TIGA

22 3 1
                                    

~Happy Reading~

Vote&komen><


Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah satu bulan lama-nya Cahaya meninggalkan kampung halaman, hidup di kampung orang serta menjalani rutinitas menjadi mahasiswa. Hubungan pertemanan-nya dengan Alfred dan juga Sandra, banyak yang mencibir pertemanan mereka namun baik Sandra maupun Cahaya hanya menganggap angin lalu, toh Cahaya dan Sandra tidak memaksa untuk berteman dengan mereka.

Seperti hari-hari sebelum-nya Cahaya datang kemapus dengan berjalan kaki, setiba-nya di depan kampus Sandra dan Alfred sudah menunggu-nya di bangku kampus. Cahaya berjalan menemui mereka.

"Aya lo pulang bareng kita ya? nginap di rumah Alfred dia ultah hari ini. Tenang aja Aunty gue udah izinin kok". Ajak Sandra dengan wajah yang bahagia.

"Emm... Maaf saya tidak bisa." Tolak Cahaya tak enak hati. Sandra yang mendengar jawaban Cahaya wajah yang semulanya bahagia berubah sendu.

"Aya, kalau lo gak bisa nginap gapapa deh jalan-jalan aja nyokab Al pengen ketemu sama lo."

"Mau ketemu dengan saya?" Tanya Cahaya.

"Iyah, lo ikut ya janji deh gak bakal lama."

"Ya udah, jam 1 selesai kuliah, saya mau pulang sebelum jam 3."

"Siap bu bos." Sandra mengedipkan sebelah mata-nya ke arah Alfred yang sedari tadi menyimak.

"Makasih Ay, nanti gue jemput kalian ber-dua di sini. Gue duluan udah mau masuk kelas." Alfred menepuk kepala Sandra dua kali dan tersenyum ke arah Cahaya.

Sandra dan Cahaya berjalan menuju kelas karena jam kuliah pertama akan segera di mulai, bahkan mereka hampir telat.

***

Kini waktu sudah menunjukan pukul 01:00, Sandra dan Cahaya menunggu Alfred di tempat yang mereka janji-kan tak lama Alfred muncul dengan dua teman-nya.

"Langsung pulang?" Tanya Alfred.

"ya iyah lah, emang-nya lo mau ngapain lagi?" Cetus Sandra. Alfred hanya mendengus mendengar ucapan Sandra.

Alfred menuju parkiran mengambil mobil-nya di ikuti oleh kedua sahabat-nya, Sandra dan Cahaya menunggu di gerbang kampus. Selama perjalanan hanya ada keheningan Cahaya sibuk dengan buku yang ia baca, Sandra sibuk dengan Ponsel-nya dan Alfred tentu-nya pria itu sibuk mengemudi.

Kurang lebih memakan waktu 45 menit, mobil Alfred terparkir rapi di halaman rumah-nya, Sandra mengajak Cahaya untuk langsung masuk ke dalam rumah.

"AUNTY!! SANDRA BAWAIN MENANTU NIH." Tariak Sandra di depan pintu rumah Alfred, Cahaya dan Alfred yang berjalan di samping Sandra langsung menutup telinga.

"Heh! Ini rumah gue bukan hutan, seenak jidat lo terika-teriak." Alfred menjitak pelas kening Sandra.

"Sandra kenapa kamu teriak-teriak?." Wanita paruh bayah datang dengan tergopah-gopah tak lupa lap dapur masih berada di tangan-nya.

"Eheheehe, Aunty nih Sandra bawain menantu." Sandra menarik Cahaya agar berdiri di depan-nya.

"H-hay tante." Sapa Cahaya dan mengulurkan tangan-nya ke depan. Walaupun bingung Wanita paruh baya tersebut menerina uluran tangan Cahaya, Cahaya langsung mencium tangan Wanita tersebut dengan takzim.

"Nama kamu siapa?."

"Cahaya tante." Jawab Cahaya.

"Oh teman-nya Sandra ya? Eh! Ayok duduk dulu."

"Iyah Tan."

"panggil Bunda Laras aja." Laras mengusap kepala Cahaya yang di baluti hijab. Cahaya yang mengangguk kikuk.

"Gimana ty, cantik kan pilihan Sandra?." ucap Sandra berbisik.

"Cantik, tapi di muslim." Jawab  Laras menatap Cahaya yang duduk di depan-nya dengan. Sandra hanya diam, entahlah ia juga bingung dengan semua ini.

"Nak, Bunda tinggal ke belakang dulu ya mau lanjut masak."

"Oh iyah Bun."

"Aya, gue juga ke atas dulu ya mau ganti baju gerah nih." Cahaya hanya mengangguk saja, ia bingung harus bersikap seperti apa.

Laras dan Sandra meninggalkan Cahaya di ruang tamu sendiri, Alfred? Pemuda itu sudah sedari tadi pergi entah kemana. Saat sedsng asik membaca seseorang memegang lutut Cahaya. Cahaya menunduk melihat siapa yang sudah memegang diri-nya.

"Tu apa?" Tunjuk anak perempuan dengan wajah polos-nya. Cahaya tersenyum dan mengusap kepala anak itu.

"Ini nama-nya buku."

"Na na na." Alis Cahaya berkerut hampir bertemu, ia tidak mengerti apa yang di ucapkan ini.

"Mau buku ini.?" Anak itu tersenyum menampilkan deretan gigi susu-nya.

"Gak boleh baca buku ini sayang." Cahaya menutup buku-nya dan menyimpan-nya ke dalam tas. Mata anak itu berkaca-kaca, Cahaya yang melihat hal itu gelagapan langsung saja mengendong anak itu.

"Shutt anak cantik gak boleh nangis, nama kamu siapa?" Cahaya mengusap anak itu dengan lembut.

"Ala." Jawab-nya dengan memandang Cahaya.

"Ala." Ulang Cahaya.

"No Ala! Api Ala."

"Iyah, nama kamu Ala-kan."

"No! Nama atu Ala." Mata gadis itu kembali berkaca-kaca hanya karna penyebutan nama-nya yang salah.

"Nama-nya Ara." Ucap Alfred yang baru turun dari tangga.

"Oh nama kamu Ara?" Gadis kecil itu hanya mengangguk.

"Ara sini duduk sama kakak."

"No!" Ara memperbaiki posisi duduk-nya mencari tempat nyanan dan bersandar di dada Cahaya sambil memaikan jari-jari Cahaya yang terbungkus kaos tangan. Alfted hanya mengehala nafas pelan, Adik satu-nya ini sangat sok Akrab.

"Ara, mau baca buku bareng kakak.?" Cahaya mengambil buku kecil yang bertuliskan "Kisah 25 Nabi dan Rasul" Cahaya memang selalu membawa buku itu, selain menjadi mahasiswa ia juga menjadi guru ngaji untuk anak-anak TK maupun SD.

"Na na na." Mata Ara berbibar melihat sampul buku itu. Cahaya memandang Alfred seolah meminta persetujuan.

"Gapapa, Kakek gue muslim sering kok dia nyeritain Ara kisah seperti itu."

Setelah mendapatkan persetujuan Cahaya membacakan kisah yang ada di buku itu dengan lembut, Ara mendengar dengan Saksama seolah anak itu mengerti terkadang ia juga ikut betcerita saat melihat gambar yang ada di dalam buku. Tanpa mereka Sadari, sedari tadi seseorang nemandang mereka dengan senyum sendu-nya.

"Ku harap gadis itu selalu berpegang tengguh terhadap agama-nya." Batin Seseorang.


*
Jangan jadi pembaca yang gelap gulita!

Tuhan Kita Berbeda!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang