4 : Jin tomang

7 1 0
                                    

Happy Reading!!

[Nama] di rawat oleh Amu di rumah [Nama], terkadang Kakak Amu juga ikut membantu.

Saat ini adalah hari minggu, jadi Amu lebih mudah merawat [Nama]. Shota tidak ikut membantu merawat Kakaknya, pemuda itu mendapat bagian untuk melakukan pekerjaan harian dirumah.

Saat sedang asyik-asyik menjemur, tatapan Shota teralihkan pada sesosok Pemuda yang memasuki rumahnya dan di sambut oleh Amu.

Raut wajahnya berubah dalam sekejap saat tahu siapa yang berkunjung.

Benar sekali, Shoto, si Pria nolep tapi gak nolep-nolep amat.

Selesai dengan menjemur pakaian, Shota langsung masuk kembali ke dalam rumah lewat pintu belakang yang terhubung ke ruang makan.

Dari ruang makan, Shota dapat mendengar suara yang ada lantai atas walau agak samar.

'Meh, kenapa si Syaiton dateng sih? ' gerutu Shota dalam batin.

Setelah meletakkan keranjang cucian pada tempatnya semula, Shota berinisiatif untuk membeli makanan ke minimarket.

Ia mengambil jaket kesayangannya serta Skateboard, dan pergi keluar rumah menuju minimarket.

Jaraknya tak jauh, hanya sekitar 500-700 meter dari rumahnya. Ia bersenadung di tengah perjalanan, menikmati udara sore hari di temani oleh kicauan burung-burung yang lewat.

Sampai di depan minimarket, Shota langsung memilih makanan favorit nya. Apalagi kalau bukan Per-mochi-an, seperti Es krim mochi dan Dango, ia juga membeli 6 Bakpau.

1 untuk kakaknya, 1 untuk Amu, dan 4 untuk dirinya sendiri. Sho? tidak pernah terbesit di pikiranya untuk membelikan orang nolep seperti Shoto.

"Hhhh, Minggu kek gini rasanya enak. Gak enaknya ada si Syaiton di rumah. " Lirih Shota sembari memakan es krim mochi yang baru saja ia beli.

"HEH MONYET! GUA MASIH WARAS KELES, LO AJA YANG SHINTING!!"

Shota terkejut saat mendengarnya, untuk saja ia tidak memuntahkan Mochi yang ia makan.

Tatapan kesal, bikin jantungan saja orang itu. Ia melihat ke pintu kaca minimarket yang memperlihatkan seorang Pemuda sedang adu mulut dengan seorang wanita.

Mbak-mbak dan Mas-mas karyawan juga kasir berusaha menengahi dan memisahkan mereka, namun malah makin menjadi-jadi.

Untunglah ada seorang pemuda lain yang menengahi, lalu setelah itu keluar dari minimarket dengan menyeret wanita tadi.

Shota yang baru saja akan pulang tak sengaja berpapasan dengan dua insan beda gender tersebut.

"Astra, lo kenapa sih? Udah jelas kalo dia yang salah! "

"Dengerin dulu, gue gak bermaksud nyakitin hati lo. Tapi— "

"Tapi apa?! Gue cape liat orang lain selalu dibela sama lo. Gak cowok, gak cewek, semuanya lo belain kecuali gue.

Apa kurangnya gue dimata lo?! Gue udah relain kematian adek lo dan milih jalanin hubungan bareng lo, tapi apa? Gue cuman dapet hikmahnya doang. kenapa tra? KENAPA?!! "

Shota jadi saksi bisu di sana, niat hati ingin pergi, tapi skateboard nya ada di samping dua orang itu. Kalo di samperin malu, kalo gak di samperin malu juga. Bimbang kan!

"Sher, dengerin dulu penjelasan gue... "

"Halah bacot! Mulai hari ini kita PUTUS!! gue gak ada hubungan apapun lagi sama elo! "

Gadis itu langsung pergi tanpa mempedulikan isi hati dari Astra, bahkan tak membiarkan pemuda itu menjelaskan.

Setelah itu, akhirnya Shota pun memutuskan untuk mengambil skateboard miliknya.

Saat hendak pulang ia melihat Astra yang duduk termenung di sana. Wajahnya muram serta netranya sendu.

'Kasihan sih, tapi lebih kasihan kakak gue di rumah. ' Kurang ajar, tapi ada benarnya juga.

Segera Shota pergi dari sana sebelum di geprek sama wewe gombel.


Rumah [Nama] & Shota

"Habis dari mana? " Tanya Amu yang kebetulan melihat Shota membuka pintu  masuk.

"Beli-beli kak. " Jawab Shota seadanya.

Amu mangut mangut saja, Gadis itu mengambil air minum pada dispenser menggunakan Gelas, lalu meminum air tersebut.

"Ni kak. " Shota menyerahkan paper bag berisi tiga Bakpao dengan isian ayam.

"Buat Kak Amu sama Kak [Nama], kalo mau bagi ama jin juga gak papa. " Tambah Shota, anak itu berjalan menuju ke ruang keluarga. Kemudian menyalakan televisi, dan menontonnya sembari memakan bakpao miliknya.


Amu tersenyum canggung mendengar kata Jin dari mulut Shota, anak satu itu benar-benar tidak suka atas kehadiran Sho.

Amu lantas pergi ke ruangan yang [Nama] tempati, Kamar tidurnya.





"Halah, mana ada kulkas bisa ngomong. Iklannya gak pake logika, minimal di kasih kelebihannya gitu kek. " Protes Shota, melihat Iklan Lemari pendingin yang di tampilkan dapat berbicara dan ada mata dan mulutnya pula.

Anak ini sepertinya benar-benar serius soal iklan itu, sedangkan jika ada pohon berbicara dia percaya dan biasa saja.






"Gue bakal pulang, Barusan di telfon sama  Mama. "



'Pulang? No, jan sampe si Jin berdua ama abang! '







TBC

714 kata

Nah, setelah sekian lama bertapa dalam goa. Muncullah secuil ide untuk cerita berdebu ini 😃

Gimana kabarnya?, Baik 'kan?

Jangan pernah nungguin Update dari cerita yang gak punya jadwal, Entar kalian merasa di PHP'in sama Author.

See you next Chapter!

My "Abnormal" SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang