SP - 6

478 15 0
                                    

"Mau saya anterin dulu?" Tanya Krisna.

"Nggak usah. Nanti telat ke sekolahnya. Pada harus upacara kan? Lagian aku bawa mobil." Tolak Mela santai.

Krisna tersenyum sumringah, Mela kembali menggunakan kata aku, bukan saya lagi saat memanggil dirinya sendiri di hadapan Krisna.

"Ya udah ayo kita pulang." Seru Krisna yang diangguki Mela.

Keduanya lalu keluar dari kamar dan segera pamit pada Atik. Mela dan Alif menuju mobilnya sedang Krisna dan Ambar menuju mobil Krisna.

"Sampai ketemu di sekolah, jagoan." Ujar Krisna.

"Oke." Alif mengacungkan jempol.

Tidak sulit Alif menerima Krisna. Maklum Alif adalah tipe anak yang bagaimana diawali. Jika diawali hangat dia akan semakin hangat, diawali baik dia akan menjelma lebih baik. Tetapi diawali buruk dia akan bertingkah seenaknya.

"Lif." Lirih Mela saat mobil mulai melaju memecah jalanan di pagi ini.

"Kenapa, Bunda?"

"Maafin Bunda ya?"

"Maaf untuk apa, Bun?"

"Harus ada Pak Krisna sekarang di hari-hari kita." Ujar Mela tidak enak hati.

"Nggak apa-apa." Sahut Alif enteng. "Tapi maksudnya nikah siri itu apa, Bun?"

"Sementara nggak perlu ada yang tahu Bunda sudah menikah sama pak Krisna."

"Sembunyi-sembunyi gitu, Bun? Kenapa?" Dahi anak yang tengah beranjak remaja itu mengernyit.

"Pekerjaan Pak Krisna mengharuskan nikahnya sah secara agama dan negara tapi nggak bisa secepat kemarin. Jadi ya...."

"Ohh...."

"Pokoknya jangan sampai ada yang tahu, siapa pun itu ya." Mela mewanti-wanti.

"Oke."

"Kamu juga biasa aja nanti di sekolah, jangan beda ke Pak Krisna." Tidak lupa mela mengingatkan.

"Siap."

***

"Mas...."

"Apa?"

"Bener nggak berubah pikiran? kasian Ibu lho. Kata si Mbak, Ibu suka sendirian sekarang di rumah. Mas Krisna jarang nginep di rumah soalnya."

"Nggak, kita di sini aja." Putus Bima.

"Ihh kamu."

***

Krisna berbunga pagi ini. Keinginannya terwujud, menikahi Mela secepat mungkin. Meski siri dan harus disembunyikan sementara waktu. Tapi ia merasa jauh lebih tenang.

Bayangan tidur sembari berpelukan dengan Mela tadi menganggu angannya. Senyum hingga nyaris tidak mau beranjak dari bibirnya.

"Pak, rapat besok jadi?"

"Yang bahas soal pembagian raport dan karya wisata itu?"

"Iya."

"Jadi, diatur jam sepuluh aja."

"Anak-anak pulang cepat berarti ya, Pak."

"Iya, tolong umumkan ke komite tiap kelas biar bisa ke share ke para orangtua untuk menjemput anaknya lebih awal."

"Baik, Pak." Angguk Ida sembari pamit. Karena sudah menunjukkan jam pulang juga, Krisna segera bersiap untuk meninggalkan ruangannya itu.

"Lif, pulang?" Tanya Krisna saat berpapasan dengan Alif.

"Iya, Pak."

"Ayo bareng."

"Hmmmm...."

"Ayo." Rangkul Krisna. Mereka pun menuju area parkir sekolah. "Kenapa? tumben..." Krisna tampak sedikit bingung dengan sikap Alif yang agak dingin padanya siang ini.

"Kata Bunda, Alif nggak boleh nunjukin Bapak itu udah nikah sama Bunda." Jawabnya sembari memakai seat belt.

"Kenapa?" Dahi Krisna berkerut.

"Ya kan pernikahan resmi Bapak sama Bunda nanti. Sekarang harus sembunyi-sembunyi dulu." Papar Alif yang sontak mengundang tawa Krisna.

"Dasar kamu. Masih imut udah bahas pernikahan orang dewasa. Ya udah kita jalan sekarang ya?!" Ujar Krisna sesaat sebelum dirinya melajukan kendaraannya.

***

"Tapi saya di Sukabumi."

"Tidak masalah, Pak. Jika anda berminat, kami ada tim di Sukabumi yg akan membantu anda." Ujar Andi.

"Boleh kalau begitu."

"Baik nanti saya koordinasi dengan tim saya di Sukabumi."

"Oke." Tutup sang sang calon klien. Andi pun segera mengetik pesan pada Mela.

Krisna dan Alif mengetuk pintu beberapa kali sebelum akhirnya dibukakan pintu oleh sang pemilik rumah.

"Udah pada pulang." Sambut Mela memang sempat mendapat pesan dari Krisna yang mengabarkan Alif akan diantar pulang oleh dirinya.

"Hai, Bun....." Balas Alif. Sedang Krisna hanya bisa tersenyum lebar di hadapan Mela kini.

"Ayo ganti baju, abis itu makan siang." Titah Mela sembari menyugar rambut putranya.

"Oke."

"Saya nggak disuruh ganti baju juga?" Tanya Krisna iseng. Mela tersenyum simpul.

"Emang bawa baju gantinya?" Mela balik bertanya. Krisna terkekeh. "Mau ikut makan siang di sini, Pak?"

"Kalau diajak, nggak nolak."

"Ayo, Pak." Mela mempersilakan Krisna masuk dan duduk lebih dulu. Sedang dirinya berjalan kembali ke dapur untuk membawa piring tambahan.

Pak Andi
Nanti sore saya ke Sukabumi. Bisa ketemu?

Krisna baru saja duduk saat ponsel Mela yang tergeletak di atas meja sofa bergetar. Dan dengan jelas notif pesan yang baru masuk itu bisa terbaca oleh Krisna.

***

Part ini selengkapnya ada di KaryaKarsa

Happy Reading ❤️

Suami PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang