Selamat membaca tulisan yang jauh dari kata sempurna ini.WARNING! BANYAK TYPO!
Agas terbangun dari tidurnya. Sang mentari sudah naik sejak beberapa jam yang lalu namun remaja itu baru saja bangun. Dasar pemalas.
Ya seperti itulah kira-kira keseharian Agas setelah lulus SMA. Menganggur dan kerjaannya hanya makan, tidur, boker. Bener-bener definisi beban orang tua.
Setelah meregangkan otot-ototnya, Agas turun dari kasurnya dan tempat yang pertama kali ditujunya bukan kamar mandi, melainkan dapur.
"Mak, makan mak!" seru Agas cempreng sambil garuk selangkangan. Jorok bener dah si Agas!
Sang Emak yang sepertinya baru selesai kasih makan ayam itu hanya bis menggelengkan kepalanya melihat anaknya duduk jongkok di depan meja kompor. Iya, sengaja emak ngga masak. Males katanya..
"Mbok yo mandi dulu kamu Gas. Mukamu itu lebih parah dari Alexander.."
FYI, Alexander itu kebonya pak Lurah.
"Yaolo mak, tega bener sama anak sendiri. Masa disamain sama kebo sih!"
"Emak gak masak, masaknya nanti siangan. Kamu beli sarapan dulu gih di warteg depan!" Emak ngasih duit 7.000 pas, Agas cuma melongo ngeliat uang pas yang hanya bisa beli nasi dengan 2 macam sayur.
"Mana kenyang segini mak huhu.."
"Makanya cari kerja sana, kamu kira cari duit enak!"
Agas cuma merengut gak bisa bantah. Dia pun mengambil uang itu dan langsung pergi ke warteg depan.
Agas pergi belum mandi ya. Emang gitu anaknya gak punya rasa malu. Dia pikir dia ganteng meskipun gak mandi.
Menutup pintu dengan sedikit membanting, Agas keluar pake sendal jepit kebesaran milik ayahnya. Tapi belum sampai di warteg, dia berhenti di depan rumah besar yang hanya berjarak 3 rumah dari rumahnya. Melihat betapa megahnya bangunan itu membuat Agas berdecak sebal. Betapa tidak adilnya hidup di dunia. Ngapai buat rumah bagus di tengah pemukiman warga yang biasa biasa aja, buat iri dengki aja!
Begitulah sekilas isi hati Agas yang tidak murni. Dia pun berjalan lagi, namun langkahnya berhenti begitu melihat ada anak kecil bermain sendiri di kobangan lumpur."Yaolo bocah! Anak siape lu, mana bapak lu? Hayoo dimarahin bapak lu nanti!" Seru Agas mendekati bocah itu. Ajaibnya bocah itu tidak menangis melihat penampakan belum mandi Agas.
"Kaka!" serunya malah ketawa.
Agas belum pernah melihat anak kecil secakep ini di sekitaran rumahnya. Jangan-jangan anak hilang lagi.
"Rumah kamu mana? Sini sama kakak jangan main sendirian nanti ada barongan!"
Agas anak tunggal yang kesepian jadi dia suka sama anak kecil, apa lagi anaknya cakep macam gini. Bibit unggul ini mah.
Bukannya jawab, malah si bocah minta gendong. Untung Agas belom mandi jadi ga peduli kalo bajunya ikut kena lumpur.
Jadi digendonglah bocah ganteng itu, lalu melihat sekitar. Kali aja ada ibunya atau bapaknya nyariin. Tapi nihil, jalanan begitu lenggang.
Agas tidak ambil pusing, dibawanyalah itu anak orang ke tujuan awalnya yaitu warteg.
Sesampainya di warteg, Agas cuma beli sayurnya aja, uangnya ga cukup karena dia beli bakwan buat si bocah. Setelah membayar merekapun pulang sambil makan bakwan di sepanjang jalan. Tangannya si bocah udah bersih dari lumpur jadi Agas ngebiarin si bocah megang bakwannya sendiri.
"Enak ga?" tanya Agas sambil ngunyah bakwan.
"Enak kak, ini namanya apa?"
" Ini bakwan yes, so yummy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Pesona Daddy Muda
RomanceKisah Agas bertemu Ares, seorang duda yang sudah memiliki putra berumur 4 tahun. Agas yang belum pernah berpacaran, merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama untuk pertama kalinya. Apakah cinta pertama Agas akan gagal sama seperti pepatah cinta p...