Prolog

56 10 0
                                    

Happy reading

[Nama] pov

"Nii-san jangan pergi! "

Itulah suara adikku Kizugaki Shota.

" Nii-san, kau dengar kan? Jawab aku! " Aku berusaha menenangkan Shota, aku tau dia sedang dalam tekanan mental saat ini.

Kepergian Nii-san memang membuat kami semua sedih, sampai hari itu...

*~*

" Ini semua salahmu! Kaulah yang bertanggung jawab atas kematian Ikki! "

wanita ini adalah ibuku, dia yang dulu selalu tersenyum dan selalu mendukungku, hanya karena kematian Nii-san, dia berubah.

Aku tau, aku tau benar bahwa Nii-san sendiri mengakhiri hidupnya dengan sengaja tenggelam.

Saat itu Shota sedang bermain tak jauh dari tempat kami berada, dia bersana dengan seorang anak laki-laki bernama Ken.

Aku tak tau, tapi aku yakin anak bernama Ken itu jauh lebih tua ketimbang Shota.

Saat sedang duduk di dekat jembatan, tiba-tiba Nii-san berkata.

"Ne... Kalau misalkan aku pergi, kau akan bagaimana? " tanyanya tiba-tiba sambil menatapku.

"Baka! Kenapa Nii-san berkata seperti itu! Tentu aku akan sangat sedih! " bentakku.

"kalau begitu, jangan bersedih ya? Aku pasti tetap bersamamu "

Setelah mengatakan itu, Nii-san memelukku dengan erat.

Aku dapat merasakan detak jantungnya seperti akan segera terhenti lalu dia membisik "Jaga dirimu dan Shota ya... "

"demo nan- NII-SAN!! " aku terkejut saat melihat Nii-san lompat dari jembatan.

Nii-san tersenyum padaku lalu bibirnya bergerak, aku memerhatikan gerak bibirnya.

Nii-san menyampaikan bahwa " Note book, Sayonara... "

Aku menangis sejadi-jadinya, Shota pun begitu begitu aku berteriak.

Kejadian itu disaksikan oleh beberapa orang, tapi yang mengetahui banyak.

*~*

"Ne... Nee-chan, Nee-chan tak masalah dipaksa menjadi seorang laki-laki? "

Pertanyaan Shota membuyarkan lamunanku.

"Iie, asalkan mereka bahagia... " ucapku dengan senyuman yang sama, senyum palsu.

"Demo Nee-chan! Nee-chan juga punya hak untuk menjadi diri sendiri dan memilih jalan hidup sendiri kan?! "

Kata-kata Shota memang bukan kata-kata yang bisa dikatakan oleh anak seumurannya.

Aku hanya tersenyum lalu memeluknya dan berkata :
"Kau sama saja seperti Nii-san, sama-sama membuatku bahagia! " seruku.

Aku melihatnya tersenyum pahit, dengan berusaha menahan air mata.

Aku tau, dia hanya butuh kebahagiaan saja dan juga dia sedang merindukan Nii-san.

Wajahku yang sangat mirip dengan Nii-san membuatku selalu di paksa menjadi laki-laki.

Aku tau mereka hanya ingin bersamanya lagi, tapi kenapa? Kenapa harus aku?!

Aku terlanjur membenci mereka saat menyalahkan Obaa-chan dan Ojii-chan yang membesarkan kami.

Padahal merekalah yang salah, kenapa malah menyalahkan orang lain?

Aku melepaskan pelukanku dikala aku merasakan Shota tertidur.

Sifatnya benar-benar sama dengan Nii-san.

Mudah tertidur kala sedang dilanda kesedihan.

Aku dengan perlahan memindahkannya, ia tak berat, bagiku ia sangat ringan.

Padahal umurnya sudah 14 tahun, tapi mengapa beratnya masih saja 25?

Padahal aku sering sekali melihatnya makan mochi, dango, takoyaki dan makanan berlemak lainnya, tapi kenapa? Kok dia masih kurus?!

Aku pun perlahan berbaring di ranjang samping Shota (gini, di kamar ini itu twin bed, jadi beda kasur).

Ia terlihat sangat kelelahan usai merenungkan Kakak laki-lakinya.

Andai saja Nii-san ada di sini, pasti senyuman itu akan kembali...

Secara tidak sengaja aku tertidur di kamar itu...





Tbc

500 kata

Gomene... Yang Akabane belum Selesai, malah bikin yang baru...

See you!

My "Abnormal" SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang