Rasa suntuk yang Yeisha rasakan membawanya semangat untuk pergi jalan-jalan ke luar rumah. Belum terlalu malam, jadi Yeisha tanpa perlu takut untuk meminta izin ke orangtuanya.
"Ma, Yeisha mau ke luar bentar, boleh?" tanya Yeisha meminta izin.
"Tanya Papa, kalau Papa bilang boleh, Mama bolehin," jawang Sang Mama.
Yeisha mengangguk dan menghampiri Papanya yang sedang menguras akuarium.
"Papa, Yeisha ke luar bentar, boleh gak?"
Papa menoleh dan mengangguk. "Boleh, sekalian Papa minta tolong beliin makanan ikan, ya? Belinya jangan salah kamu, nanti Papa chat kamu biar gak salah beli kaya kemarin, uangnya nanti Papa ganti."
Yeisha mengangguk malas dan salim kepada Sang Papa, tak lupa dengan Mamanya yang sedang menjahit.
Jalanan masih ramai, tanpa tujuan Yeisha mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Yeisha terus bergumam menyanyikan lagu-lagu yang terlintas di kepalanya. Hingga tak sadar, Yeisha berkendara jauh dari rumahnya.
"Bego, ini di mana, anjir? Kok, gue ngerasa asing sama daerah ini." Yeisha terus merutuki dirinya di dalam hati.
Dengan sedikit panik, Yeisha memberhentikan motornya di depan warung kopi. Dia menyalakan handphone-nya dan membuka aplikasi google maps, matanya membelalak melihat jarak rumah dengan tempat dirinya berada sekarang, 16 kilometer.
Berusaha tenang, Yeisha memasuki warung kopi tersebut dan membeli minuman.
"Ini kalau Papa sama Mama tau bisa bisa gue kagak dibolehin naik motor lagi," keluh Yeisha.
Yeisha menatap sekitarnya, dan matanya tak sengaja menangkap seseorang yang tak asing bagi dirinya. Ada Danis, anak baru di kelasnya. Kening Yeisha berkerut, seingat dia, rumah Danis tak jauh dari sekolah dan tempat ini sangat jauh dari tempat sekolahnya berada.
"Loh, Danis kenapa lo bisa ada di sini?" tanya Yeisha pada Danis yang berdiri tak jauh dari dirinya.
Danis sontak mendongak, terlihat gelagapan saat disapa. "Eh, ada Yesha. Gue gue lagi ini apa cari angin aja, lo sendiri kenapa bisa ada di sini?"
Alis Yeisha berkerut. "Cari angin sampai sejauh ini? Seinget gue rumah lo jauh dari sini, deh. Lo juga baru pindahan kesini, gak takut nyasar?"
"Kan ada google maps, lo juga bukannya rumah lo jauh dari sini?" tanya Danis.
"Gue tadi lagi gabut aja, naik motor tanpa arah, gak sadar kalau udah sejauh ini. Untung gue bisa baca maps, jadi gak begitu panik," balas Yeisha.
"Gue mau beli minum dulu, ya, Sha. Mau nitip?" tawar Danis.
Yeisha menggeleng. "Gak liat apa di tangan gue ada minuman?"
Danis terkekeh dan berjalan masuk ke warung kopi. Saat Danis sudah berdiri persis di samping Yeisha, Danis membisikan sesuatu yang membuat Yeisha terkejut dan terpaku dalam diamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Vivid Dream Figment
Teen FictionA vivid dream figment ; dreams weren't what I had previously believed them to be. © kleinerster