SP - 5

536 17 0
                                    

"Mel...." Krisna menahan Mela.

"Saya pamit dulu. Lagian nggak seharusnya saya menginap di sini."

"Mel."

"Pak Krisna bisa kena masalah kalau sampai ada yang tahu saya menginap di sini. Permisi." Pamitnya. "Alif, ayo."

"Mel."

"Saya bukan menolak atau apalah soal keinginan Pak Krisna mempercepat pernikahan tapi saya peduli dengan karier Pak Krisna. Karena saya tau rasanya bakal sulit kalau harus mempercepat itu semua. Paling bisa nikah siri dulu, tapi bukannya ada aturan PNS dilarang menikah siri ya?! Atau saya yang salah?"

"Mela."

"Ayo, Lif." Ajak Mela sembari masuk ke dalam mobil dan segera menancap gas.

Alif diam, meski begitu kadang ia melirik sang bunda sesekali.

Krisna segera mengikuti mereka. Mela yang tahu mobilnya tengah diikuti oleh Krisna langsung mencoba menghindar.

"Kita mau ke mana, Bun?" Tanya Alif sembari mengamati jalan yang kini mereka lalui.

"Muter-muter aja."

"Tumben."

"Bunda lagi pengen." Jawab Mela adal yang diangguki Alif.

Mereka terus keliling kota Sukabumi sampai akhirnya mobil Krisna tidak tampak lagi. Itu dikarenakan tadi mereka sempat terpisah di lampu merah.

"Halo." Sapa Alif menerima panggilan telepon masuk.

"Alif, kalian di mana?"

"Di jalan."

"Siapa, Lif?" Sambar Mela.

"Pak Krisna, Bun." Mela menelan saliva mendengar jawaban Alif.

"Bunda mana? Bapak pengen bicara."

"Sebentar." Ujar Alif. "Bun, Pak Krisna." Bisik Alif.

"Tolong bilang nanti Bunda telepon balik. Bunda lagi nyetir dulu." Ujar Mela berusaha datar.

"Iya." Angguk Alif. "Halo, Pak. Kata Bunda nanti Bunda telepon balik Bapak. Bunda lagi nyetir dulu."

"Oke. Bilang Bunda, Bapak tunggu teleponnya."

"Iya, Pak." Tutup Alif. "Bun, kata Pak Krisna ditunggu teleponnya." Tambahnya.

"Iya."

"Ehh ini kok bukan jalan ke rumah?"

"Kita ke rumah Enin dulu ya?!'

"Oke."

Melihat keponakannya datang, Atik segera menyambut suka cita. Alif segera ke gajebo, tempat favoritnya santai di rumah tante dari bundanya itu.

"Bi."

"Kenapa, Mel?" Tanya Atik lembut. Ia paham, jika Mela sudah seperti ini biasanya ia sedang ada masalah.

"Pak Krisna yang terbaik bukan ya buat aku?"

"Kamu kenapa?" Dahi Atik berkerut.

"Aku ngerasa nggak kenal dia aja. Maksudnya belum benar-benar mengenal dia."

"Ya setau Bibi sih dia baik, berpendidikan, sosok penyayang juga."

Berpendidikan? Masa?? Cebik Mela.

"Insyaallah Mas Krisna bisa jadi suami yang baik buat kamu juga ayah yang baik untuk Alif. Buktinya Alif udah nyaman aja sama Mas Krisna."

"Iya, Bi."

***

"Assalamu'alaikum, Bu." Krisna mengucapkan salam sembari tergesa menghampiri sang ibu yang tengah menonton acara televisi favoritnya pagi ini.

"Waa'alaikumsalam, Kris. Ada apa?" Melihat anaknya seperti itu, Ambar langsung khawatir.

"Krisna boleh minta alamat rumah Bu Atik?!"

"Tumben. Kamu mau main ke sana?" Dahi Ambar sedikit berkerut.

"Nyusul Mela. Kayaknya Mela ke sana."

"Kamu kenapa, Kris? Kamu ada masalah?"

"Cuma mau minta maaf sama Mela?"

"Ada apa?" Tekan Ambar.

"Krisna udah keterlaluan sama Mela semalam."

"Keterlaluan? Semalam? Kamu nggak macem-macem kan? Kalian...." Ambar panik.

"Cuma tipis-tipis."

"Krisna....." Ambar membulatkan mata.

***

Tipis-tipis 🤭😁

Part ini lengkapnya ada di
KaryaKarsa

Happy Reading ❤️

Suami PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang