#6. Aku juga menyukainya

18 0 0
                                    

Keesokan harinya, aku kembali ke sekolah seperti biasa. Yah, memang ini sangat melelahkan karena sekolah tidak memberikan libur meskipun kemarinnya semua siswa pergi mengikuti acara perkemahan. Lagipula sejak kemarin aku terus memikirkannya, bahwa ternyata Shafa menyukai Farel. Tetapi, kenapa aku begitu resah dengan hal ini ? Akupun tidak begitu mengerti dengan diriku yang sekarang. Selalu saja, jika itu berhubungan dengannya rasanya aku memiliki sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

"Pagi, Sherli ?!!", Shafa menepuk bahuku tiba-tiba.

"Shafa?!! Bikin kaget aja ?!", aku terkejut dibuatnya.

"Lagian ngelamun aja, mikirin apa sih emangnya?", Shafa yang seperti penasaran mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Ahh,, tidak apa.. aku cuma masihbisa ngantuk aja", aku beralasan.

"Eh itu Fely !!", Shafa menunjuk orang yang baru saja masuk kelas lalu menghampirinya,"pagi Fel !?".

"Oh, ya.. pagi juga", Fely menyapanya juga.

Aku tidak tahu kalau mereka sedekat ini. Sebelumnya Fely tidak pernah membalas sapaan orang lain kepadanya dan malah langsung duduk sambil memakai earphone. Yahh,, ini sih yang ku tahu dari pengalaman Daffa.

Kemudian dia datang, dengan wajah lesunya yang seperti biasa. Mengabaikan segalanya kemudian langsung duduk dan tertidur begitu saja. Namun,..

"Hai, pagi Farel !?", Shafa mendadak menghampirinya dan menyapanya.

"Eh? Ah ya, pagi", Farel mengangkat kepalanya.

"Apa kau membawanya? Jangan bilang kalau kau lupa", Shafa.

"Mana mungkin bisa lupa, kalau kau tidak berisik men-spam chat padaku", Farel yang sepertinya sedang mencari sesuatu di tasnya.

"Ini", Dia menyerahkan sesuatu yang terlihat seperti disk CD.

"Wah, terima kasih ? Lain kali kau akan ku traktir", Shafa.

"Ya,ya.. terserah kau saja", Farel tanpa sengaja melihatku yang sedang menatapnya,"apa?".
Dia bertanya tiba-tiba, dan spontan aku kaget lalu mengalih kan pandanganku.

"Ah, tidak ada apa-apa", aku mencari-cari alasan.

"Memangnya apa yang kau lihat?", Farel mengecek wajah, rambut, serta pakaiannya.

"Sudah kubilang tidak ada apa-apa bukan?", aku memperjelasnya.

"Tapi tatapanmu itu seperti sedang melihat hal yang aneh", Farel curiga.

Yah, entahlah. Lagipula sepertinya yang aneh itu aku menatapnya dari tadi.

Riiinnggg....Riiinnngg
Bel masuk pun berbunyi, kemudian guru masuk kelas dan kami segera merapihkan diri.

Saat istirahat, aku bertanya pada Shafa tentang disc yang diberikan oleh Farel itu. Shafa hanya bilang kalau dia meminjam DVD Film The Seven Witch. Rupanya, saat sedang membicarakan tentang film itu Farel berkata kalau dia memiliki DVD nya, jadi Shafa meminjamnya. Kemudian saat Shafa sedang bercerita panjang lebar, pengurus OSIS memanggilku dan memintaku untuk membuat sebuah laporan mengenai acara perkemahan kemarin. Aku diminta untuk menuliskan kesan terhadap acara tersebut, dan juga pesan yang ditujukan agar acara tahun depan lebih baik lagi. Mereka meminta agar itu diserahkan paling lambat pulang sekolah nanti.
Sampai akhirnya bel pulang sekolah berbunyi.

"Lagi...", Farel menggerutu.

"Hei cepat kerjakan!?", pintaku.

"Lagi-lagi kau menjebakku disaat aku sedang tidur kan?!!", Farel yang sepertinya tidak mau melakukan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My First StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang