Bab 12

7 0 1
                                    

Dengan kaki panjang nya Vano membawa Alika ke roftop sekolah, perut yang tadik nya meminta di isi, malah terisi dengan pemandangan yang tidak sedap di pandang.

Vano yang saat ini memegang kuat-kuat pergelangan tangan Alika, karena ia tidak ingin Hasan datang lalu mengambil Alika dari nya.

Alika yang merasa pergelangan tangan nya sakit memilih diam dan mengikuti kemana Vano membawa nya.

Setelah sampai di atas roftop, Vano akhir nya melonggarkan pegangan nya di tangan Alika.

Hufttt ...

Vano menarik nafas nya lalu membuang nya dengan kasar, lalu menatap manik mata Alika dengan dalam, sedari mencari sesuatu.

Alika yang di perlakukan seperti itu hanya diam dan menatap Vano dengan datar.

Sepersekian detik nya kini momen tersebut,

"Alika!" guman Vano pelan,

Alika yang mendengar nama nya tersebut, memilih diam sedari menatap lurus.

Vano yang melihat Alika hanya diam, memilih tersenyum. entahlah apa kah itu senyuman bahagia atau kah hanya senyuman sakit.

"Alika! bisa kah kita seperti duluh? tetapi aku tidak ingin kamu mengejar ku, biarkan aku mengejar mu!" ucap Vano sedari menatap Alika penuh harap.

Alika yang mendengar ucapan Vano memilih menghembuskan nafas nya.

Hufttt ...

"Kak Vano, bertemu dengan mu adalah hal yang sangat indah yang pernah aku temui, tapi untuk sekedar mencintai mu kembali mungkin itu akan menjadi hal yang paling menyakitkan."

Lebih baik kau dan aku menjadi teman, dari pada tidak sama sekali.

Vano yang mendengar ucapan Alika, hanya diam dan tanpa ia rasa sebening kristal jatuh ke pipi nya.

"A_alika apa kah sebaik nya bisa di bicarakan?" tanya Vano lagi.

"Maaf kak! aku sudah mengambil keputusan, dan keputusan tersebut tidak bisa di ganggu gugat."

"Ta_tapi Alika! apa kah kau tidak merasa? ucap Vano menggantung ucapannya.

"Kak Vano mesti fokus ke sekolah kak Vano dan masih banyak bidang studi yang lain menanti keberadaan kak Vano, dan tentang perasaan Alik! biar Alika yang mengatahui nya sendiri."

Setelah mengatang kan itu semua Alika memilih berdiri dan berniat meninggalkan Vano sendiri,

Tetapi, Vano yang melihat pergerakan Alika, memilih menarik tangan Alika dan memeluk nya.

"Biarkan seperti ini, aku ingin memeluk mu meski hanya seperkian detik nya, ku mohon jangan memberontak."

Alika yang awal nya memberontak, memilih diam setelah mendengar ucapan Vano.

1 detik ...

2 detik ...

3 detik ...

Kini Vano melonggarkan pelukannya dan memilih menggenggam tangan Alika, "maaf! duluh aku menyia-nyiakan diri mu, tapi kali ini biar kan aku mengejar mu." mohon Vano,

Alika yang mendengar permohonan Vano memilih melepaskan tangan nya dari genggaman Vano.

"Maaf kak, jam istirahat sudah berakhir saat nya memasuki jam pelajaran."

Vano yang mendengar ucapan Alika, memilih diam dan melepas kan tangan Alika.

"Vano! gimana rasa nya mengejar seseorang yang pernah jatuh cinta pada mu tapi memilih mengubur cinta karena orang tersebut tidak mengingikan nya." batin Syiva saat ia melihat Vano mengeluarkan sebening kristal dan memohon cinta Alika kembali.

Berbeda dengan Zidan, Zidan kali ini udah habis kesabaranya dan memilih menarik Hasan masuk ke ruang OSIS.

"Zidan lo apa-apan sih?"

"Mesti  nya gue yang tanya ke gitu sama Lo? kalian berdua kenapa? kenapa memperebutkan seorang wanita? bukan kah wanita di sekolah ini banyak?" pekik Zidan.

"Maksud lo apa?"

"maksud lo apa?" Zidan yang sudah habis kesabaran nya memilih memukul Hasan dengan keras,

Bukkk ...

Satu pukulan mendarat di perut Hasan, Hasan yang mendapatkan pukulan tersebut tidak diam dan memilih membalas atas perlakuan Zidan padanya.

Bukkk ...

Plakk ...

Bukkk ...

Terjadilah aduh jotos di antara mereka berdua, tanpa ada yang berani melerai mereka.

Hiruk pikuk, yang terbuat dari mereka berdua mengundang siswa-siswi ke ruang OSIS,

Semua siswa-siswi berdatangan di depan ruang OSIS, melihat apa yang saat ini terjadi,

Dan kagaduhan tersebut terdengar sangat jelas, saat Syiva melewati ruang OSIS tersebut.

Syiva yang melihat Hasan dan Zidan aduh kekuatan memilih masuk dan bersusah paya melewati kerumanan siswa-siswi tersebut.

Setelah bersusah paya akhirnya syiva berhasil masuk dan memilih menonton mereka berdua,

"Hahaha ... apa kah kalian berdua tidak malu di lihat  oleh seluruh siswa-siswi di sekolah? hanya seorang wanita saja? dan apa kah wanita tersebut cuman satu di dunia ini?" ucap syiva dengan lantang.

Apa yang di katakan Syiva barusan membuat para siswa-siswi berfikir yang tidak-tidak.

Dan tepat, apa yang di katakan oleh Syiva membuat mereka berdua tidak melanjutkan keributan tersebut.

Setelah Syiva mengatakan tersebut memilih pergi dari situ, tetapi Zidan yang melihat pergerakan Syiva menarik tangan Syiva dengan keras, dan menyuruh kerumunan tersebut bubar.


MENGEJAR SANG OSIS   {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang