#4. Dan Kamipun Tersesat

16 0 0
                                    

Setelah menerima pengumuman tentang kegiatan berikutnya, kami memulai perjalanan menuju tiap pos. Tiap kelompok hanya dibekali dengan sebuah kompas,dan peta desa yang menjadi area tempat kegiatan kali ini berlangsung.

"Hei !! Kau kenapa seperti mau meledak? Sedang kesal??", Shafa menepuk bahuku dari belakang.

"Ahh.. tidak-tidak hanya hal sepele tidak usah dipermasalahkan", jawabku.

"Tapi mukanya jangan begitu dong. Semangat lah!!", Shafa mencoba merubah mood ku.

"Iya, iya.. Nih!!", sambil menunjukkan senyumku yang lebar.

"Hahah.. ga gitu juga kali", Shafa terbahak-bahak melihatku.

Sementara itu dihadapan kami Farel dan Daffa berjalan bersamaan.
"Mereka akrab banget ya?", Daffa memperhatikan.

"Hmm.. yahh", Farel menjawab datar.

"Tapi kenapa Fely diem aja?? Apa mereka lagi berantem?", Daffa

"Hmm.. mungkin saja", Farel datar seperti sebelumnya.

"Kau ini kenapa sih? Jangan jawab pendek dong, masa cuma yaa, mungkin saja, apa kau kekurangan kosa kata dalam kamus bahasamu itu?", Daffa kesal.

"Lalu memangnya aku harus menjawab apa?", Farel yang masih sama seperti sebelumnya.

"Bantu aku caranya membuat Fely akrab sama Shafa dan Sherli", Daffa.

"Memangnya kenapa? Kurasa mereka baik-baik saja", Farel.

"Hmm.. sebenernya dulu waktu masih di tahun pertama aku juga sekelas dengan Fely. Sejak pertama bertemu dengannya aku merasa gelisah entah mengapa. Kurasa itu wajar karena dia sangat cantik, dan terlihat sangat baik pada siapapun. Tapi ternyata dia tidak terlalu seperti itu", Daffa mulai bercerita.

"Lalu dia apa? Suka membully orang?", Farel.

"Bukan", Daffa.

"Seorang berandal", Farel.

"Sama sekali bukan", Daffa.

"Hmm.. seorang koruptor??", Farel.

"Ahhh !!! Kau ini aneh-aneh saja , mana mungkinkan dia seperti itu", Daffa membantah.

"Lalu memangnya apa?", Farel.

"Dia seperti tidak peduli dengan sekelilingnya, biasanya ketika kita baru masuk sekolah yang baru dengan lingkungan berbeda kita akan mulai mencari teman untuk tempat curhat atau semacamnya. Tapi dia berbeda, ketika aku bertanya apa dia mau berteman denganku, dia hanya menjawab 'baiklah teman atau apapun itu bagimu terserah'. Dan pada saat kenaikan kelas aku berteriak keras padanya bahwa aku akan mengubah semua anggapannya mengenai teman yang dia maksud dan aku akan mengubahnya. Tapi nyatanya aku belum melakukan apapun", Daffa bercerita tentang dia dan Fely.

"Oke, kalau begitu semangat ya", Farel masih menjawab datar.

"Kau ini !!! Jawab yang serius dong !" , Daffa

"Ya, ya.. mungkin akan kulakukan", Farel.

"Hei, sebenarnya apasih yang mereka bicarakan?", Shafa penasaran.

"Tidak tau", jawabku heran "Hhm.. bagaimana menurutmu Fel ?", kulanjutkan pertanyaan ke Fely.

"Hh? Entahlah aku tidak begitu peduli", jawab Fely yang sedang membaca buku.

Tanpa sadar kami telah sampai di pos pertama.
"Hei itu posnya !!", seruku.
Kami berlima segera menuju ke sana.

"Yap. Akhirnya ada yang datang juga", penjaga di pos.

My First StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang