PRETTY GIRL [ tokyorevengers x readers] End.

°|•

°°°

'aku tidak bisa...'
'aku tidak bisa tanpamu.....'

°°°

°°°

Beberapa tahun sudah terlewati.

Langit cerah kini tengah menjadi jalur tenangnya sebuah penerbangan. Manik mata seorang gadis memperhatikan langit yang ada diluar jendela, senyuman kecil terbit.

Setidaknya dia kembali lagi.

Penerbangan yang berlangsung selama beberapa jam itu akhirnya mendarat dengan selamat, seluruh penumpang keluar menuju tujuannya masing-masing.

Koper hitam kini tengah diseret oleh nya, memasuki taksi yang dia pesan.

"Kemana tujuan anda nyonya?.." tanya sang supir.

"Tolong antarkan aku ke shibuya.." ujarnya tersenyum tipis.

Sementara itu.

Beberapa tahun sudah terlewati , namun bukanlah tahun-tahun yang menyenangkan.

Masalah demi masalah berdatangan.

Semuanya menjadi kacau sejak dia pergi meninggalkan mereka. Tak ada komunikasi sama sekali, dan hal itu semakin membuat segalanya kacau. Juga kepergian seseorang yang kembali mati dihadapannya.

°°°

Cklek!

Matanya menatap sendu rumah yang baru saja dia buka kunci pintunya, Rumah baru yang dia beli di sekitar shibuya.

Dia pun berjalan memasuki rumah tersebut, terlihat sederhana namun luas.

Tiba-tiba panggilan masuk ke dalam handphonenya. Sontak dia langsung menjawab panggilan tersebut.

"Kau sudah sampai y/n...?"

Gadis itu tersenyum mengiyakan.

"Baiklah.. hati-hati jaga dirimu nak! Kau sekarang tinggal sendiri..."

"Bibi tidak perlu khawatir.... Aku akan baik-baik saja!"

Panggilan pun tertutup.

Ya, gadis itu adalah y/n yang beberapa tahun pergi keluar negeri.

Gadis itu sekarang adalah anak kelas menengah SMA. Saat di Landon, sang ayah meninggal dunia karena penyakitnya. Y/n pun kembali ke Jepang karena dia sangat ingin kembali ke tempat asalnya, di saat terakhir nya sang ayah setuju dengan menitipkan anak gadisnya pada bibi yang sudah lama bersamanya.

Namun y/n memilih untuk tinggal sendirian, perusahaan sang ayah yang besar dan luas kini dilanjutkan oleh paman y/n. Untuk masalah keuangan, gadis itu tak perlu mengkhawatirkan apa pun, meski kedua orangtuanya sudah tak ada.