16🌻

2.7K 222 4
                                    

Happy reading

.
.
.

Setelah melakukan sarapan, Ayu dan Radit duduk di ruang tengah dengan Daffa yang di biarkan main sendiri agar tidak menggangu pembicaraan mereka.

"Saya tidak ingin mengambil paksa Daffa dari kamu, maka dari itu saya akan memberikan waktu sebelum saya membawa Daffa ke keluarga saya." Ujar Radit to the point.

"Tapi tidak punya banyak waktu. Keluarga saya sudah tak sabar ingin bertemu dengan Daffa, saya harap secepatnya." Lanjutnya lagi.

Ayu tersenyum kecil lalu mengangguk mengerti. Lagi-lagi dia ingin egois, namun dia juga memikirkan perasaan Radit dan keluarganya. Mereka juga pasti rindu dengan anak cucu mereka, Ayu tau bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang di sayangi.

Hufff.

Akhirnya, dia tidak bisa egois.

"Daffa sayang, sini sebentar nak." Panggil Ayu pada Daffa yang masih sibuk bermain dengan mainan baru nya yang di bawa Radit tadi.

Mendengar Ayu memanggil, Daffa menyimpan mainan lalu berjalan mendekati Ayu.

"Ada apa Bunda?" Tanya nya setelah berada di hadapan Ayu.

Sambil tersenyum Ayu menggenggam tangan kecil Daffa.

"Daffa selalu tanya Ayah Daffa kapan pulang kan sayang?"

"Ayah Daffa sekarang sudah pulang, Ayah Daffa ingin sekali memeluk Daffa, Daffa mau juga di peluk Ayah kan?" Daffa mengangguk dalam diamnya, taka ada respon sedikitpun selain anggukan.

Radit sangat gugup menunggu bagaimana respon putranya, sesekali dia menelan ludanya sendiri saking gugupnya.

"Daffa gak senang sayang?" Tanya Ayu, masih tidak ada respon yang di berikan Daffa membuat nya dan juga Radit semakin cemas.

Tak lama terdengar isakan kecil dari bibir Daffa membuat Ayu dan Radit khawatir. Segera di peluknya Daffa mengusap kepalanya anak tersebut untuk menenangkan nya.

"Hey, sayang. Ada apa hm?" Tanya Ayu yang terus menegangkan Daffa, sesekali dia mencium puncak kepalanya.

"Bunda, hiks.... hiks...."

"Tenang dulu, baru cerita pelan-pelan." Ayu melepaskan pelukan mereka dan membawa Daffa ke atas pangkuannya.

Daffa sudah berhenti menangis.

"Cerita pelan-pelan ya sayang." Daffa mengangguk mengerti lalu menatap Radit yang berada di seberang mereka.

"Daffa senang Ayah sudah pulang, tapi Daffa tidak mau sama Bunda, Daffa gak mau pisah huaa hiks hiks." Daffa kembali menangis seperti bercerita.

Ayu menatap Radit sejenak lalu menepuk punggung kecil Daffa, menenangkan nya.

"Kenapa Daffa berpikir seperti itu nak?" Tanya Radit.

"Om Radit sendiri yang bilang." Jawabnya.

"Ayah sayang, panggil Ayah Radit." Koreksi Ayu.

Daffa mengangguk patuh. "Ayah sendiri yang bilang." Ulang nya.

"Daffa salah paham sayang, Ayah gak akan memisahkan Daffa sama Bunda." Kata Radit.

"Benarkah?"

"Tentu saja nak."

Daffa tersenyum senang lalu turun dari pangkuan Ayu, perlahan dia mendekati Radit dan memeluk nya. "Makasih Ayah." Ucapnya membuat Radit terharu.

"Iya nak." Ucapnya membalas pelukan sang anak.

Ayu tersenyum lembut melihat momen tersebut, dia hanya berharap Daffa bahagia, hanya itu yang dia inginkan.

"Daffa mau main lagi? Ayah temani mau?"

"Mau! Daffa mau main sama Ayah!" Ujarnya bersemangat.

"Baiklah, ayo bermain."

"Ayo!"

***

Radit kini pamit untuk pergi ke kantor setelah puas menemani Daffa bermain. Tapi sebelum itu dia makan siang bersama di rumah Ayu.

"Daffa sayang, Ayah pergi kerja dulu. Pulang nanti Ayah belikan makanan, mau?"

"Mau!" Balas Daffa bersemangat.

"Baiklah kalau begitu Ayah berangkat ya nak." Pamitnya, dia mengecup kening putranya sedikit lama.

"Saya pamit dulu." Pamitnya pada Ayu.

"Iya pak." Jawab Ayu seadanya.

"Dadah Ayah." Daffa melambaikan tangannya saat Radit hendak memasuki mobilnya.

Radit ikut melambaikan tangannya, seraya tersenyum lebar.

"Ayo sayang masuk." Ayu mengajak Daffa saat mobil Radit sudah melaju dan tak terlihat.

"Iya Bunda." Balas Daffa patuh. Daffa memang anak yang sangat patuh.


TBC.







Vote dan Komen


Mawar Jk





Bunda Ayu [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang