SP - 8

461 21 0
                                    

Mela beranjak keluar kamar, selain untuk menghirup udara lebih banyak juga teringat dirinya belum menyiapkan apa-apa untuk makan malam.

"Lif, buat makan malam pesan go-eat aja ya, bunda lagi males masak."

"Oke."

"Mau makan apa?"

"Apa aja, bebas."

"Apa atuh?" Mela tampak kebingungan.

"Apa ya?" Alif juga tampak ikut kebingungan. Sama seperti Mela, dirinya memang sedang malas berpikir saat ini.

"Sate mau?" Tawar Mela.

"Boleh."

"Sate apa? Ayam, sapi atau kambing?"

"Kambing."

"Pake sop nya nggak?"

"Hmmmm... Pake."

Mela pun sibuk mencari restoran di aplikasi go-eat. Jika memang sedang malas masak seperti sekarang atau ada sesuatu yang harus dikerjakan segera, Mela memang sering memesan makanan memakai aplikasi tersebut.

"Bun, Pak Krisna belum pulang?" Tanya Alif, Mela tampak baru sadar akan sesuatu.

Iya bener, dia kan tadi abis mandi ke kamar lagi dan belum keluar-keluar. Batin Mela. Mela pun mengintip ke luar, mobil Krisna memang masih terparkir di depan rumahnya. Batin Mela.

"Bunda liat ke kamar dulu ya? Kamu jagain, siapa tau pesenannya datang."

"Siap."

Mela beranjak dari sofa tamu lalu masuk perlahan ke dalam kamarnya. Tampak Krisna tengah berbaring dengan posisi terlentang. Tatapannya terpejam dan tangan terlipat di dada.

"Pak..." Lirih Mela.

"Mel?!" Krisna yang tampak ketiduran segera membuka mata yang memerah itu.

"Bangun dulu mau Maghrib, pamali." Ujar Mela lembut. Mela memang masih memegang teguh pepatah orang tua zaman dulu. Di mana jika petang menjelang, kita dilarang untuk tidur.

"Ehh iya." Krisna bangun. Duduk-duduk di atas tempat tidur

"Bapak mau makan di sini?"

"Iya."

"Aku nggak masak hari ini jadi cuma pesan sate dan sop kambing di go-eat. Siapa tahu bapak nggak suka dan mau beli se...."

"Saya suka kok sate sama sop kambing."

"Ohh syukurlah." Mela tampak lega, Mela lalu berjalan menjauh.

"Mel."

"Iya?!" Mela menghentikan langkahnya.

"Mau ke mana?"

"Mau ambil wudhu. Kita sholat Maghrib berjamaah dulu ya sebelum makan."

"Iya ayo." Krisna pun mengikuti Mela mengambil air wudhu.

Mereka bertiga sholat berjamaah Magrib ini, senyum Krisna merekah semenjak tadi. Rasa bahagia juga haru bercampur menjadi satu. Dulu saat ia pergi dari rumah Dena untuk terakhir kalinya, ia berpikir tidak ada lagi rumah nyaman selain rumah Ambar juga rumah pribadinya. Karena pada kenyataannya, rumah Mela jadi rumah ternyaman bagi dirinya kini.

Selesai sholat mereka langsung menyantap sate dan sop kambing yang sudah diantar driver go-eat. Kadang terdengar gelak tawa Alif juga Krisna. Mereka berbincang sesuatu hal yang memang agak konyol.

Selepas makan mereka segera merapikan piring kotor. Alif pamit ke kamar untuk belajar sedang Krisna setelah sendirian di depan televisi beberapa saat akhirnya memutuskan masuk kembali ke kamar Mela.

"Pak, udah malam." Ujar Mela sekembalinya dari dapur. Tampak Krisna sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur sembari membaca berita online.

"Terus?"

"Ya...." Mela salah tingkah, ia hanya garuk-garuk kepala. "Takut kemalaman mending Bapak pulang sekarang, istirahat. Besok masih harus ke sekolah kan buat kerja?" Ujar Mela dengan pemilihan kata serapi mungkin. Tatap Krisna pun lantas tajam menusuk Mela. Mela salah tingkah dibuatnya. Lalu tatap itu dialihkan pada koper yang masih tergeletak di depan lemari pakaian Mela.

"Saya nginep di sini malam ini." Putus Krisna tegas.

"Pak....." Mela membulatkan mata.

"Kenapa? Nggak boleh?!" Tanya Krisna dengan dahi berkerut.

"Udah boleh tapi yang lain kan tahunya kita belum nikah, Pak. Aku takut nanti jadi masalah." Terang Mela.

"Dan kalau saya pulang, saya takut kepulangan saya jadi masalah buat saya."

"Hah?!" Kini dahi Mela yang berkerut.

"Saya pulang, kamu pergi." Seloroh Krisna.

"Pak Krisna..." Mela mulai kehilangan kata-kata.

"Telepon bos kamu, bilang kamu mau kerjakan project yang di sini. Kalau dia tetep pengen kamu handle yang di Bandung, resign aja malam ini juga. Segala konsekuensinya biar saya yang tanggung." Dahi Mela berkerut. "Ayo telepon." Titahnya. "Atau mau saya yang teleponin bos kamu itu?" Tanyanya kemudian.

Suami PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang