan.
Syiva yang sedari tadik mencari Alika tidak ketemu merasa kesal pada diri nya sendiri karena ia tidak tahu menahu menjaga sahabat satu-satu nya itu.
Dratt ...
Dratt ...
Dratt ...Bunyi telpon genggam Alika,
"Ngimna sekarang, udah tidak apa-apa kan, atau kah aku dan Zidan mengantar mu pulang? tawar Hasan karena ia kasihan pada Alika.
"Udah, ngakk usah! nanti juga, sih nona sihir datang kemari menjemput nya." timpal Zidan karena ia tadik memegang ponsel dan tas sekolah Alika, dan Hasan lah yang menuntun Alika ke ruang UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR SANG OSIS {On Going}
Teen FictionAlika Permata Sari seorang wanita cantik nan rupawan. ia memiliki cinta, dimana cinta itu ia tidak tahu apa kah orang yang ia cintai mencintai nya juga. tetapi ia berharap suatu saat nanti cinta yang selama ini ia rasakan terbalaskan. Vano Aljazair...