15 🌻

2.8K 205 4
                                    

Happy reading.

Daffa tertidur setelah meminum susunya, anak itu seakan melupakan kalau dia baru saja bertemu dengan Ayahnya.

Radit juga masih berada di rumah Ayu, Ia bahkan tidak beranjak dari ruang tengah setelah mengantar temannya tadi keluar. Radit dengan sabar menunggu Ayu menidurkan putranya.

"Ini sudah mulai sore tuan, alangkah baiknya jika tuan pulang saja dulu." Ujar Ayu mengusir Radit secara halus.

"Saya tidak akan pulang jika tidak bersama putraku."

"Daffa adalah putraku, bukan-." Ayu memejamkan matanya sejenak sebelum kembali menatap Radit.

"Anda bisa kembali besok tuan, ini benar-benar terlalu cepat untuk saya maupun Daffa sendiri. Apalagi dia masih kecil yang masih belum tau apa-apa, saya mohon pada tuan."

"Baiklah, saya akan datang lagi besok. Dan pastinya besok saya akan membawa Daffa pulang bersama ku." Tegasnya sebelum pulang.

Perginya Radit meluruhkan air mata Ayu, ia menangis tanpa suara dan itu membuat dada nya sesak bukan main. Ayu memukul dadanya untuk menghilangkan rasa sesak tersebut.

"Apa yang harus hamba lakukan yaallah, hamba benar-benar bingung. Hamba tidak ingin berpisah dengan putra hamba, tapi disisi lain ada orang tua kandung Daffa yang juga berhak bersamanya." Batin Ayu yang kebingungan.

Ayu tidak ingin egois untuk melarang Radit mengambil Daffa, lagi pula dia adalah Ayah kandungnya. Tapi dia juga tidak ingin sakit saat saat berpisah dengan Daffa.

Tiba-tiba saja Ayu berdiri lalu berjalan menuju kamarnya yang di mana Daffa sudah tidur di dalam sana.

"Maafkan Bunda jika Bunda sedikit egois sayang." Bisiknya pelan pada Daffa, lalu dia mengambil tempat untuk dia tidur lalu mulai tertidur setelah membaca doa.

Keesokan harinya, Ayu tidak datang bekerja seperti biasa di rumah Radit. Pagi-pagi dia sudah bangun menyiapkan sarapan untuk anak dan adiknya.

"Kakak enggak kerja hari ini?" Tanya Aulia yang baru datang lengkap dengan seragam sekolah nya.

"Enggak, kakak izin untuk hari ini. Ayo cepat sarapan nanti telat masuk loh. Kakak mau bangunkan Daffa dulu."

Aulia segera memakan sarapannya karena takut telat, sedangkan Ayu pergi ke kamar untuk membangunkan putra kecil nya.

Ayu membuka gorden dan jendela membiarkan matahari bersama udara segar memasuki kamarnya, hingga mengusik anak kecil tersebut dari tidurnya.

"Pagi anak Bunda." Sapa Ayu melihat Daffa yang sudah terbangun, anak itu tersenyum lebar lalu mengangkat kedua tangannya minta digendong.

"Cuci muka dulu ya nak, lalu kita sarapan dan Daffa mandi deh."

"Baik Bunda!"

"Anak pintar."

Ayu membawa Daffa ke dapur setelah mencuci muka sang anak, di sana ia melihat Aulia baru saja selesai menghabiskan makanannya dan saat ini baru meminum susunya.

"Kak, Aulia berangkat ya kak. Assalamualaikum." Salim Aulia mencium punggung tangan Ayu, lalu mencium pipi Daffa.

"Iya, hati-hati di jalan ya dek."

"Siap kak."

Disisi lain Radit yang juga tidak masuk ke kantor karena menunggu kedatangan Ayu ke rumahnya. Namun, sudah satu jam lamanya dia menunggu tapi tak ada tanda-tanda wanita itu akan datang.

"Sepertinya nak Ayu tidak masuk hari ini den." Ucap bi Murni yang menemani Radit menunggu kedatangan Ayu.

"Sepertinya begitu bi, kalau begitu saya keluar dulu."

"Gak mau sarapan dulu den?"

"Saya akan sarapan di luar." Setelah mengatakan itu Radit pergi keluar rumah, dia mengendarai mobil nya sendiri menuju rumah Ayu.

Tak perlu waktu lama Radit sudah sampai dan memarkir mobil di depan halaman. Dia turun dari mobil lalu mendekat ke pintu.

Tok tok tok.
P
"Iya, sebentar." Sahut seseorang dari dalam.

Cklek.

"Tuan Radit." Ayu terkejut melihat kedatangan Radit ke rumah nya pagi-pagi seperti ini.

"Ya, ini saya."

"Tuan ngapain pagi-pagi ke sini?" Tanya nya.

"Saya mau bertemu dengan anak saya, mau ngapain lagi?"

"Tapi kan ini masih pagi tuan, anda terlalu pagi bertamu di rumah orang!" Sindir Ayu, ok sepertinya Ayu sudah mulai tak menyukai keberadaan Radit.

"Saya tidak peduli dengan itu, saya hanya ingin bertemu dengan putraku." Ucapnya lalu menyelonong masuk tanpa di persilahkan oleh sang pemilik rumah.

Ayu melebarkan matanya melihat itu. Bisa-bisanya! Hey siapa yang tamu disini. Dasar pria angkuh!

Saat Ayu ikut masuk, dia tidak melihat keberadaan Radit di ruang tamu. Kemana pria itu pergi. Ayu mencari nya di dapur, dan yang ya g benar saja pria itu sudah duduk anteng di kursi samping Daffa.

Ayu berdecak lalu menyusul nya. "Saya belum sarapan." Kata Radit setelah Ayu duduk di kursi.

"Ya terus?" Tanya Ayu.

"Sebagai tuan rumah kamu harus melayani tamunya dengan baik." Itu tau kalau situ tamu, malah nyelonong masuk tanpa di suruh, huh.

"Oh, anda beruntung juga. Saya memasak lebih jadi ada bagian untuk anda."

"Saya memang selalu beruntung." Ujar Radit sombong.

"Yaallah, ada juga ya orang kayak situ." Cibir Ayu dengan suara pelan, namun Radit tetap dapat mendengar nya.

"Saya lapar." Ujar Radit lagi.

"Iya-iya ini saya ambilkan." Ayu mengambilkan makanan untuk Radit, sedangkan Daffa hanya menatap dua orang dewasa itu dengan polos.

"Selamat makan Daffa." Kata Radit menerima piring yang di berikan Ayu.

"Syalat akan om." Balas Daffa dengan mulut yang penuh makanan.

"Ayo makan." Ajak Radit pada Ayu seakan-akan dia adalah tuan rumah, yaa meskipun itu yang sebenarnya karena Radit sudah membeli rumah tersebut.


TBC.








Jangan lupa vote dan komen ya guys... Jangan lupa juga follow Ig aku: @mawarjk_

Mawar Jk


Bunda Ayu [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang