Genggaman

136 21 4
                                    

Hari ini kau masih menemani Rokuta mengatur tenaganya. Sedikit demi sedikit Rokuta bisa menggenggam mainan cicit tanpa merusaknya. Tentunya saat dia masih fokus mengurangi tenaganya. Baginya tidak meletuskan mainan cicit sangat sulit.

*CIIIIITpssssh......*
Rokuta meletuskan mainan cicit lagi.
"Aku capek!". Rokita menjauhkan boks berisi mainan darinya lalu berbaring dilantai.

"Kalau begitu hari ini sampai disini saja". Kau menutup boks itu dan menaruhnya dilemari. Rokuta tidak bergerak dari lantai. Malah, sepertinya dia akan tertidur.

Disisi lain ruangan Itsuki melepas earphone-nya begitu menyadari Rokuta selesai latihan. Kau bisa menebak pasti sangat mengganggu mendengar suara cicit saat membaca.

"Maaf ya Itsuki. Akhir-akhir ini jadi berisik".

Itsuki menghela nafas. "Itu tidak bisa dihindari dan aku tidak begitu peduli. Selain itu akan bagus Rokuta tidak merusak barang lagi". Setelah mengatakannya Itsuki menatapmu kesal. "Kau sendiri berhenti mengungkitnya seperti masalah. Kalau soal Rokuta atau Kei aku tidak keberatan apapun yang mereka lakukan".

Kau tidak terkejut mendengarnya. Walau kau baru sebentar bekerja disini kau sudah tahu seberapa dalam hubungan mereka bertiga. Rasanya melihat mereka bertiga yang akur selalu menyentuhmu. Selain itu memang benar setelah melakukan latihan ini kerusakan barang dirumah ini berkurang. Rokuta akan lelah dan tidur lebih awal.

Kau tersenyum pada Itsuki. "Begitu...". Itsuki menatapmu lagi. Kau tahu lebih baik meninggalkannya sekarang. "Oh, lebih baik aku selimuti Rokuta". Kau masih bisa merasakan tatapan Itsuki sampai diluar ruangan.

Saat kau kembali dengan selimut. Benar saja Rokuta tertidur. Wajah tidurnya selalu membuatmu gemas. Selain itu kau mulai bisa menebak apa yang dirasakan Rokuta dari pose tidurnya. Pose tidurnya kali ini jelas karena kelelahan.

Kau menyadari Itsuki sudah tidak ada diruangan. Mungkin dia kembali ke kamarnya.

Kau memutuskan untuk duduk saja menemani Rokuta yang tertidur. Lagipula semua pekerjaan rumah sudah kau selesaikan, jadi kau bisa bersantai sampai waktunya pulang.

"Hrmmmm....".
Kau mendengar Rokuta berbalik dan bergumam dalam tidurnya. "....meletus lagi.....".

'Eh? Apa latihan tadi sebegitunya sampai terbawa mimpi?'.
Kau memperhatikan Rokuta yang mengerutkan alisnya. Tangannya juga terus membuka dan tertutup. Sepertinya dia masih terbawa latihan bahkan dalam mimpi.

Walau imut kau merasa kasihan pada Rokuta. Sambil mengelus kepalanya kau menyentuh lengannya. "Rokuta, sudah istirahatlah. Kau sudah berusaha hari ini. Kita lanjutkan nanti lagi ya".

Setelah mengatakannya Rokuta terlihat lebih rileks. "...[Nama] Nee-chan...". Rokuta mendekat padamu sampai dia tidur dipangkuanmu.

"Eeeeh..." kau tidak tahu bagaimana bisa begini. Tapi bagaimana mungkin kau tega membangunkannya. Jadi kau tetap duduk diam membiarkannya tidur.

Sayangnya kau tidak menyangka Rokuta tertidur cukup lama bahkan melewatkan waktu pulangmu. Dan yang menolongmu akhirnya adalah Itsuki yang baru keluar dari kamarnya.

"Maaf [Nama] Nee-chan, aku tidak sadar!".

"Tidak apa-apa. Rokuta tidur lelap sekali tadi".

Itsuki hanya menggelengkan kepalanya. "Kenapa kau tidak membangunkannya saja?".

"Rokuta terlalu imut...". Kau selesai membereskan barangmu. "Kalau begitu aku pulang ya, sampai besok!".

Kau pergi dengan terburu-buru.

"Kenapa Nee-chan terburu-buru begitu?" Rokuta sedikit sedih melihatmu pergi begitu cepat. Biasanya kau masih akan melambai padanya sebelum menutup pintu.

Dibelakang mereka pintu kamar Kei terbuka. "Apa tadi itu [Nama]-san? Dia baru pulang?".

"Iya, tadi aku yang menahan Nee-chan".

Kei melihat jam. "Ini terlalu larut untuknya pulang sendirian. Kita akan menyusulnya".

Kei, Rokuta dan Itsuki segera menyusulmu. Kau baru saja pergi hanya satu blok dari apartemen mereka. Benar saja kau masih disana. Hanya saja...

"Lepaskan!".

Mereka bertiga mendengar suaramu bersama seorang lelaki menarik tanganmu. Didetik itu Rokuta menerjang ke arah lelaki itu memisahkanya darimu. Dia menarik kerah lelaki itu dan melemparkannya ke tumpukan sampah.

Semuanya terjadi begitu cepat. Kau, Kei dan Itsuki tidak sempat bereaksi.

"Nee-chan!". Rokuta berlari ke arahmu. "Nee-chan tidakk apa-apa?".

"Ah, i...iya..." kau masih terlalu terkejut.

Itsuki dan Kei memeriksa lelaki tadi. "Dia masih hidup. Tidak ada tulang patah juga". Mendengarnya dari Itsuki, Kei menghela nafas lega. "Sepertinya dia hanya mabuk". Kei mengangguk. "Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Ayo panggil polisi dan bilang orang ini jatuh karena mabuk".

Setelah lelaki itu dibawa oleh polisi untuk diamankan mereka mengantarmu sampai di stasiun.

"Terima kasih banyak semuanya. Aku tidak menyangka akan dicegatt orang mabuk tadi".

"Yang paling penting [Nama]-san tidak terluka. Lain kali kau pulang larut kami akan mengantarmu".

"Eh?! Tidak perlu begitu Kei-san! Hari ini aku hanya kurang beruntung".

"Nee-chan tidak boleh begitu!". Kau terkejut Rokuta membentakmu. "Kalau tadi kami tidak mengejar Nee-chan... Kalau sampai apa-apa terjadi sama Nee-chan...". Suaranya gemetaran. Dia juga mengepalkan tangannya sangat kuat menahan amarahnya.

"Rokuta...". Kau mengambil tangan Rokuta dan menggenggamnya erat. "Maaf ya Rokuta. Kamu benar. Lain kali aku akan meminta untuk diantar". Kau menatap matanya dan tersenyum. "Terima kasih sudah menolongku tadi".

Mendengarnya ekspresi sedih Rokuta menghilang. Dia memperhatkan tanganmu dan membukan kepalannya. Kali ini Rokuta yang memegang tanganmu. "Aku akan melindungi Nee-chan!".

Kei dan Itsuki yang melihat hampir tidak percaya apa yang mereka lihat. Rokuta tidak menyakitimu sama sekali.

Kei hanya tersenyum. "Syukurlah ya, Rokuta".

-Keesokan harinya-

*KRAK*

"Ah, remot TV-nya..." Rokuta tidak sengaja meremukkan remote TV saat mendengar kau akan memasakkan karaage untuk yang kemarin.

"Sepertinya masih butuh latihan lagi ya...".

Paradox Live 1Nm8 x Reader: Everyday HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang