Setelah bersusah-payah bekerja pada seorang pria tua menyebalkan itu, kini Rinjani bersama Arundaya tengah beristirahat di sebuah rumah sederhana seraya menyantap beberapa jenis makanan yang telah disajikan di sana.
Pandangan Rinjani berputar, memperhatikan setiap sudut dalam rumah. Ukiran-ukiran unik pada dinding kayu dalam ruangan itu berhasil menarik perhatiannya sejak tadi.
“Apa makanannya masih belum cukup? Jika itu tidak cukup untuk mengganjal perut kalian, Ibu bisa ambilkan yang lainnya.”
Rinjani terkesiap, sontak menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat tatkala pandangannya tertuju pada seorang wanita paruh baya dengan sebuah kebaya dan kain jarik yang dipakainya, kini tengah berdiri di hadapan mereka.
“Tidak perlu, Bu. Ini semua bahkan sudah lebih dari cukup. Terima kasih atas tawarannya.” Ujar Rinjani dengan sopan.
Namanya Lastri. Ia merupakan pemilik rumah yang kini tengah mereka singgahi untuk sementara. Ia juga merupakan seorang pembantu bayaran yang diberi upah untuk bekerja di rumah Jenderal Victor beberapa waktu belakangan ini.
“Ke mana tujuan kalian setelah ini?”
“Kami berdua berencana untuk mencari rumah seorang Residen Belanda yang akan menjual Adikku ke salah seorang Londho di kota ini,” jawab Arundaya dengan cepat.
“Residen Belanda?” Lastri mengernyitkan keningnya. “Apa yang kalian maksud adalah Tuan Gibtson?”
“Apa ibu mengenalnya?”
“Tentu saja. Satu-satunya Residen di kawasan ini hanya pria Belanda itu. Ibu tahu betul siapa Tuan Gibtson.” Jawab Lastri seadanya. “Sejak ia menjabat menjadi Residen Belanda di Buitenzorg , Ibu tidak pernah mendengar rumor buruk apa pun tentangnya. Terutama tentang skandal jual beli pada Londho di kota ini.”
“Apa kalian yakin tidak salah orang? Jangan gegabah. Risikonya sangat membahayakan jika seandainya kalian salah sasaran.”
Keduanya saling pandang. Terlalu ragu untuk menjawab setelah mendengar penjelasan tadi.
“Kurasa tidak, Bu.” Rinjani menjawab. “Aku pastikan jika orang-orang yang membawa Ananta adalah para tentara pasukan Hindia Belanda yang bekerja di bawah naungan para petinggi Belanda itu.”
Lastri hanya menganggukkan kepalanya. Lagi pula mana mungkin para gadis muda itu salah perkiraan.
“Kapan kalian akan pergi ke sana? Ibu bisa siapkan beberapa perbekalan untuk kalian selama di perjalanan.”
“Sepertinya besok. Setelah terbit fajar, Bu. Semakin cepat kita mencari, maka semakin besar kemungkinan untuk bisa sesegera mungkin menemukan para pelaku penangkapan itu,” jawab Rinjani.
Setelah perbincangan itu, Lastri menyuruh keduanya untuk masuk. Mereka tak menolak, dan memilih menerima tawaran Lastri untuk bermalam di rumahnya.
・༓☾ ❊ ☽༓・
“Ke mana lagi kita harus mencari Rinjani, sekarang?”
Anggaralang kelimpungan. Sudah berjam-jam lamanya ia mencari, namun tak kunjung menemukan keberadaan Rinjani.
Dengan beberapa informasi dari orang-orang yang terakhir kali bersama Rinjani, Anggaralang tahu bahwa perempuan itu pergi setelah mendengar kabar ditangkapnya Ananta oleh para tentara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung dan Kisahnya ; ( Terbit )
Historical FictionBandung dan Kisahnya, perihal kisah asmara Jeandra Van Aldert ; seorang Kolonel Jenderal berkebangsaan Belanda yang mencintai seorang perempuan pribumi di tanah jajahannya. Terbelenggu dalam aksi pengkhianatan serta perebutan kekuasaan Hindia Beland...