Chapter 12 : Janji Jaga Kak Langga

757 124 8
                                    

"Kita pulang sekarang."

Nadira mengangkat alis sesaat setelah Axel mengatakan hal tersebut. Dari ekspresi wajahnya, wanita itu nampak tidak setuju akan keputusan Axel.

"Kita baru di sini loh. Lagian Ray pasti menyelesaikan semuanya kok. Jangan diambil pusing," kata Nadira mencoba membujuk sang suami.

"Kita lagi bulan madu loh, sayang. Anak-anak kita juga sudah besar," tambahnya.

Axel memijat pelipis-nya yang terasa berdenyut-denyut. "Tapi anakku masuk rumah sakit, Nadira! Ini bukan diukur dari seberapa kecil atau besarnya anak kita sekarang. Anakku sedang ada masalah, kita harus pulang sekarang," katanya.

Laki-laki itu mendekat ke arah Nadira. Menggenggam tangan itu dan mengeratkan jari-jemarinya. "Aku janji, setelah masalah ini selesai. Kita bisa berbulan madu lagi. Terserah kamu mau kemana. Aku akan ikut kemauan kamu," bujuk Axel.

Lalu, dia menarik Nadira ke dalam pelukannya, yang dengan sigap dibalas dengan pelukan tak kalah erat dari wanita itu.

"Sekalipun itu ke luar negeri?" tanya Nadira.

"Iya, sayang. Apapun untuk kamu. Sekarang kita berkemas, oke? Pulang demi anak-anak," kata Axel.

Cup

Bibir Axel mendarat dengan sempurna di atas kening Nadira.

"Aku hanya khawatir dengan Erlangga."

🌜🌝🌛

"Kak Langga, apakah sudah mulai terasa sakit lagi?" tanya Dara.

Sejak luka Erlangga dijahit beberapa saat yang lalu dan diberi obat bius, Erlangga lumayan anteng. Mungkin karena bocah laki-laki itu tidak dapat merasakan sakit yang menderanya. Walaupun itu hanya beberapa saat.

Dan sesuai perkataan Dokter tadi yang benar-benar membekas di dalam ingatan Dara adalah obat bius Erlangga sebentar lagi akan habis. Jika Erlangga mulai merasa kesakitan lagi, Dara bisa menekan tombol yang berada di dekat ranjang pasien—yang berfungsi untuk memanggil Dokter.

"Nggak," kata Erlangga dengan lemas. Bocah laki-laki itu sedari tadi hanya berbaring sambil memejamkan mata.

Dara menggigit bibir bawahnya, memaklumi apa yang dilakukan Erlangga. Dia menarik kursi yang berada tepat di samping ranjang pasien. Kemudian dengan hati-hati dia menaiki-nya dan duduk di atasnya.

"Kak Langga maafin aku, ya. Andai saja tadi aku bisa cepat nolongin kakak pasti hal buruk kayak gini nggak bakalan nimpa Kak Langga," gumam Dara.

"Lagian kenapa sih, teman-teman Kak Langga jahat-jahat? Apa yang sebenarnya terjadi sama Kak Langga sampai Kakak mendapatkan bullying seperti ini?" lanjutnya.

Tangan kecil Dara terangkat, mengelus rambut kehitaman sang Kakak dengan hati-hati. Takut jika tanpa sadar dia malah menyenggol bekas jahitan Erlangga yang masih basah.

"Kak Langga cepat sembuh. Nanti kalau sudah berangkat sekolah lagi, aku janji akan jagain Kak Langga dengan baik. Bahkan aku nggak akan membiarkan teman-teman Kak Langga jahatin Kakak lagi. Mereka udah kelewatan. Walaupun mereka masih kecil, nggak seharusnya mereka berbuat seperti ini," kata Dara.

"Mereka harus diajarkan kalau apa yang mereka lakukan itu salah. Mungkin selama ini, kenapa mereka selalu berani mem-bully Kakak karena mereka merasa apa yang mereka lakukan selama ini benar. Tidak ada yang menegur dan mengarahkan kalau perbuatan yang mereka lakukan itu salan. Bahkan guru sekalipun. Ck, aku baru sadar sekolah macam apa itu, bahkan anak muridnya dapat perundungan aja nggak tau. Padahal udah bayar uang bulanan yang mahal," gerutu Dara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloom Bloom HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang